Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Benalu Dalam Rumah Tanggaku

SATU

"Mama," ucap Mentari setelah membuka pintu dengan nafas tersengal. Ia tadi sedang mencuci pakaian di belakang jadi ia tidak tahu kalau ibu mertuanya datang. "Maaf, ma, tadi Tari sedang mencuci baju di belakang jadi nggak kedengaran mama ngetuk pintu," ujar Mentari menjelaskan dengan lembut dan sopan. Lalu Mentari mempersilahkan ibu mertuanya itu masuk diikuti adik iparnya, Rahmi

"Alasan. Pasti kamu sengaja kan buat saya berdiri di sini lama-lama! Dasar, menantu kurang ajar, nggak tahu diri," desis Rohani sambil berdecak kesal.

Mentari menghela nafas panjang sembari beristighfar dalam hati. Meminta dipanjangkan rasa sabarnya sebab wanita yang ada di hadapannya ini adalah ibu dari suaminya. Wajib baginya menghormati sang ibu mertua karena semenjak ijab kabul terucap, ibu sang suami pun sudah berganti status menjadi ibunya juga. Mentari tidak menjawab tuduhan Rohani sebab seperti pengalaman sebelum-sebelumnya, menjawab pun bukannya menyelesaikan masalah. Justru memperbesar masalah. jadi tak apalah ia menahan ego ingin berkonfrontasi dari pada kepalanya makin pusing karena pertengkaran yang memuakkan.

"Maaf, Ma," ujarnya pelan.

"Halah, maaf, maaf, selalu saja begitu. Dasar menantu nggak guna. Nggak tahu diri. Benalu. Cuma tahunya nyusahin terus ngabisin uang anak saya saja," hardik Rohani dengan nada mencemooh. Sudah kebiasaan wanita paruh baya itu setiap bertemu dengan Mentari selalu saja mengeluarkan kata-kata kasar dan hinaan.

Mentari tidak henti-hentinya mengucap istighfar dalam hati. Entah sampai kapan ibu mertuanya itu akan bersikap seperti itu padanya. Dulu Mentari pikir, ibu mertuanya akan berubah seiring bergulirnya waktu. Tapi nyatanya, makin hari, Rohani seakan kian membencinya. Jangankan untuk mendapatkan perhatiannya, mendengar kata-kata lembut saja ia tak pernah.

Mentari pernah mengadukan sikap ibunya ini pada sang suami, Shandi. Tapi bukannya dapat pembelaan, ia justru dihardik tidak menghormati ibunya dan disebut menantu durhaka. Alhasil, semenjak saat itu, ia selalu bungkam bagaimana pun sikap sang ibu mertuanya. Percuma saja pikirnya meminta bantuan dan dukungan, kalau semuanya justru akan berakhir dirinya lah yang dianggap salah.

'Astagfirullahal 'adzim.'

'Astagfirullahal 'adzim.'

'Astagfirullahal 'adzim.'

"Mama mau minum apa?" tanya Mentari sopan. Pantang baginya meninggikan suara pada orang yang lebih tua. Tapi bukan berarti ia akan seperti itu selamanya. Ia hanya menunggu, sampai kapan ia mampu bertahan.

"Tidak usah basa-basi. Shandi sudah gajian kan! Mana jatah saya," ucap Rohani tanpa basa-basi. Langsung ke pokok tujuannya datang kesana. Lagipula ia enggan berlama-lama di rumah itu sebab sedari dulu ia tak pernah menyukai menantunya itu. Sudah pendidikan rendah, yatim piatu, tak punya pekerjaan pula. Tak ada yang dapat ia andalkan ataupun banggakan selain kecantikan. Tapi cantik saja tidak membuatnya puas.

Mentari memang jauh sekali dari tipe menantu idamannya. Andai saat itu Shandi tidak memaksa, ia tentu sudah menolak Mentari sebagai menantunya dan menikahkan Shandi dengan perempuan lain yang lebih kaya dan berkelas. Tak peduli gadis atau janda, asal banyak uang atau memiliki pekerjaan yang dapat ia banggakan, ia dengan senang hati menerimanya.

"Sebentar, Ma," ujar Mentari lembut. Lalu Mentari pun segera membalik badannya menuju kamar untuk mengambil uang bagian mertuanya.

Ya, setiap gajian Shandi akan menyerahkan gajinya pada Rohani dan menyisakan beberapa saja untuk pegangannya. Ia meminta Mentari mengatur keuangan juga memberikan bagian untuk ibundanya juga keperluan adik-adiknya. Shandi memiliki dua orang adik. Septi masih duduk di semester 4 bangku kuliah, sedangkan Septian masih SMA kelas 11. Ayahnya telah tiada karena itu sudah menjadi tanggung jawab Shandi untuk mengurus dan memenuhi kebutuhan ibu dan adik-adiknya. Dengan patuh, Mentari mengatur keuangan rumah tangganya sebaik mungkin. Walaupun uang yang diberikan sebenarnya jauh dari kata cukup, Mentari tak pernah mempermasalahkannya. Selagi bisa, ia akan menutupi kekurangan itu dengan sumber keuangan rahasianya.

"Hah! Segini? Kau pikir ini cukup? Tambah. Cepat, saya harus segera menghadiri arisan," tukas Rohani seraya membentak saat melihat uang yang diberikan Mentari hanya bernilai 2 juta rupiah saja.

"Maaf, Ma Nggak bisa. Itu sudah lebih dari cukup. Belum lagi saya harus memberikan bagian untuk Septi dan Tian," ucap Mentari yang memang tak bisa memberikan uang semaunya pada sang ibu mertua. Uang yang diberikan Shandi hanya 5 juta dari total gaji 7 juta. Dari yang 5 juta itu harus ia atur sebaik mungkin agar mencukupi bukan hanya untuk satu keluarga, tapi 2 keluarga, yaitu keluarga suaminya.

"Nggak usah alasan kamu. Uang ini uang anak saya, sudah jadi hak saya ingin menggunakannya. Kamu itu memangnya siapa? Hanya istri nggak guna aja. Udah kere, nggak punya penghasilan, pendidikan rendah, mandul juga, cuma bisa jadi benalu anak saya aja. Ingat, anak laki-laki itu milik ibunya, bukan milik istrinya. Cepat kemana uang-uang itu. Saya sudah terlambat," sinis Rohani dengan sorot mata mendelik.

"Uangku juga siniin, mbak. Aku mau buat tugas. Butuh banyak duit untuk buatnya. Jadi tambahin mbak ya!" sela Septi santai seolah-olah Mentari memiliki alat percetakan uang jadi mereka bisa meminta uang sesukanya.

"Ma, maaf Tari nggak bisa kasi lebih. Kamu juga Sep, seharusnya kamu atur dong pengeluaran kamu. Kan mbak udah beliin laptop jadi kan seharusnya nggak butuh duit terlalu banyak untuk membuatnya," tolak Mentari halus.

Seraya mengulurkan uang sejumlah 1.500.000 rupiah untuk satu bulan.

"Heh mbak, mentang punya laptop bukan berarti bikin tugas itu nggak perlu biaya. Mbak tahu apa sih? Mbak aja tamatan SMA, mana tahu sulitnya tugas kuliah dan banyaknya dana yang aku butuhin. Udah deh mbak, nggak usah banyak cingcong, entar aku bilangin kak Shandi nih kalo mbak Tari masih aja pelit. Uang juga uang kakak aku kok, bisanya protes mulu," cerca Septi bersungut-sungut saat menerima uang dari Mentari. Bibirnya mengerucut sebal. Padahal bila ia dapat mengatur pengeluaran dengan bijak, uang sejumlah Rp 1.500.000,- itu lebih dari cukup sebab uang untuk bulanan maupun semesteran Mentari sendiri yang membayarnya.

"Udah, udah, daripada banyak omong mending sekarang kasiin uang kamu, cepat. Saya sudah telat ini," sergah Rohani seraya menabrak bahu Mentari lalu masuk ke dalam kamarnya. Bahkan tanpa sungkan ia membuka lemari Mentari dan mengacak-acak isinya untuk mencari uang Mentari.

"Ma, jangan! Itu untuk keperluan sehari-hari, belum lagi uang untuk Tian, jadi tolong jangan ambil semua!" sergah Mentari saat sang mama mertua mengambil lembaran merah yang ada di selipan bawah baju Mentari.

"Wah, yang mbak ternyata lumayan banyak juga ya! Wah, mbak bisa-bisanya ya sembunyikan duit segini banyak dari kami! Pasti mbak mau senang-senang sendiri kan!" ketus Septi sinis.

"Sep, itu buat kebutuhan sehari-hari mbak dan mas Shandi. Belum lagi untuk tagihan listrik dan air. Uang jajan Tian dan SPP serta cicilan motornya juga disitu. Jadi tolong, jangan diambil," jelas Mentari berharap mertua dan adik iparnya itu mengerti.

"Halah, alasan! Pasti kamu mau nikmati uang ini sendiri kan! Ini, saya ambil satu juta. Nah kamu Septi, lima ratus ribu cukup kan?" ucap Rohani seraya mengulurkan lima lembar uang merah ke arah Septi.

Dengan girang Septi menerima uang tersebut, "cukup, Ma. Makasih ya, ma. Mama emang yang terbaik. Paling ngerti aku," ucap Septi dengan wajah berbinar cerah.

Mentari hanya bisa menghela nafas panjang. Ia sebenarnya sudah tidak heran lagi dengan sikap mertua dan adik iparnya itu. Mereka memang selalu saja seperti itu, sewenang-wenang. Tak mempan dicegah apalagi dinasehati. Mereka selalu semaunya sendiri, tanpa peduli orang lain. Entah sampai kapan mereka akan berbuat sedemikian. Selalu saja menghina dan merendahkannya. Menganggap dirinya benalu. Padahal kalau ditilik lebih dalam, siapapun dapat menilai siapa yang sepantasnya menyandang predikat sebagai seorang benalu.

...***...

Please like, komen, tonton iklan, vote, dan dukungan lainnya ya kak! Jangan boom like atau baca lompat-lompat ya kak biar dapat feel-nya. 😁

...***...

...****HAPPY READING 🥰🥰🥰****...

Terpopuler

Comments

lanuy

lanuy

salah Bu.. anak lelaki bukan ibu nya bukan seperti tu . bnyak yg salah paham..yg ada jika anak lelaki yg sudah menikah tapi bnyak kekurangan nafkah yg TDK terpenuhi dlm rumah tangga nya ortu lelaki wajib membantu anak lelaki tersebut krna tanggung jwb nya selama nya pada anak lelaki nya tu yg saya tau dari pak ustadz...ibu2 yg gini nih kudu bnyak dngerin ceramah2 dari ustadz atau ustadzah

2023-12-28

22

Inoy

Inoy

awal baca udh gregetan nih ma kelakuan ibu mertua dn adik ipar 😠

2024-04-21

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

bener2 mertua dan adik ipar gada akhlaq ....
buang aja ke got itu mah .... 🤭😅

2024-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!