Gadis Kecil Kesayangan Mafia Dingin

Flashback on

Seorang remaja sedang berdiri di pinggir pantai. Menikmati udara malam dimana matahari tenggelam dan berganti dengan terang bulan.

“Kakak, apa yang kamu lakukan sendirian di sini?” tanya seorang gadis kecil, menatap dalam-dalam remaja pria yang ada di sampingnya.

“Lalu apa yang kamu lakukan di sini?” anak laki-laki itu balik bertanya.

Gadis itu tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi rapinya.

“Queen sedang jalan-jalan tadi, terus nggak sengaja Queen lihat Kakak, jadi—”

Queen tak melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba saja butiran bening menetes membasahi kedua pipinya.

“Hei, kenapa kamu menangis? Apa aku berbuat salah padamu?” Noah menyentuh pundak Queen. Tapi gadis itu masih terus saja menangis. “Aku tahu, ini pasti perbuatan Keanu kan? Tunggu disini, aku akan memberinya pelajaran!”

Noah hendak pergi, namun Queen menahan lengannya.

“Kak Kean sama sekali nggak melakukan apapun padaku.”

“Jangan coba-coba membelanya. Aku tahu kamu menyukainya, tapi—”

Cup.

Satu kecupan mendarat di pipi Noah. Membuat wajahnya merona.

“Apa yang kamu lakukan gadis nakal!”

“Bukan kak Kean, tapi Queen suka Kak Noah. Dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu.” Queen meraih kedua tangan Noah dan menggenggamnya erat.

“Jangan bicara yang tidak masuk akal. Kita masih bocah. Dan yang kamu ucapkan tadi adalah pembahasan orang dewasa,” ketus Noah.

“Sampai kapanpun hanya Kak Noah yang ada di hati Queen.”

Ucapan Queen saat itu entah kenapa membuat Noah menghangat. Ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya.

“Kak, Queen pamit, ya. Queen harus pergi dan ini terakhir kalinya kita bertemu.”

“Omong kosong macam apa lagi ini. Dengan mudahnya kamu membuatku terbang dan menjatuhkannya bersamaan.” Noah tersenyum miris.

Di sisi lain Noah bersyukur karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Meski banyak yang bilang kalau perasaannya pada Queen hanyalah sebatas cinta monyet.

Noah melepaskan genggaman tangan Queen, sedikit mundur dan membelakangi gadis dengan wajah sendu itu.

“Maaf, Queen harus pergi dan tidak bisa mengatakan alasannya.”

“Aku akan meminta paman untuk tetap tinggal. Kamu juga Keanu, kita tidak akan pernah terpisahkan.” Noah mencoba meyakinkan Queen.

Gadis kecil itu menggeleng. “Daddy sudah menolak permintaan paman Rein. Kami nggak bisa tinggal, kumohon mengertilah, Kak.”

Noah mengepalkan tangannya erat. “Kalau begitu pergilah dan jangan pernah kembali kemari ataupun menemui ku!”

“Kakak…” Gadis kecil itu menangis sesenggukan. Kata-kata Noah membuatnya sesak.

“Setelah kamu pergi, jangan pernah menoleh ke belakang!” 

“Kakak, maafkan Queen. Semua bukan keinginan Queen…”

“Kenapa masih ada disini, cepat pergi sana!” usir Noah.

Dengan pipi berderai air mata. Gadis kecil itu berlari pergi meninggalkan Noah. Dan benar saja, Queen sama sekali tidak menoleh ke belakang.

Noah jatuh berlutut dan berkali-kali memukul pasir pantai melihat punggung Queen menghilang dari pandangannya.

Bocah berusia tiga belas tahun itu patah hati untuk pertama kalinya hanya karena seorang gadis kecil.

“Kamu bahkan tidak bisa mempertahankan cinta pertamamu, Noah. Menyedihkan sekali!”

Dan sejak saat itu, Queen benar-benar tidak pernah kembali untuk menemui Noah dan juga Keanu.

Kabar tentang keberadaan keluarganya seakan menghilang bak ditelan bumi.

Flashback off

Tanpa sadar Aluna meneteskan air mata lalu membuka matanya perlahan. Ingatan itu kembali hadir di sela-sela dirinya sedang sendiri.

“Siapa anak laki-laki yang ada di dalam mimpiku tadi? Kenapa aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya.”

Aluna meremas dadanya. “Sakit. Rasanya sakit dan sesak…”

“Kamu bisa kedinginan jika terus berada disini. Apa kamu berniat untuk tidur di luar, hum?” sahut Noah melepaskan jasnya dan memakaikannya ke punggung Aluna.

Aluna tersadar dari lamunannya lalu menoleh ke arah suara itu.

“T—tuan…” lirihnya kemudian menundukkan kepala ketakutan.