Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh Bodoh
Zhang Wei duduk di kursi utamanya di aula kota, menatap dokumen yang berisi hasil penyelidikan dari ingatan para penjahat yang telah dieksekusi. Matanya menyipit, dan bibirnya membentuk garis tipis. Qin Lian, Pangeran Kelima Kekaisaran Qin. Nama itu bergema di pikirannya.
"Seorang pangeran," gumam Zhang Wei, suaranya dipenuhi rasa geli sekaligus jijik. "Aku tidak menyangka pihak kekaisaran akan bergerak secepat ini. Tapi melihat cara dia bertindak... hanya pangeran dengan otak bodoh yang bisa merancang rencana seburuk ini."
Di sisinya, Song Meiyu berdiri sambil memegang laporan tambahan. "Tuan Zhang Wei, apakah ini berarti kita sedang berhadapan langsung dengan Kekaisaran Qin? Bukankah itu akan membawa masalah besar?"
Zhang Wei mengangguk pelan. "Memang, ini masalah besar. Tapi tidak berarti aku akan mundur. Qin Lian berpikir dia bisa merebut kota ini dengan cara licik, tapi dia salah besar." Dia menatap Song Meiyu dengan senyum dingin. "Dan lebih dari itu, dia tidak cocok menjadi penerus takhta. Dengan pola pikir seperti ini, dia bahkan tak akan bertahan lama di atas puncak."
Song Tianyu, yang duduk di sudut ruangan, menatap Zhang Wei dengan khawatir. "Tuan Zhang Wei, bagaimana jika pangeran itu mengirim lebih banyak pasukan? Kekaisaran punya kekuatan yang tidak bisa kita abaikan begitu saja."
Zhang Wei hanya tertawa kecil. "Pasukan? Jika dia mengirim lebih banyak, aku akan membuatnya menyesal. Biarkan mereka datang. Ini adalah kota yang telah kubangun dengan tanganku sendiri, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan seorang pangeran, merebutnya."
Song Meiyu dan Song Tianyu saling pandang. Ada ketegangan di udara, tapi juga keyakinan yang tak tergoyahkan dari pemuda yang kini menjadi pemimpin kota Canyu.
"Langkah selanjutnya adalah memastikan kota ini siap menghadapi segala kemungkinan," lanjut Zhang Wei. "Peningkatan formasi pertahanan harus dipercepat, dan aku ingin laporan lengkap tentang semua pedagang yang masuk dan keluar. Kita tidak bisa membiarkan kaki tangan pangeran itu menyelinap lagi."
Song Tianyu segera bangkit dari kursinya. "Saya akan segera mengurusnya."
Setelah Tianyu pergi, Zhang Wei menatap Song Meiyu. "Dan kamu, Meiyu, aku ingin kamu mengawasi semua kegiatan perdagangan. Jangan biarkan satu pun transaksi mencurigakan terlewat."
"Baik, Tuan Zhang Wei," jawab Song Meiyu tegas, meski ada sedikit keraguan di matanya. "Tapi... apakah Anda yakin ini akan cukup? Pangeran Qin Lian mungkin tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan."
Zhang Wei tersenyum tipis, matanya bersinar tajam. "Itu yang aku harapkan. Biarkan dia berpikir dia punya kendali. Ketika waktunya tiba, aku akan membuatnya menyesal telah memilihku sebagai musuh."
Zhang Wei bangkit dari kursinya, berjalan ke arah jendela besar yang menghadap kota Canyu. Di bawah sinar matahari, kota itu tampak megah dan penuh kehidupan. Tapi di balik keindahan itu, Zhang Wei tahu ancaman sedang mengintai.
"Dunia ini penuh dengan orang-orang serakah," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. "Tapi aku akan mengajarkan mereka bahwa ada batas yang tidak boleh mereka langkahi."
Song Meiyu hanya bisa memandang Zhang Wei dari belakang. Dalam hati, dia tahu bahwa pemuda ini bukan hanya seorang pemimpin, tapi juga seorang pejuang yang tidak akan pernah menyerah.
Selama beberapa minggu terakhir, berbagai rencana jahat terus bermunculan di kota Canyu. Mulai dari penyusupan mata-mata, sabotase jalur perdagangan, hingga percobaan pembunuhan terhadap pejabat kota. Namun, semua itu gagal total. Zhang Wei, dengan pengamatan tajam dan strategi yang matang, selalu berada beberapa langkah di depan musuh-musuhnya.
Di ruang kerja utamanya, Zhang Wei duduk sambil memijat pelipisnya. Di depannya, laporan terbaru dari Song Meiyu menumpuk. "Lagi dan lagi," gumamnya sambil menatap daftar nama para pelaku yang telah dieksekusi. "Orang-orang bodoh ini tidak pernah belajar dari kesalahan mereka. Apa mereka benar-benar berpikir metode yang sama akan berhasil?"
Song Meiyu berdiri di sisinya, menyodorkan laporan tambahan. "Mereka tampaknya sangat putus asa, Tuan Zhang Wei. Mungkin karena mereka tahu bahwa menyerah bukanlah pilihan jika mereka ingin tetap hidup di bawah perintah pangeran kelima."
Zhang Wei mendengus. "Qin Lian itu pengecut. Dia bahkan tidak berani menunjukkan wajahnya langsung karena takut citranya rusak di mata publik. Tapi dia cukup pintar untuk menyadari satu hal: jika dia gagal mengambil alih kota ini, reputasinya akan hancur di kalangan bangsawan."
Song Tianyu masuk ke ruangan dengan wajah tegang. "Tuan Zhang Wei, ada laporan baru. Seorang kelompok pedagang yang mencurigakan baru saja tiba di gerbang barat. Mereka membawa barang-barang berharga, tapi gerak-gerik mereka menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres."
Zhang Wei berdiri, mengambil pedangnya yang bersandar di dinding. "Sepertinya mereka tidak pernah bosan mencoba peruntungannya. Baiklah, kita sambut mereka dengan cara yang sesuai. Aku akan melihat sendiri siapa mereka kali ini."
Song Meiyu menatapnya khawatir. "Apakah Anda yakin tidak ingin mengirim seseorang lebih dulu untuk menyelidiki?"
Zhang Wei tersenyum tipis. "Tidak perlu. Mereka tidak tahu bahwa aku sudah tahu rencana mereka. Lagipula, jika aku terus duduk di sini, aku bisa benar-benar kehilangan kesabaran menghadapi kebodohan ini."
Dia berjalan keluar dengan langkah tenang, diikuti oleh Song Tianyu. Di luar, matahari bersinar cerah, menerangi kota Canyu yang semakin makmur. Tapi di balik semua kemegahan itu, Zhang Wei tahu bahwa ancaman masih mengintai.
"Sampai kapan mereka akan terus mencoba?" gumamnya sambil memandang ke arah gerbang barat. "Kalau mereka pikir aku akan menyerah hanya karena tekanan seperti ini, mereka benar-benar tidak mengenalku."
Zhang Wei berjalan menuju gerbang barat dengan langkah santai, diikuti oleh beberapa pengawal pilihan. Setibanya di sana, dia melihat kelompok pedagang yang dimaksud. Mereka tampak biasa saja di luar, dengan barang-barang dagangan yang tersusun rapi di atas gerobak. Namun, insting Zhang Wei mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.
Mata tajamnya menangkap beberapa detail mencurigakan. Beberapa dari mereka memiliki bekas kapalan di tangan, bukan ciri khas pedagang, melainkan petarung berpengalaman. Cara mereka mengamati sekeliling juga lebih seperti prajurit yang mempelajari medan perang daripada pedagang yang hanya lewat.
Sambil tersenyum tipis, Zhang Wei mendekat. "Selamat datang di kota Canyu. Kota ini terbuka untuk semua pedagang yang berniat baik. Namun, seperti yang kalian tahu, kami memiliki peraturan ketat."
Pemimpin kelompok itu, seorang pria bertubuh besar, tersenyum ramah. "Tentu saja, Tuan Zhang Wei. Kami hanya pedagang sederhana yang ingin berdagang di kota ini."
Zhang Wei mengangguk, tapi pandangannya tetap tajam. "Baiklah, izinkan kami memeriksa barang-barang kalian. Prosedur standar, tidak perlu khawatir."
Wajah pria itu berubah sedikit tegang, meskipun dia mencoba menyembunyikannya. Zhang Wei menangkap perubahan kecil itu dan tahu, permainan mereka sudah hampir selesai. "Mari kita lihat apa yang kalian bawa," katanya dengan nada datar, namun mengintimidasi.
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor