NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Bab 10

Saat ini Elen sudah tiba di lokasi acara ulang tahun Bella. Setelah memarkir mobilnya di basement club lalu turun dari mobil.

"Dasar Bella, kenapa juga ngadain acara di tempat kaya gini coba," Gerutu Elen tahu jika tempat acara ulang tahun Bella adalah Club malam. Ia tadi hanya dikirim share lokasi tanpa memperhatikan dengan detail lokasinya.

"Sudahlah, aku gabung sebentar aja terus pulang ke rumah sakit." Dengan langkah ragu, Elen memasuki lift yang membawanya dari basement ke pintu utama club. Karena baru pertama kalinya menginjakkan kaki di tempat seperti itu, Elen sudah merasa tidak nyaman padahal baru melewati pintu masuk utama. Ia putuskan menghubungi Bella tapi tidak dijawab oleh Bella sehingga ia pun menghubungi Lina agar menjemputnya di pintu masuk.

"Gue kira lo nggak bakalan dateng, Len." Ujar Lina lalu memeluk Elen singkat sebagai sapaan.

"Niatnya emang gitu tapi takut gue diamuk sama yang punya acara nantinya," Kekeh Elen mengurai pelukannya.

"Yaudah yuk masuk! Yang lain udah datang." Ajak Lina sambil menggandeng lengan Elen.

"Temen lo kenapa, sih, ulang tahun di Club? Nggak ada tempat lain emang?" Protes Elen.

"Kaya lo nggak tahu Bella aja, cari sensasi dia."

Lina terkikik sendiri, "Kemana, sih, dia malah ngilang ?" Ujarnya sambil mengamati sekeliling tidak melihat Bella.

"Rame banget, nggak cuman temen SMA, ya?" Tanya Elen melihat orang-orang asing di sana. Acaranya memang digelar mewah untuk sekelas ulang tahun.

"Nggak, banyak temen dari luar negeri juga." Jawab Lina apa adanya masih mencari-cari keberadaan Bella.

"Elen."

Pada saat yang bersamaan seseorang memanggil nama Elen membuat sang empunya menoleh.

"Bagas." Gumam Elen pelan. Pria bernama Bagas itu berjalan ke arahnya.

Deg!

Tiba-tiba jantung Elen berdegup kencang.

"Cie disamperin mantan...gue cari Bella dulu." Bisik Lina terkikik kemudian kabur.

"Hai." Sapa Bagas canggung saat pria dengan posturnya yang tinggi, rambut hitam dan alis tebal itu sudah berdiri di hadapannya.

"Long time no see."

"Ya, long time no see." Balas Elen dengan senyum tipis sama canggungnya seperti Bagas.

Setelah bertahun-tahun lamanya kini dua insan yang pernah saling jatuh cinta itu dipertemukan kembali.

"Gimana kabar kamu, Len?" Tanya Bagas memulai percakapan dengan nyaman.

"Seperti yang kamu lihat Bagas, aku baik. Kamu sendiri apa kabar? Lagi balik ke Indo, yah? Atau udah netap lagi?" Balas Elen lalu bertanya. Yang ia tahu dari Lina-beberapa tahun lalu Bagas memutuskan pindah ke luar negeri membantu bisnis orang tuanya di sana. Juga merintis bisnisnya sendiri di sana.

"Aku baik, ya sengaja balik ke Indo." Jawab Bagas," Al apa kabar?"

"Al, baik."

Bagas mengangguk, "Ayo ngobrol dengan nyaman di sana!" Bagas menunjuk sofa kosong di sudut ruangan, "Kita udah lama nggak ketemu. Kamu nggak keberatan' kan ngobrol sama aku?" Tanya Bagas hati-hati.

Kalau boleh jujur sih Elen nggak nyaman dengan kehadiran pria itu tapi ia mencoba bersikap biasa saja.

"Boleh." Lalu, keduanya bersama-sama menuju tempat yang ditunjuk oleh Bagas.

Tanpa kedua orang itu sadari banyak pasang mata yang tengah memperhatikan gerak-gerik mereka.

"Anjir si Bagas, minimal dia biarin Elen ketemu gue dulu nggak langsung diajak mojok." Gerutu Bella kesal melihat Bagas dan Elen.

"Siapa, Elen? Kamu kenal?" Suara Ervan mengalihkan atensi Bella menoleh pada kakaknya.

"Itu, kak. Temen aku yang tadi aku ceritain."

"Oh," Ervan mengangguk lalu melirik Aksa yang nampak kesal sehingga muncul ide di benak Ervan untuk membuat Aksa semakin kesal. Sebab dia tahu Aksa pasti kesal melihat kedekatan Elen dan pria asing tampak akrab.

"Emang siapa namanya, Bel? Yang cowok itu pacarnya? Pantesan nggak jadi kamu kenalin ke kakak. Orang udah punya cowok dianya." Selidik Ervan kepo. Yang langsung dilirik Brian.

"Namanya Elen, tadi 'kan udah aku kasih tahu. Yang cowok itu mantannya, hampir nikah tapi nggak jadi. Nggak jadi juga aku kenalin ke kakak karena nggak boleh sama anaknya. Dia punya anak Abg. Waktu itu anaknya posesif banget sama Elen." Balas Bella cuek.

"Oh, kirain pacarnya. Kalau sekarang anaknya masih posesif nggak, Bel?" Kepo Ervan lagi. Sengaja memang dia.

"Kayaknya sih udah enggak. Soalnya temen aku yang mantannya itu mau ngajak balikan. Nggak tahu juga. Kenapa sih, kakak kepo banget? Mau kenalan?" Selidik Bella.

"Emang boleh?"

Brian yang mendengar pertanyaan Ervan itu hanya bisa menahan tawa saat melirik wajah Aksa yang sudah masam.

"Nggak boleh lah. Aku mau dukung Bagas." Lalu, tanpa permisi Bella pergi menghampiri Elen dan Bagas disana juga ada Lina yang sudah kembali bergabung.

"Saingan lo tuh, Sa." Ledek Ervan.

Aksa mengabaikan ledekan Ervan. Fokus matanya tertuju pada perempuan yang tengah tertawa dengan lepas diantara dua perempuan dan satu pria.

"Samperin aja Sa. Bukanya lo kemarin semangat banget mau ngerebut istri orang, berhubung nggak punya suami. Ngerebut dari mantan pacar juga sah-sah aja." kekeh Brian ikut menggoda sahabatnya. Nggak tahu saja Brian, Aksa sudah menahan emosi di dadanya.

"Bukannya Al masih di rumah sakit, Sa?" Garry yang sedari tadi hanya diam akhirnya buka suara.

"Eh, iya. Terus Al sama siapa?" Imbuh Brian. Melihat Elen beranjak dari duduknya, Aksa ikutan berdiri.

"Gue cabut duluan." Ucap Aksa langsung pergi begitu saja.

"Nekat bener temen lo, Gar." Ervan geleng-geleng kepala sudah bisa menebak kemana Aksa akan pergi.

Karena Aksa berjalan mengikuti Elen.

"Gue dukung aja. Selama tuh cewek beneran single," Ucap Garry datar.

"Mending lo amankan situasi, Van. Kemungkinan besar Elen nggak bakal balik ke sini." Ujar Brian.

"Gue tahu." Ucap Ervan berlalu pergi menghampiri sang adik agar segera memulai acaranya sehingga teman-temannya bisa fokus pada Bella dan tidak menyadari jika ada teman mereka yang hilang.

Sementara Elen pergi ke toilet karena ingin menelepon Rissa untuk menanyakan bagaimana keadaan Al.

"Siba jadi datang 'kan?" Elen pada seseorang yang di teleponnya.

"Iya, mbak. Anak-anak lagi ngumpul di ruangan Al jadi, aku tinggal ke supermarket bentar beli jajan." Jawab Rissa.

"Yaudah, mbak titip Al. Jangan lupa makan malamnya Al."

"Iya, mbak."

Setelah menutup panggilan teleponnya, Elen menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Lalu, ia memandang pantulan dirinya pada cermin di depannya.

"Bagas." Gumam Elen lirih.

Flashback off beberapa tahun yang lalu.

"Mama menentang hubungan kalian!" Seru lantang Nyonya Dian, ibu kandung Bagas. "Perempuan ini yatim piatu, Bagas. Dia cuman mau manfaatin kamu biar bisa mengadopsi anak itu. Mama nggak akan biarkan kamu menikah dengan perempuan yang memiliki banyak beban, apa kata kolega kita kalau tahu kamu mau menikahi perempuan yatim piatu udah gitu mau adopsi anak nggak jelas. Kalian putus saja."

"Ma, aku mencintai Elen, ma. Aku juga nggak keberatan dengan kehadiran Al diantara kami,-"

"Mama yang keberatan, Bagas." Potong Nyonya Dian cepat, "Kayak nggak ada perempuan lain aja." Sungutnya.

"Mama, tolong."

"Stop, Bagas. Dan, kamu saya minta kamu jauhi putra saya. Sampai kapanpun saya nggak akan menerima kamu sebagai menantu!" Seru Nyonya Dian sambil menunjuk tepat di depan Elen. Elen hanya bisa diam sambil menahan segala rasa sakit hatinya. Dia sengaja tidak mau membalas semua ucapan sadis Nyonya Dian selama ini karena tidak mau mempersulit Bagas. Elen tidak ingin membiarkan Bagas kesulitan akan membela Elen atau sang mama jika Elen membalas segala ucapan jahat nyonya Dian. Itu sebabnya Elen memilih diam.

"Elen, ucapan mama,-"

"Bagas, aku rasa apa yang diucapkan tante Dian bener. Kita nggak seharusnya bersama, kita akhiri saja hubungan ini. Maaf, Bagas." ucap Elen kemudian pergi dari sana. Pergi dari rumah Bagas.

Semenjak hari itu Elen menjauh dari Bagas dan memutuskan menikah dengan teman masa kecilnya agar bisa mengadopsi Al. Setahun setelah menikah Elen dan suaminya bercerai. Setelah perceraian itu Elen hanya fokus kepada bisnis dan keluarganya, Al dan Rissa. Dia tidak lagi memikirkan masalah cinta karena memang tidak begitu penting di hidup Elen. Tanpa lelaki pun hidup Elen tidak akan kesepian karena ada sang putra dengan tingkah ajaibnya sesekali juga ada adik sepupunya yang sangat heboh.

Flashback off.

"Kamu mau apa lagi Bagas? Kenapa muncul lagi?" Gumam Elen memejamkan matanya singkat, menahan segala gejolak didadanya. Sungguh ia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan pacarnya di acara Bella.

"Udahlah, kamu pasti bisa, Elen. Semua sudah masa lalu." Ucap Elen yakin kemudian keluar dari toilet.

"Anda!" Pekik Elen melihat seseorang tengah berdiri di depan pintu toilet.

"Ikut saya!" Lagi-lagi pria itu menyeret Elen secara paksa.

"Lepasin!" teriak Elen berontak.

"Diam!" Bentak Aksa yang kini mendorong tubuh Elen mentok ke tembok. Bentakan itu membuat Elen mengerjap kaget, pria di hadapannya terlihat sangat murka.

"Ibu macam apa yang pergi ke club malam meninggalkan anak yang sakit di rumah sakit, ha? Kamu udah gila?" Sentak Aksa keras. Lagi-lagi Elen mengerjap kaget.

"Anda ngapain marahin saya?" Tanya Elen bingung.

"Seharusnya kamu di rumah sakit nungguin anak kamu bukan malah keluyuran di tempat seperti ini, ganjen di depan lelaki." Ucap Aksa kesal.

"Maksud anda apa? Siapa yang ganjen?" tanya Elen tidak terima.

"Kamu datang-datang marah-marah, narik-narik tangan saya, nggak jelas banget." Elen mendorong tubuh Aksa agar menjauh dari hadapannya tapi pria itu justru mengunci tubuh Elen dengan kedua tangannya sehingga Elen tidak bisa berkutik.

"Saya belum selesai bicara." Tegas Aksa.

"Apa yang mau dibicarakan? Saya nggak ada urusan dengan anda." Sungut Elen. Pria di depannya ini suka sekali mengganggunya.

"Siapa yang bilang kamu nggak ada urusan sama saya?" Tanya Aksa dengan seringaiannya, "Kamu lupa apa yang terjadi di antara kita sore itu? Barangkali ada sesuatu saya di perut kamu." Ejek Aksa menatap perut rata Elen.

"Bayi? ha ha ha," Elen terkekeh pelan, "Nggak mungkin. Lagi pula saya nggak mungkin hamil. Apalagi anak anda. Siapa yang mau hamil dari pria brengsek seperti anda. Saya nggak sudi." Tegas Elen.

Aksa merasa harga dirinya telah dilukai oleh Elen. Perempuan itu berani sekali menghinanya. Dan, apa katanya tidak mau mengandung anaknya? Elen kamu sudah melewati batasan kesabaran Aksa.

"Kenapa nggak mungkin? Saya mengeluarkannya di dalam." Ucap Aksa tajam. Sangat jelas akan apa yang pria itu lakukan saat menyentuh tubuh Elen.

"Lalu?" Tanya balik Elen enteng.

"Jangan bilang kamu minum-" Curiga Aksa.

"Tentu saja, Saya sudah mengantisipasinya agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan nantinya."

"Beraninya kamu!!" Murka Aksa lalu menggendong paksa Elen dari tempat itu.

"Apa-apaan anda ini."

"Puk. Puk. puk." Berontak Elen memukuli punggung Aksa namun sama sekali tidak digubris oleh Aksa. Pria itu justru membawa Elen ke tempat parkir dan memaksa Elen masuk ke dalam mobilnya lalu menjalankan mobilnya pergi dari sana.

Di sepanjang jalan, Elen berontak ingin dilepaskan namun gagal. Mereka sampai di sebuah rumah mewah dan Aksa langsung membawa Elen, menggendong Elen keluar dari mobil masuk ke dalam rumah menaiki tangga lantai tiga dan berakhir di sebuah kamar. Dia membawa Elen pulang karena tempat itu tidak terlalu jauh dari Club.

Buk.

Aksa menjatuhkan tubuh Elen ke atas ranjang lalu pria itu berbalik ke arah pintu dan mengunci pintunya.

"Brengsek apa yang mau kamu lakukan?" Teriak Elen murka.

"Saya akan buat kamu menyesal sudah berani meminum pil itu." Sarkas Aksa sambil membuka sendiri kancing kemejanya setelah dia melepas jas nya dan membuangnya ke sembarang arah.

"Nggak, ini nggak bener. Sayang nggak mau!!" Elen beringsut mundur saat Aksa naik ke atas ranjang dan mendekati perempuan itu.

"Jangan lakukan lagi." Pinta Elen menangis, dia bisa melihat seberapa murkanya pria itu.

"Terlambat, Elen. Kamu menguji kesabaran saya." Aksa mengunci kedua tangan Elen dengan tangannya dan meletakkannya di atas kepala. Lalu pria itu mengapit kaki Elen yang berontak dengan kedua kakinya, setelahnya membungkam bibir ranum Elen, menciumnya dengan sangat kasar dan menuntut.

Elen hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, apalagi saat tangan Aksa berhasil menyingkap dress yang Elen kenakan dan mengelus paha mulus Elen. Sehingga menimbulkan gelenyar aneh pada dirinya, dia mulai terbuai akan perlakuan Aksa. Tubuhnya seolah mengkhianati dirinya yang ingin berontak.

Tapi, Elen mencoba mengembalikan kewarasannya di tengah cumbuan panas Aksa!

Dugh.

"Akh." Pekik Aksa merasa sesuatu menendang bagian bawahnya sehingga pria itu meringis. Dan, menghentikan aksinya mencumbu Elen.

Dengan gerakan gesit Elen berlari ke arah pintu dan ingin kabur namun berhasil ditangkap lagi oleh Aksa.

"Mau kabur?" Tanya pria itu yang berhasil mendekap tubuh Elen.

"Tolong jangan seperti ini, tolong." Pinta Elen memelas dengan mata yang berlinang air mata. Entah mengapa itu membuat Aksa luluh. Pria itu mengusap lembut air mata di wajah Elen dan mengecup singkat bibir Elen.

"Cuci wajahmu, saya antar kamu pulang." Ucap Aksa melepaskan tubuh Elen.

Tidak mau melepaskan kesempatan, Elen segera berlari ke kamar mandi yang ada di kamar itu.

Di dalam kamar mandi, Elen menangis sesenggukan setelah menghidupkan air kran wastafel. Mengapa dia begitu sial setiap kali bertemu pria itu? Apa salah dirinya? Kenapa pria itu selalu saja bersikap melecehkannya?

"Elen, saya tunggu 5 menit kamu tidak keluar. Saya buka pintunya." Suara ancaman dari Aksa segera membuat Elen mengusap air matanya. Ia basuh wajahnya dan keluar dari kamar mandi.

"Pakai ini!" Aksa menyerahkan jasnya untuk dipakai Elen sambil melirik pakain bagian dada Elen yang sobek sedikit karena ulahnya. Menyadari hal itu Elen segera menerima jas Aksa dan memakainya.

"Saya antar kamu pulang!" Seru Aksa seperti perintah yang tidak bisa dibantah. Pria itu berjalan keluar lebih dulu dari kamarnya dan diikuti oleh Elen.

Namun, saat berada di ruang tengah mereka berpapasan dengan Arka yang baru saja berjalan dari luar.

"Baru pulang boy?" Tanya Aksa datar pada sang putra.

"Iya, dad." Jawab Arka sedikit melirik ke arah Elen yang terlihat menunduk di belakang Aksa.

"Yasudah, kamu langsung istirahat. Daddy mau keluar sebentar." Ucap Aksa melanjutkan langkahnya sambil mengusap puncak kepala Arka. Jelas Elen mengekori Aksa sebab dia nggak tahu sedang dimana sekarang dan lagipula Aksa mengatakan akan mengantarkannya ke rumah sakit.

Bukannya langsung ke kamarnya, Arka malah menoleh menatap punggung daddy nya, dan seseorang yang nampak sedikit berantakan di belakang daddynya. Memandangi cukup lama.

"Apa dia pacar, Daddy?" Gumam Arka yang mengenali Elen. Sekalipun Elen menunduk, Arka masih bisa mengenalinya.

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!