Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bab 34
POV Rahayu
Aku sudah menduga kalau aku bukan anak kandung mereka. Meski sakit, aku masih mencoba untuk sabar dan menerima walau perih.
Tetapi hati ku langsung hancur melihat bukti yang di tunjukan oleh Kakek padaku. Lengkap dengan informasi yang telah beliau kumpulkan selama ini tanpa sepengetahuan ku.
Aku masih bisa bersabar dan menahan mereka memperlakukan ku secara tidak adil di rumah itu, tapi aku tidak bisa hanya diam saja saat setelah tahu hidup orang tua kandungku hancur oleh mereka.
Bahkan kasih sayang seorang Ayah kandung pun tak sempat aku rasakan. Di tambah lagi keadaan Ibu kandungku yang sakit mental dan fisiknya gara-gara ulah mereka.
Lihat lah, meski aku menangis sesenggukkan di pangkuan ibu kandung ku beliau tidak bergeming. Beliau seperti seorang yang hidup segan mati pun tak mau. Bagaimana hatiku tidak hancur melihat akibat dari perbuatan mereka?!
Tuhan, maaf kalau aku harus terlibat banyak perbuatan dosa kelak. Aku tahu kalau memaafkan lebih mulia. Tetapi itu akan terjadi bila mereka semua sudah mendapatkan ganjaran atas perbuatan mereka. Mata dibayar mata, nyawa dibayar nyawa!!
"Hiks...., B-bu...."
Tangan putih pucat dan banyak jejak-jejak luka itu ku genggam dan ku cium berkali-kali. Aku tidak tahu, apakah Ibu kandung ku menyadarinya atau tidak. Yang jelas aku ingin melakukannya dan mencurahkan kerinduan yang menguar ini tanpa batas.
"Bu, ada aku disini. Serahkan semua padaku. Akan ku balas mereka yang telah menyakiti Ibu. Tidak akan ku biarkan mereka bahagia di atas penderitaan kita."
Tubuh yang ringkih itu ku peluk dengan hangat. Meski Ibuku tidak membalas dan juga tidak menolak, tapi tubuhnya terasa gemetar. Mungkin trauma itu ada. Orang-orang yang beliau percayai nyatanya menikam dari belakang hingga menyakiti fisik dan mentalnya membuatnya trauma dan ketakutan.
Tidak bisa ku bayangkan, siksaan seperti apa yang ibuku alami selama ini. Jahat sekali mereka! Apa mereka tidak punya hati manusia?!
"Maaf Mbak, sudah waktunya Bu Lilik makan." Ujar sang perawat yang bertugas menjaga kesehatan ibuku.
"Biar saya saja Mbak." Ujar ku.
Perawat itu tersenyum padaku.
"Baiklah. Setelah itu, berikan obat ini setelah makan ya Mbak. Kalau bisa, sering-sering di ajak ngobrol Ibunya. Biar cepet kenal ya."
"Baik suster, terima kasih."
Aku tidak tahu lagi harus berterima kasih seperti apa kepada Kakek. Beliau sudah banyak menolongku. Padahal aku hanya sekali menolongnya menyeberang di jalan dulu. Tapi beliau membalasnya dengan bertubi-tubi. Jika tidak ada Kakek, entah bagaimana nasib ibuku.
Perlahan aku pun menyuapi ibuku. Awalnya ia tidak membuka mulutnya. Sorot matanya kosong dan selalu memandang ke depan. Tapi saat makanan mulai menyentuh bibirnya, dan aroma makanan tercium di hidungnya, mulutnya sedikit terbuka. Dan dengan sabar, aku pun menyuapinya.
Mas Arka melihat interaksi kami dari jauh. Pria yang mirip dengan jiwa Kakeknya, yang selalu membantu tanpa pamrih itu membuat aku merasa sangat beruntung di kelilingi orang-orang baik seperti mereka.
"Bu, mulai hari ini aku akan kesini setiap hari. Mungkin Ibu bingung aku ini siapa. Aku Rahayu, anak kandung Ibu yang di tukar oleh mereka. Aku tidak akan membiarkan Ibu sendiri lagi sekarang."
Aku menepikan anak rambut Ibu yang berantakan. Menyelipkan di balik telinga, lalu mengusap pipi Ibu dengan ibu jariku.
Semua aku lakukan dengan pelan dan sangat perlahan agar tidak membuat Ibu terkejut dan ketakutan.
Meski lama, makanan di piring ini habis. Lalu aku pun memberikan obat yang diberikan suster tadi kepada Ibuku. Obat itu di kunyah olehnya tanpa ekspresi pahit atau semacamnya. Tetapi aku yang melihatnya merasa begitu sedih dan perih. Bahkan rasa pahit pun tidak terasa oleh Ibuku. Aku pun segera memberikan air minum padanya.
"Alhamdulillah sudah selesai. Ibu cepat sembuh ya Bu." Doa ku sambil mengusap pelan pucuk kepala Ibu sampai ke punggungnya.
Rambut panjang yang tak berbentuk lagi. Kusut dan kering itu membuat ku sangat iba. Aku pun melepas ikat rambutku. Lalu dengan perlahan, sedikit merapikan rambut Ibuku kemudian mengikatnya.
"Waktunya Bu Lilik istirahat Mbak." Ujar sang perawat.
"Oh, baik Sus. Bu, besok Ayu kembali lagi ya." Kataku lalu mencium kening ibuku, kemudian kedua punggung tangannya.
Meski berat untuk berpisah lagi, tapi aku harus bersabar demi kesembuhan Ibuku.
Ibuku yang duduk di kursi roda itu perlahan di bawa masuk ke kamarnya oleh Suster tadi. Setiap menjelang maghrib, Ibuku akan berada di kamarnya. Pukul 19.00, ia akan mulai di terapi kakinya.
Selama di kurung di rumah wanita tua yang kemarin-kemarin masih ku panggil Nenek itu, kaki Ibu ku di rantai seperti binatang. Sehingga membuat sebelah kakinya menjadi cidera.
Mereka disana pergi berlibur dan bersenang-senang berjalan-jalan dengan kedua kaki mereka yang sehat. Sedangkan Ibuku disini, di buat pincang tak berdaya.
"Besok kamu mau kesini lagi?" Tanya Mas Arka membuyarkan lamunanku.
"Iya Mas. Sepulang kuliah, aku akan kesini."
"Hmm, baiklah kalau begitu. Lalu, apa rencanamu selanjutnya?"
"Sebelum itu, apa saya boleh bertanya Mas?"
"Boleh, tanya saja."
"Apa Mas Arka dan Arumi benar-benar pacaran sungguhan?"
Ditanya demikian Mas Arka malah terkekeh geli.
"Bagaimana kamu bisa berpikir begitu Yu? Sudah tahu satu keluarga itu jahat semua, ya mana mau aku jadi bagian dari mereka. Lagi pula dari awal aku sudah bilang, aku hanya berencana pacaran pura-pura untuk menggali informasi dari Arumi. Tapi sepertinya sekarang tidak perlu lagi. Bahkan aku baru saja memblokir dia setelah mengirimkan pesan dan mengatakan putus padanya."
Ah,syukurlah. Sampai akhir itu hanya pura-pura. Pasti Arumi akan kebakaran jenggot disana, membaca pesan yang di kirim Mas Arka.
"Kalau begitu, saya mau minta bantu Mas Arka lagi."
"Katakan saja, jangan sungkan."
"Ayo kita pacaran pura-pura Mas. Saya ingin membuat Arumi kepanasan!"
Karena aku tahu, betapa sukanya Arumi kepada Mas Arka. Jadi aku bisa memanfaatkan keadaan ini untuk menyakiti hatinya.
Tuhan, itu adalah satu dosa yang akan aku perbuat. Biarlah ku kumpulkan dulu dosa-dosaku. Jika d beri waktu dan kesempatan, aku akan bertobat pada-Mu nanti.
Mungkin hanya aku yang bernegosiasi kepada Sang Pencipta. Aku tahu ini tidak mungkin, tapi tekad ku sudah bulat untuk membalas mereka.
"Baiklah, ayo kita pacaran. Sepertinya, sekarang aku butuh kendaraan lain. Besok temani aku kesebuah tempat ya."
"Okey Mas."
Hari itu pun kami pulang sebelum kumandang adzan terdengar. Kami di antar oleh Pak Dirman yang tahu dimana Ibuku di rawat. Mas Arka sendiri juga tidak tahu rumah yang di tinggali oleh Ibuku. Kata Pak Dirman, rumah itu baru di beli oleh Kakek sekitar 2 minggu yang lalu.
Entah karena kebanyakan uang atau memang ingin investasi aku pun kurang mengerti. Namun satu hal yang aku tahu, kalau Kakek Sugeng punya kekuasaan dibalik senyumnya yang ramah dan gayanya yang sederhana.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
mas aji sengaja bust Kamu cemburu agar Kamu siap mental' ka, biar mau belajar kelola perusahaan .. kan calon penerus Kakek Sugeng
orang' ayu ituu jodohmu ka
kapan arka bisa bersatu sama Rahayu