Aletta Aurora Aralie yang digambarkan oleh lalisa manoban telah menjalani hubungan yang harmonis selama dua tahun dengan Nathan Alexandra Gabriel yang di gambarkan oleh kim mingyu pria yang selalu memberikan dukungan dan perhatian penuh kepadanya. Mereka berbagi mimpi dan kenangan indah, dan Aletta percaya bahwa Nathan adalah cinta sejatinya. Namun, segalanya berubah ketika Aletta secara tak terduga bertemu kembali dengan idolanya di masa kecil.
Iqbaal Satria Mahardika yang digambarkan oleh jeon jungkook seorang penyanyi terkenal yang pernah menghiasi hari-harinya dengan lagu-lagu dan wajah menawan. Pertemuan itu membawa kembali kenangan lama, membuat hatinya bergejolak dan membangkitkan perasaan yang dulu ia pikir sudah hilang. Iqbaal, yang sekarang tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa dan memesona, ternyata memiliki ketertarikan pada Aletta.
Dia mulai mendekatinya dengan ketulusan yang membuat Aletta terjebak dalam dilema besar: apakah ia akan tetap setia pada Nathan, pria yang selalu ada untuknya, atau merespons perasaan dari idola masa kecilnya yang kini berdiri di hadapannya?
Di tengah godaan dan keraguan, Aletta harus memilih antara cinta yang telah terbangun dengan Nathan atau pesona baru dari Iqbaal yang tak pernah ia idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Perjalan di Kota Besar
Aletta Aurora Aralie baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya di kampung halaman yang tenang, namun dia tahu bahwa impiannya tidak akan tercapai jika ia tetap tinggal di sana.
Dengan semangat membara, ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta, sebuah kota yang menjanjikan banyak peluang namun penuh tantangan.
Nathan Alexandra Gabriel, pacarnya yang bekerja di kapal laut, sering sandar di pelabuhan Jakarta Utara. Meskipun hubungan mereka kuat, jarak dan kesibukan membuat Aletta merasa bahwa ia harus mulai mencari arah hidupnya sendiri.
Dengan restu dari Nathan, Aletta melangkah menuju Jakarta, membawa harapan untuk meraih mimpi dan juga untuk tetap dekat dengan Nathan setiap kali ia singgah di kota tersebut.
Di Jakarta, Aletta mendapatkan pekerjaan sebagai perawat di salah satu rumah sakit ternama di Indonesia. Di sana, ia bertemu dengan Alena Putri, teman sekaligus rekan kerja yang kini menjadi sahabat dekatnya. Setiap hari, mereka bersama-sama menghadapi tantangan pekerjaan, dari pasien yang membutuhkan perhatian khusus hingga jadwal kerja yang padat.
Namun, kehidupan Aletta tidak hanya berputar di sekitar rumah sakit. Selain bekerja, ia juga melanjutkan kuliah profesi untuk memperdalam ilmunya.
Tak hanya itu, Aletta juga aktif di media sosial sebagai influencer dan affiliate, mengisi waktu luangnya dengan membuat konten yang menarik serta mendukung usahanya untuk menyambung hidup di kota besar.
Setelah seharian penuh bekerja di rumah sakit, Aletta akhirnya punya waktu untuk menelpon Nathan. Dengan lelah yang masih terasa di tubuhnya, ia tersenyum saat nama Nathan muncul di layar ponselnya.
Aletta: (menghela napas) "Hai, aku udah selesai kerja, akhirnya bisa duduk juga."
Nathan: (tertawa lembut) "Hai, Sayang. Gimana hari pertama kerjanya? Capek banget ya?"
Aletta: “Banget! Aku nggak nyangka ternyata benar-benar melelahkan. Dari pagi sampai sore rasanya nggak ada waktu buat duduk. Tapi seru juga sih, ketemu banyak pasien, belajar hal baru."
Nathan: “Aku yakin kamu bisa kok. Kamu kan emang jagoan. Ada yang menarik hari ini di rumah sakit?"
Aletta: (tertawa pelan) "Masa sih? Ya, tadi ada pasien anak kecil yang lucu banget. Dia takut banget disuntik, tapi setelah aku bujuk-bujuk akhirnya dia berani. Rasanya seneng banget bisa bantu orang."
Nathan: “Kamu memang punya cara bikin orang merasa nyaman, itu kelebihanmu. Aku bangga sama kamu."
“Aletta: “tersenyum lebar) "Makasih, Nathan. Aku senang dengarnya. Oh iya, aku kerja bareng Alena, teman baruku di sini. Dia asyik banget, kita selalu bareng-bareng dari tadi."
Nathan: “Senang denger kamu punya teman di sana. Setidaknya nggak sendirian kalau lagi sibuk di rumah sakit."
Aletta: “Iya, bener banget. Tapi... aku kangen sama kamu. Rasanya beda aja, jauh dari kamu."
Nathan: (menghela napas) "Aku juga kangen, Sayang. Aku bakal sering-sering kasih kabar, ya, walaupun lagi di kapal."
Aletta: “Iya, janji ya? Aku juga bakal sering cerita soal pekerjaanku. Biar rasanya tetap dekat walaupun jauh."
Nathan: “Deal! Kamu hebat banget bisa kerja, kuliah, dan jadi influencer sekaligus. Jangan lupa istirahat, ya. Aku nggak mau kamu sakit."
Aletta: “Tenang aja, aku bakal jaga kesehatan. Kamu juga ya, di sana?"
Nathan: “Pasti, aku juga bakal jaga diri. Kamu fokus kerja, nanti kalau kapalku sandar di Jakarta, aku bakal langsung temuin kamu."
Aletta: “Nggak sabar nunggu hari itu. Aku sayang kamu."
Nathan: “Aku juga sayang kamu, Aletta. Tetap semangat, ya. Kamu nggak sendirian."
Aletta: “Oh iya, Nathan, lupa bilang. Aku dan Alena ternyata satu kos! Seru banget, kan? Kita beda kamar, sih, tapi enak juga ada teman yang bisa diajak ngobrol kapan aja."
Nathan: (tertawa) "Wah, seru tuh! Jadi ada yang nemenin juga kalau di kos. Kalian udah akrab dan ngobrol?"
Aletta: “Iya, tadi aja ngobrol, kita ngebahas kejadian di rumah sakit atau ya, curhat-curhat ringan aja. Lumayan lah buat ngilangin capek."
Nathan: “Kamu beruntung banget bisa bareng sama Alena. Jadi nggak terlalu sepi, ya?"
Aletta: “Iya, bener. Aku kira awalnya bakal ngerasa sendirian di sini, tapi ternyata nggak. Ada Alena, jadi selalu ada yang bisa diajak cerita."
Nathan: “Senang dengernya. Kalau kamu ada apa-apa, kabarin aku?"
Aletta: “Iya, Kalau aku butuh bantuan, aku bakal langsung chat kapten aku”
Nathan: “Bagus deh. Jangan ganjen disana inget aku!."
Aletta : “gamungkin banget aku begitu sayang (tersenyum) "Kamu nggak usah khawatir.."
Nathan: awas aja ya kamu! Jaga diri kamu ya sayangku! Ini perintah!”
Aletta: “Kamu juga jaga diri. Sampai ketemu nanti."
Percakapan itu berakhir dengan senyuman di wajah Aletta. Meski jauh, dukungan Nathan membuatnya merasa lebih kuat untuk menjalani harinya di kota besar.
***
Setelah seharian bekerja, Aletta mulai merasa perutnya keroncongan. Menjelang sore yang mulai gelap, ia pun menghampiri kamar Alena untuk mengajak makan.
Aletta: (mengetuk pintu kamar Alena) "Len, kamu lapar nggak? Aku laper banget, nih. Gimana kalau kita beli pecel lele depan sana?"
Alena: (membuka pintu dan tersenyum) "Duh, kamu tahu aja! Aku juga laper dari tadi, tapi masih malas keluar. Ayo, deh, kita beli pecel lele."
Aletta: “Yes! Aku udah ngidam sambal pecel lelenya yang pedes itu. Bener-bener bikin nagih."
Alena: (tertawa) "Iya, aku juga suka sambalnya. Yuk, cepetan kita ke sana sebelum makin ramai!"
Aletta dan Alena segera keluar kosan, berjalan santai sambil ngobrol ringan. Jalanan sudah mulai sepi, tapi mereka berdua masih semangat mencari makanan favorit mereka.
Aletta: “Ternyata enak juga ya tinggal di sini, makanan gampang dicari, murah pula. Di kampung susah banget nemu kayak gini."
Alena: “Bener, di sini kita bisa makan macam-macam, murah lagi. Plus, ada kamu yang selalu siap jadi partner makan malam."
Aletta: “tertawa) "Iya, untung kamu doyan makan juga. Kalau nggak, aku pasti makan sendirian tiap malem."
Sesampainya di warung pecel lele, mereka segera memesan makanan kesukaan mereka. Tak sabar menikmati hidangan, mereka mengobrol sembari menunggu pesanan datang.
Alena : “Abis makan ini, kita pulang terus istirahat ya? Besok pasti sibuk lagi."
Aletta: “Iya, bener. Tapi sebelum itu, makan dulu sampai puas. Pecel lele malam-malam kayak gini paling pas."
Tak lama kemudian, pesanan mereka datang, dan keduanya menikmati makan malam dengan perut yang akhirnya terpuaskan.
Setelah kenyang makan pecel lele, Aletta dan Alena masih duduk santai di warung itu. Mereka tak terburu-buru pulang, menikmati suasana malam yang tenang sambil mengobrol.
Alena: “(mengusap perutnya) "Wah, kenyang banget. Rasanya tidur nanti bakal nyenyak."
Aletta: “Iya, sama. Pecel lelenya emang nggak pernah mengecewakan."
Aletta menyandarkan tubuhnya ke kursi, memandang sekitar sambil mendengar obrolan ringan dari meja-meja lain. Namun, tiba-tiba suasana berubah saat rombongan orang mendekati warung. Terdengar riuh obrolan yang lebih ramai dari biasanya.
Alena: (menoleh) "Eh, rame banget. Siapa, ya? Kayak orang penting gitu."
Aletta ikut menoleh ke arah yang sama. Mata Aletta langsung membelalak ketika melihat salah satu sosok di antara rombongan itu.
Aletta: (terdiam sejenak, lalu berbisik) "Enggak mungkin... Itu... Itu Iqbaal!"
Alena: (mengernyitkan dahi) "Iqbaal? Maksudmu, Iqbaal yang penyanyi itu?“
Aletta: (mengangguk pelan, masih tak percaya) "Iya, itu dia. Iqbaal Satria Mahardika. Dulu aku ngefans banget sama dia waktu masih kecil."
Alena: (terkagum) "Seriusan? Wah, nggak nyangka ketemu dia di sini. Kok bisa dia ada di sini, ya?"
Aletta hanya bisa terdiam, hatinya berdebar. Ia masih tidak percaya bahwa idola masa kecilnya sekarang benar-benar ada di depannya, hanya beberapa meter saja. Seakan teringat kembali semua momen-momen ketika ia mendengarkan lagu-lagu Iqbaal dulu.
Aletta: (berbisik pelan) "Gila... Aku nggak nyangka bisa ketemu dia langsung."
Iqbaal bersama rombongannya tampak santai berjalan dan mencari tempat duduk di sudut warung. Aletta sesekali mencuri pandang, masih merasa gugup tapi juga takjub.
Alena: (tersenyum melihat reaksi Aletta) "Kenapa nggak coba sapa aja, Let? Kesempatan langka, lho."
Aletta: (cepat-cepat menggeleng) "Nggak, nggak mungkin. Malu. Lagian, dia pasti sibuk."
Alena: “Yaudah, tapi kalau nanti kamu nyesel nggak nyapa dia, jangan salahin aku, ya."
Aletta tersenyum kecut, namun dalam hatinya ada perasaan campur aduk. Bertemu langsung dengan idolanya adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan. Namun, sekarang, ketika sudah dewasa dan sudah punya pacar, perasaan yang dulu pernah ada saat ia mengidolakan Iqbaal terasa begitu jauh.
Aletta dan Alena masih asyik ngobrol, namun tiba-tiba Iqbaal, yang tadi hanya dilihat dari jauh, malah mendekat ke arah mereka. Tanpa diduga, Iqbaal dan rombongannya memilih duduk di meja tepat di sebelah Aletta.*
Iqbaal: (tersenyum ramah) "Nyaman di sini deh, kayaknya. Nggak apa-apa, kan, kalau aku duduk di sini?"
Aletta terdiam sejenak, masih sedikit terkejut dengan kedekatan Iqbaal. Alena yang melihat reaksi Aletta hanya menahan tawa kecil. Aletta akhirnya mengangguk pelan.
Aletta: Boleh, kok..."
Iqbaal duduk dengan santai, lalu memperkenalkan diri meski ia tahu pasti Aletta mengenalnya.
Iqbaal: (tersenyum) "Aku Iqbaal."
Aletta: (tersenyum tipis) "Emang ada, ya, yang nggak kenal kamu?"
Iqbaal tertawa kecil, tidak menyangka dengan jawaban spontan Aletta.
Iqbaal: “Tapi aku tetap mau kenalan. Emang nggak boleh?"
Aletta yang awalnya grogi perlahan mulai merasa lebih rileks. Ia memutar bola matanya, berpura-pura serius sebelum akhirnya tersenyum lebar.
Aletta: Bayar, ya?"
Iqbaal tertawa lebih keras, terhibur dengan respons Aletta yang tidak terduga.
Iqbaal: (sambil tersenyum) "Wah, jadi bayar nih kalau mau kenalan? Gimana, mau kasih diskon nggak?"
Aletta hanya tersenyum simpul, sementara Alena diam-diam menatap Aletta dengan takjub, tak percaya kalau temannya bisa begitu tenang berbicara dengan seorang idola yang dulu sangat ia kagumi.
Iqbaal yang sudah merasa lebih nyaman di dekat Aletta mulai membuka obrolan ringan.
Iqbaal: “Tadi kalian makan apa? Pecel lele, ya? Worth it nggak? Tapi kayaknya yang lebih worth it sekarang tuh kenalan sama kamu, deh." (tersenyum jahil)
Aletta mengangkat alis, tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.
Aletta: “Modus banget."
Iqbaal tertawa lagi, tampak senang karena suasana semakin cair. Sementara itu, Alena yang sedari tadi hanya menyimak tiba-tiba menyelipkan dirinya ke dalam obrolan.
Alena: (menghadap Iqbaal dengan senyum lebar) "Eh, aku juga mau kenalan, dong. Jangan cuma Aletta aja yang dapet perhatian!"
Iqbaal mengalihkan pandangannya ke Alena dan tersenyum ramah.
Iqbaal: “Oh iya, tentu dong. Nama kamu siapa?"
Alena: “Alena Putri. Aku temannya Aletta, satu kos bareng, cuma beda kamar."
Iqbaal: (tersenyum lebar) "Wah, seru ya kalian satu kos. Jadi, teman ngobrol setiap hari, nih?"
Alena: “Iya, dan aku juga jadi saksi, lho, betapa ngefans-nya Aletta sama kamu sejak dulu." (tertawa pelan)
Aletta mendelik ke Alena, merasa sedikit malu, tapi juga ikut tertawa. Iqbaal hanya tersenyum lebih lebar, tampaknya senang mengetahui hal itu.
Iqbaal: (melihat ke Aletta sambil tersenyum) "Wah, beneran? Dulu ngefans sama aku, ya?"
Aletta: (tersenyum, tapi terlihat sedikit malu) "Iya, waktu kecil, aku suka banget sama lagu-lagu kamu. Tapi itu dulu." (menggoda)
Iqbaal: (tertawa) "Dulu, ya? Nah, sekarang gimana?"
Aletta: “Sekarang aku lebih milih jadi pendengar yang objektif." (tersenyum)
Iqbaal tertawa keras mendengar jawaban itu, sementara Alena kembali menggoda Aletta, membuat suasana semakin ringan dan akrab.
Bersambung….
mampir juga dong ke karya terbaruku. judulnya "Under The Sky".
ditunggu review nya kaka baik... 🤗