Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.Istana +
Setelah kepergian Graysen. Zi, merapikan rambutnya yang cukup berantakan karena ulah prajurit sialan yang membawa paksa dirinya ke kediaman,Graysen.
"Prajurit sialan,memang! Tapi kalau tidak ada mereka belum tentu juga aku akan aman sejauh ini." Zi, merutuk sambil melihat pantulan dirinya di cermin persegi panjang yang menggantung vertikal.
Tidak lama kemudian seorang pelayan dengan pakaian putih keemasan senada dengan warna cat istana yang tadi di lihat Zi dari atas bukit,atau hutan dimana ia berdiri saat terbangun dari tidurnya.
"Yang mulia Putri. Perkenalkan Saya Jusy. Anda bisa menanyakan apapun kepada Saya,dan meminta apapun yang Anda butuhkan." Jusy, melakukan penghormatan kepada Zi dengan menyilangkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya di depan dada, sambil membungkuk hormat.
"Aah.. terima kasih. Tapi aku bukan yang mulia, apalagi putri! Panggil aku Zi! Itu panggilan yang cocok untukku." Zi,ber-celetuk dengan santai, pemuda tinggi,dan penuh wibawa itu kini tidak ada di sana. jadi bukan Zi namanya jika harus patuh pada perintah yang tidak berdasar.
"Maaf yang mulia Putri, saya hanya bisa memanggil Anda dengan perintah yang mulia Pangeran." Ucap Jusy dengan lembut, wajahnya tidak terangkat melihat wajah Zi, karena itu sebuah larangan di istana kerajaan Aestherlyn.
"Hah.. terserah kamu saja, Jusy. Aku tidak mau berdebat lagi denganmu setelah lama berdebat dengan pemuda manekin misterius dan balok kering yang suka memerintah sekenanya." Zi, berseru seraya berjalan mendekati ranjang tidur, yang terlihat sangat empuk. Punggungnya tidak bisa jika tidak menyentuh kasur itu,"sangat sayang sekali kasur empuk begini jika harus dianggurin atau di cuekin." pikir Zi.
Jusy terdiam. Tidak tau harus berkata apa lagi,bahkan ia juga tidak tau siapa manekin misterius dan balok kering yang di maksud oleh,Zi. Dari pada bingung sendirian Jusy memilih untuk berdiri saja di pojok ruangan seraya menunggu perintah dari,Zi.
"Anak itu mau ikut-ikutan jadi patung manekin misterius di pojokan. Yah! Hidup mereka sangat monoton sekali.." Zi bergidik sendiri. Tidak ingin imajinasi jeleknya kembali kambuh, Zi, memilih rebahan dan menarik selimut tebal berbahan sangat lembut, menutupi sebagian tubuhnya hingga dada, kemudian memejamkan matanya. "Semoga saja saat aku terbangun nanti,rumah kaca ini berubah menjadi rumah penginapan tempat terakhir kali aku kunjungi." Zi, memohon seraya berharap penuh, dengan doanya itu.
•••
Pagi harinya Zi terbangun oleh rasa hangat yang kembali menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa itu persis seperti apa yang di rasakannya saat mau tidur di rumah penginapan kemarin sore. Zi, perlahan membuka mata, pemandangan yang pertama kali di lihatnya adalah Jusy yang masih berdiri kokoh seperti patung manekin misterius.
"Apakah Dia tidak tidur semalaman?" Heran Zi seraya meregangkan otot-ototnya yang kaku setelah tidur selama berjam-jam. Zi, menggelengkan kepalanya, tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana keadaan Jusy,lebih baik ia segera membersihkan diri sekaligus mengganti pakaian karena sudah sedari kemarin menggunakan pakaian itu-itu saja.
"Eh..ini baju siapa? Kenapa sudah berubah, siapa yang menggantikan bajuku?" Terkejut Zi saat melihat pakaiannya yang telah berganti dengan sebuah gaun berwarna pink muda yang jauh lebih cantik dari pada seribu pakaian yang ia punya di rumah segi lima.
Zi, memicingkan matanya menatap ke arah Jusy yang tidak bergerak sedikitpun. Perempuan itu masih berdiri seperti apa Zi melihatnya saat ia akan tidur. "Jusy. Apakah kamu yang menggantikan pakaianku?" Tanya Zi dengan tubuh yang miring ke kiri, sedangkan Jusy berdiri di pojok kanan.
Jusy, mengangguk dalam. "Benar yang mulia Putri. Saya yang telah mengganti pakaian Anda. Mulai dari sekarang mintalah apapun yang Anda butuhkan karena Saya adalah pelayan yang siap mengabdi dan siap mati untuk melindungi yang mulia Putri." Sahut Jusy masih dengan posisinya, hanya tubuhnya yang mengarah pada Zi, sedangkan matanya menunduk,dan entah apa yang tengah di lihatnya?
Zi, manggut-manggut sambil mengusap dada, 'syukurlah bukan Graysen yang datang untuk mengambil kesempatan pada tubuhku.' Hehe Zi terlalu percaya diri.
"Terima kasih,Jusy. Nanti akan aku pikirkan lagi apakah aku butuh kamu atau tidak." Ucapan yang di keluarkan Zi sungguh menohok,dan memojokkan Jusy yang memang sudah berada di pojok ruangan. Bibir perempuan itu ter-katup ingin protes tapi tidak bisa.
Tanpa dosa, tanpa rasa bersalah sedikitpun,Zi melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Namun baru saja ia mendorong pintu itu Jusy kembali membuka suaranya. "Maaf yang mulia Putri,itu adalah pintu untuk menuju ke taman,kalau Anda ingin ke kamar mandi, pintunya ada di sebelah kiri Saya." Jusy menunjukkan pintu yang di maksud dengan gerakan jemari tangannya. "Oho..aku salah rupanya, Jusy? Sepertinya aku membutuhkanmu kali ini, terima kasih!" Zi, melewati Jusy yang tidak merespon apapun,ia hanya tetap diam berdiri dan menunduk.
"Dia sangat irit bicara. Jika di sandingkan dengan Ibu, pasti dia tidak akan berani melawan,belum apa-apa pasti sudah kalah telak." Gumam Zi saat melewati,Jusy. Mata zi, melirik ke arah Jusy dengan dalam, sedikit ada kengerian di dalam hatinya saat melihat perempuan itu.
Setelah Zi masuk ke dalam kamar mandi. Graysen muncul di dekat Jusy. "Berikan gelang ini kepadanya,jangan sampai Dia curiga saat kau memberikan gelang ini kepadanya!" Suara ber-bas, tegas,datar itu menggelegar di dalam ruangan rumah kaca tersebut. "Baik, yang mulia pangeran." Jusy menerima gelang berwarna pink muda dengan bulatan kecil berwarna putih,di dalamnya ada warna kekuningan berbentuk bulan sabit.
Setelah mengatakan hal itu Graysen kembali menghilang dan menyisakan Jusy yang menghirup napas sebanyak mungkin seraya menyimpan gelang kaca yang akan di berikan kepada,Zi.
Tidak lama pintu kamar mandi terbuka. Zi, keluar dengan jubah mandi berwarna pink muda. Warna apaan tuh, lagi-lagi pink muda!
"Apakah ada baju ganti untukku,Jusy?" Zi, tersenyum tipis menatap perempuan yang tidak ada lelahnya berdiri di pojokan. "Ada yang mulia Putri,silahkan tunggu sebentar di depan cermin." Sahut Jusy dengan lembut. Berjalan menuju lemari pakaian dan mengambilkan gaun berwarna putih dengan warna keemasan di bagian dada dan pinggangnya.
Zi, mengambil gaun yang di berikan oleh,Jusy. "Kalau aku berganti pakaian disini, tidak apa-apa kali,ya? Lagi pula perempuan patung manekin misterius itu juga tidak akan berani menengadahkan kepalanya untuk melihat tubuhku." Lirih Zi sangat pelan. Meski Jusy sebenarnya mendengar perkataan Zi tapi perempuan itu tetap diam tanpa berkomentar apa-apa.
Selesai berganti pakaian,kini Zi di mintai untuk duduk di depan cermin. Jusy,dengan cekatan dandani Zi dengan polesan wajah yang terlihat dua kali lebih cantik dari biasanya, meski itu bukan riasan yang tebal, tapi terlihat sangat berkelas.
"Yang mulia Putri, sebaiknya Anda menggunakan gelang kaca ini biar terlihat semakin sempurna dengan balutan gaun ini." Jusy mengeluarkan gelang kaca yang di berikan oleh Graysen,ia, langsung memasangkan ke tangan kanan Zi, sebelum gadis itu menolak secara terang-terangan.
"Gelang apa itu? Aku baru melihatnya,tapi..indah sekali." Pikir Zi saat memperhatikan sejenak gelang kaca yang di pakaikan oleh Jusy ke pergelangan tangannya.
"Yang mulia Putri,jangan melepas gelang ini sampai saya meminta Anda untuk melepasnya." Jusy berujar tenang dengan matanya yang menatap ke arah lantai.
"Ya. Terserah kamu saja, Jusy. Banyak bicara hanya akan membuat mulutmu kaku, sebaiknya kembalilah ke tempatmu,aku mau ke taman." Zi, tidak serius mengucapkan kalimat seperti itu. Ia, hanya ingin sedikit dekat dengan Jusy si perempuan kaku itu.