Mengubah Takdir Di Novel Kuno

Ini pertama kalinya Lin Feili keluar dari kediaman Jenderal. Biasanya, ia tidak memiliki teman dan tidak memiliki keberanian untuk berjalan sendirian. Apalagi semenjak dia buta.

Walau Lin Xue bersikap baik padanya, tapi ia selalu saja memiliki alasan saat Lin Feili meminta bantuan padanya untuk menuntunnya.

Lin Feili juga tidak akrab dengan para pelayannya. Bahkan pelayannya sangat kurang ajar padanya. Tentu saja itu karena para pelayan itu dipilih oleh ibu tirinya dan saudari tirinya.

Namun, Lin Feili sekarang sudah berbeda. Ia sudah tidak buta lagi dan penampilannya lebih menyegarkan. Jika ia tidak mengatakan kalau ia adalah Lin Feili yang buta, maka orang-orang akan menganggap ia adalah orang yang berbeda. Apalagi ia sekarang adalah seorang kultivator. Energi di sekitarnya terasa lebih hidup dan aura kebijaksanaannya dari kehidupan nyata terbawa ke sini.

Ada hal-hal tertentu yang menguntungkan untuknya. Contohnya seperti sekarang. Ia sudah tahu jalanan di sini karena membaca novel. Dalam novel, sang Putra Mahkota, Ye Xuan sering berjalan-jalan untuk memperlihatkan sikap mulianya yang palsu.

Saat ini, Lin Feili tiba di pasar yang selalu ramai. Matanya mengamati sekeliling mana tahu ada barang yang bisa ia gunakan untuk meningkatkan kultivasinya.

Namun, dua benda di kepalanya terlalu berisik. Mereka seolah tidak pernah melihat pasar dan barang-barang yang dijual di sini.

"Bagaimana kalau kalian kuberi nama?" tanya Lin Feili mendapat ide cemerlang.

"Sebuah nama? Sepertinya bagus!" jawab bulu emas.

"Benar! Benar! Berikan kami nama yang hebat!" ucap bulu hitam.

Mereka menatap Lin Feili dengan penuh semangat. Mereka memang belum memiliki nama.

"Oke. Kalau begitu aku akan memanggil bulu hitam si emas dan bulu emas si hitam. Bagaimana? Nama yang sangat bagus, kan?" Lin Feili tersenyum lebar.

"Bagus!" jawab bulu emas.

"Jelek!" jawab bulu hitam.

Lin Feili menggelengkan kepalanya. Bagaimana dua makhluk itu tidak berdebat terus jika pikiran dan selera mereka saja berbeda.

"Tidak ada penolakan! Ini adalah keputusanku! Aku yakin dalam lubuk hati kalian yang paling dalam, pasti pernah terlintas di pikiran bulu hitam untuk menjadi bulu emas. Begitu juga sebaliknya. Aku hanya bersikap adil pada kalian," ucap Lin Feili terkekeh.

Ia masih tersenyum lebar. Ia memikirkan betapa adilnya dia sebagai seorang tuan. Ia terus berjalan tanpa mempedulikan protesan si emas alias bulu hitam.

Ketika ia masih asyik berjalan, suara ramai menarik perhatiannya.

"Ayo kita lihat! Pangeran Wu sedang dipermalukan oleh Putra Mahkota!" ucap salah satu penduduk.

"Benar! Ini pasti akan sangat menyenangkan seperti biasa!" jawab penduduk lainnya. Mereka berbondong-bondong berlari menuju keramaian.

"Ah, Pangeran Wu ini kasihan sekali. Walau wajahnya sangat tampan, sayangnya kakinya lumpuh. Bahkan ia dikabarkan adalah anak haram kaisar," ucap penduduk lainnya yang tidak ikut-ikutan.

Lin Feili teringat sesuatu. Yang mereka maksud pasti Pangeran Wu yang lumpuh itu. Pangeran Wu Yanshi yang kelak akan menjadi suaminya seperti di novel.

Sebenarnya ini adalah hal biasa. Ini salah satu sikap mulia yang ingin ditunjukkan oleh putra mahkota, yaitu Ye Xuan. Lin Feili baru ingat jika Ye Xuan selalu mengganggu Wu Yanshi. Mempermalukannya di depan rakyatnya adalah hal yang tidak asing lagi.

Ya, di novel juga diceritakan jika Pangeran Wu dikabarkan adalah anak haram kaisar. Hal ini karena 3 tahun lalu kaisar mengangkat orang biasa menjadi seorang pangeran.

Para pejabat kekaisaran menolak mentah-mentah keputusan Kaisar. Selain karena Wu Yanshi lumpuh, ia juga orang biasa. Namun, kaisar tetap bersikeras dan tak bisa dibantah. Ia tetap menjadikan Wu Yanshi sebagai pangeran.

Kabar ini menyebabkan kecurigaan diantara rakyat dan orang-orang istana. Namun, mereka hanya mampu berbisik-bisik di belakang dan tak pernah berani mengungkapkannya kepada kaisar. Walaupun kaisar tahu kabar angin ini, ia tak pernah maju menjelaskan ataupun membantah, seolah dia membenarkan kabar ini.

Kehidupan Pangeran Wu sangat baik di tahun pertamanya menjadi pangeran. Orang-orang sangat menghormatinya karena berpikir ia adalah kesayangan kaisar. Namun, semakin lama reputasinya semakin anjlok. Putra mahkota mulai berani mengganggu Wu Yanshi. Namun, kaisar hanya diam saja. Bahkan saat Wu Yanshi sudah bertindak keterlaluan, kaisar juga tidak mengatakan apa-apa.

Hal ini yang menyebabkan Pangeran Wu tak lagi dihormati oleh orang di istana maupun rakyat kekaisaran.

Lin Feili berjalan mendekati kerumunan. Jika berdasarkan alur novel, seharusnya mereka bertemu saat pernikahan. Kali ini, mereka bertemu lebih cepat.

Lagipula, Lin Feili bisa merasakan penderitaan Wu Yanshi. Karena siapa lagi di sini yang bisa menderita sepertinya selain Wu Yanshi.

Lin Feili tiba di kerumunan. Wajahnya mendongak menatap lantai dua sebuah restoran terkenal di kekaisaran. Di sana, ia melihat wajah orang yang paling dibencinya.

Ye Xuan!

"Wu Yanshi, coba kau pikirkan. Bagaimana jika aku tidak sengaja mendorong dan menjatuhkanmu dari lantai dua ini? Apa yang akan kau lakukan padaku?" ucap Ye Xuan dengan senyum congkaknya.

Lin Feili melihat pria yang duduk di kursi roda tak jauh dari Ye Xuan. Ia mengenakan setelan perak yang senada dengan wajah pucatnya. Itu pasti Wu Yanshi.

"Jika Putra Mahkota ingin mendorongku, maka aku tidak bisa melakukan apapun," jawab Wu Yanshi dengan tenang. Nadanya santai, bahkan terselip sedikit ejekan.

Ujung bibir Ye Xuan berkedut melihat sikap Wu Yanshi. Ia sangat muak melihat sikap Wu Yanshi yang tenang seperti ini, seolah dirinyalah yang diganggu Wu Yanshi.

"Kakak, punya keberanian darimana sampah ini bisa menjawabmu seperti itu. Ayo, kita dorong saja dia!" ucap pangeran kedua, Ye Guan.

Setelah selesai bicara, Ye Guan berpura-pura berjalan ke depan dan tersandung. Tangannya meraih kursi roda Wu Yanshi dan mendorongnya hingga terjatuh melewati pagar balkon.

Orang di bawah dapat melihat cahaya perak terjatuh dari gedung restoran lantai dua tersebut.