Setelah melewati seratus kali kehidupan, akhirnya Liu Feng bisa menjadi manusia yang memiliki budi pekerti luhur dan menjadi Penguasa Benua Biru selama beberapa ratus tahun. Hal tersebut tidak lepas dari campur tangan gurunya yang berasal dari kalangan Dewa, yakni Dewa Kehampaan.
Setelah semuanya berjalan dengan baik, pada akhirnya Liu Feng mendapatkan kesempatan untuk menuju Alam Dewa dengan kehidupan yang baru namun memiliki ingatan yang sama dengan kehidupan sebelumnya di Dunia Fana.
Belakangan Liu Feng baru mengetahui, jika Fang Yuan merupakan Dewa yang terusir dari Dunia Dewa akibat kecemburuan Kaisar Dewa atas kekuatan yang dimiliki oleh Fang Yuan. Kaisar Dewa meyakini jika kekuasaannya akan direbut oleh seorang Dewa yang ia yakini sebagai Fang Yuan.
Atas kecurigaan sepihak inilah yang membuat Fang Yuan dikirim ke Dunia Fana dan tersegel untuk selamanya, oleh karenanya ia yang merasa mengalami ketidakadilan pun bertaruh atas kehidupan Liu Feng yang ternyata memiliki bakat unik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Waktu Satu Bulan
Masih di hari yang sama, saat sinar matahari mulai meredup menyapa senja di belahan barat Kota Shaanxi, terlihat senyum mengembang tergambar indah di wajah tampan Fang Yuan. Saat ini ia benar-benar merasakan energi fisiknya sudah benar-benar pulih meski belum merasakan tanda-tanda aliran Qi yang sepertinya masih tersumbat. Ia tidak lagi cemas, dengan kondisinya kini memang ia perlu melakukan beberapa hal dari awal kembali untuk menapaki puncak kultivasi.
"Ibu, bagaimana keadaanmu?" tanya Fang Yuan sesaat setelah selesai berpakaian.
Ia sudah membersihkan diri, bekas ramuan serta bau herbal yang terdapat di tubuhnya telah berganti aroma khusus yang bersifat wewangian bunga tertentu. Meski seorang pria, Fang Yuan tetap memperhatikan penampilannya yang sudah biasa ia lakukan selama ini.
"Bukankah seharusnya ibu yang bertanya demikian?" ucap Xie Xian memperhatikan keanehan tingkah putranya itu.
"Benar juga, maaf mungkin aku terlalu bahagia karena baru saja melewati masa yang sulit" ujar Fang Yuan sambil menyentuh bagian belakang kepalanya dengan salah tingkah.
"Sudahlah, semua sudah berlalu. Sebaiknya kamu segera temui ayahmu yang berada di luar" kata Xie Xian menunjuk ke arah pintu depan.
"Baiklah Bu, aku akan menemui ayah" Fang Yuan berjalan dengan sedikit pelan sambil memperhatikan beberapa hal.
Melihat sikap putranya tersebut Xie Xian tidak menaruh curiga, selama putranya kembali pulih ia sudah tidak memikirkan hal lainnya. Adapun rencana yang terbaik bagi masa depan putranya tersebut akan ia serahkan pada suaminya sebagai pemimpin keluarga.
"Selamat malam ayah..." sapa Fang Yuan saat tiba di teras depan rumahnya.
"Oh, kamu sudah pulih dengan cepat" ucap Fang Linpeng sambil menarik kursi untuk anaknya duduk.
"Ya ayah, semua berkat perhatian kalian" jawab Fang Yuan sambil mencoba mendalami perannya.
"Ini juga berkat bantuan dari Tetua Li Chung" ucap ayahnya sambil mengeluarkan sebutir pil pengumpul Qi dari dalam sakunya.
"Apa ini ayah?" tanya Fang Yuan sedikit bingung.
"Ini adalah pil pengumpul Qi, masih pemberian dari Tetua Gunung Pedang juga" jawab Fang Linpeng dengan tenang.
Fang Yuan mengambil pil yang merupakan pil pengumpul Qi, ia tidak menduga jika ada perhatian dari orang lain yang ia dengar sebagai Tetua Sekte Gunung Pedang, Sekte yang sama dengan asal-usul gurunya tersebut.
Sambil mencium aroma dan memperhatikan teksturnya, ia cukup mengagumi proses pembuatan pil di alam dewa yang memang memiliki standar lebih baik dari tempat ia berasal.
"Tetua Li juga menyerahkan lencana murid, jika kamu berhasil berkultivasi kembali" Fang Linpeng berkata dengan nada berat, lalu kembali mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.
"Bukankah ini token murid?" tanya Fang Yuan dengan serius.
"Ya, ini adalah token murid Gunung Pedang. Seharusnya hal semacam ini didapatkan juga oleh Fang Dianzuo setelah menjadi talenta terbaik Klan Fang" jawab Fang Linpeng dengan serius.
"Ayah, apakah ini tidak berlebihan? Sampai saat ini aku belum bisa merasakan aliran Qi di dalam tubuhku" Fang Yuan berkata dengan jujur, tidak menyembunyikan kondisinya.
"Ya, aku dapat merasakannya. Simpan saja kedua benda tersebut dan aku tidak akan memiliki kehendak untuk memaksa jalan kehidupanmu" ucap Fang Linpeng berikutnya dengan lebih santai.
Ia pernah merasakan hampir kehilangan anak demi membiarkan ambisinya untuk menciptakan kultivator handal dari keturunannya sendiri. Ia sudah terlalu lama hidup diremehkan oleh anggota Klan utama keluarga Fang. Tapi setelah peristiwa kemarin yang terjadi di depan matanya itu, membuat ia hanya ingin hidup normal meski berada dalam bayang-bayang keluarga inti Klan Fang.
Setelah membaca beberapa catatan serta mendengar penuturan dari pria di dekatnya itu membuat Fang Yuan sedikit lebih mengerti keadaannya, terutama sosok Fang Dianzuo yang baru saja dikatakan oleh ayahnya tersebut.
"Lalu apa yang didapatkan oleh Fang Dianzuo sekarang?" tanya Fang Yuan penasaran.
"Tentu saja ia akan bergabung dengan Sekte Gunung Pedang, Patriark juga sudah mengumumkan hal itu secara langsung" jawab Fang Linpeng dengan ekspresi datar.
"Bagaimana jika aku juga bergabung dengan Sekte Gunung Pedang?" tanya Fang Yuan dengan cepat.
"Pada dasarnya ayah dan ibumu tidak melarang, hanya saja keadaanmu sekarang berbeda dengan sebelumnya. Sehingga bertahan dengan hidup kembali ke Desa dimana tempat asal ibumu berada akan menjadi pilihan lebih bijak" Fang Linpeng menjawab tanpa daya.
"Bagaimana kalian bisa putus asa seperti itu? Bukankah kedua benda ini merupakan jalan yang sudah ditinggalkan oleh Tetua Li?" ucap Fang Yuan dengan penuh percaya diri.
"Anggap itu sebagai cinderamata saja, keadaanmu akan lebih baik jika seperti ini saja" ucap Fang Linpeng seolah menyela pendapat dari putranya sendiri.
"Ayah, berikan aku waktu satu bulan saja. Jika aku gagal meningkatkan kekuatanku maka aku akan melupakan hal-hal yang pernah aku cita-citakan sebelumnya" ucap Fang Yuan dengan sungguh-sungguh, lalu menyimpan kedua benda pemberian Tetua Li Chung.
"Ah, itu.." Fang Linpeng sedikit tercekat lidahnya, namun ia kembali tersenyum bahagia melihat semangat dari putranya itu.
"Bagaimana ayah?" tanya Fang Yuan kemudian menekankan pertanyaan sebelumnya.
"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu" jawab Fang Linpeng.
"Terimakasih ayah.." Fang Yuan berkata dengan senang.
Dengan waktu satu bulan yang ia miliki seharusnya sudah cukup untuk merangkai kembali segenap kekuatannya, meski ia belum tahu tingkatan atau ranah kekuatan di alam dewa tetapi ia bisa mengandalkan ingatan yang pernah ditinggalkan oleh gurunya. Belum lagi ia juga masih memiliki kekuatan tersembunyi yang akan keluar sewaktu-waktu mengikuti keadaan darurat.
Seusai berbincang dengan ayahnya, Fang Yuan pun kembali memasuki kamar pribadinya. Kali ini ia sedikit lebih bersemangat karena memiliki pertaruhan dengan ayahnya sendiri. Di dalam kamarnya, Fang Yuan segera meminum pil pengumpul Qi untuk ia padukan dengan teknik pernapasan.
Ia kemudian duduk bersila, mengatur napasnya dengan baik disertai niat yang kuat untuk membuat kemajuan di dalam dirinya. Dibantu dengan khasiat dari pil pengumpul Qi, perlahan ia mulai merasakan butiran-butiran Qi yang terbentuk dengan halus seiring dengan tarikan lembut napasnya.
Di dalam paru-parunya yang tampak mengembang, udara murni yang berubah menjadi energi Qi mulai berkumpul di salah satu titik dan mengalir merata melalui jaringan meridian yang seolah memancar menyinari ruangan. Beruntung sebelumnya ia sudah mengkonsumsi pil pemulihan dengan baik dan benar, sehingga dantiannya yang semula hancur kini mulai terbentuk kembali dengan semburat cahaya kebiruan.
Pada saat ini Fang Yuan belum bisa merasakan energi yang bergerak balik ke seluruh tubuhnya, energi Qi yang terkumpul lebih cenderung membentuk untaian dantian yang lebih besar dan lebih kokoh. Selama proses ini juga sudah tidak terhitung tetes keringat yang membasahi punggung serta dahinya.
"Esensi darah yang diberikan oleh Guru memang sangat kuat, aku khawatir jika dibiarkan terlalu lama maka tubuh ini akan hancur" ucap Fang Yuan sesaat setelah membuka kedua matanya.
Ia yakin dengan apa yang ia lakukan saat ini memang tidak lebih dari sekedar memaksakan diri, hingga pada akhirnya ia memilih untuk mengakhiri kultivasinya dengan mengingat beberapa rangkaian peristiwa saat dirinya berada di Dunia Kehampaan.
Sekedar Saran, usahakan berbeda alur ceritanya dengan cerita Pertama KPBB. Jangan sampai pembaca merasa penglulangan cerita hanya berbeda dunianya; dunia fana Dan dunia Dewa. /Pray//Pray//Pray/