Eva adalah gadis berusia 18 tahun berasal dari keluarga sederhana. Ia memiliki mimpi besar menjadi orang kaya dan hidup serba ada.
Daniel Ananta menikahi gadis bernama Arsana putri wijaya. Putri satu-satunya dari keluarga terpandang di negaranya. Sayangnya Arsana adalah wanita yang sombong dan bertindak semaunya. Dalam pernikahannya Arsana tak mau mengandung seorang anak dengan berbagai alasan. Untuk itu Daniel akan membayar siapa saja yang mau mengandung anaknya dan Arsana. Dengan imbalan uang 3 miliar setelah anaknya dapat terlahir di dunia.
Dengan informasi dan bujukan dari Toni,
Eva bersedia menyewakan rahimnya karna terbayang uang yang akan di dapatkannya nanti setelah melahirkan bayi Daniel dan Arsana.
Mampukah Eva yang masih berusia 18 tahun mengandung seorang bayi dan melahirkannya. Dan konflik apa saja yang ada di dalamnya.
Ikuti kisahnya, jangan lupa like, coment, vote, favorit dan hadiahnya ya...
Salam manis dari author..selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perum Elite
Malam itu juga mereka bertemu di tempat yang sama, di depan warung mbak Lita yang sudah tertutup sempurna.
Toni datang terlebih dulu membawa sepeda motor pinjaman dari teman satu kost nya. Mereka pun berangkat menuju alamat di kartu nama yang di baca oleh Toni.
perum cempaka putih jl. anggrek no 52
Tibalah mereka di salah satu perumahan elite, baru saja akan masuk ke dalam area perumahan tapi mereka sudah di hadang oleh para satpam keamanan yang berjaga di pintu masuk perumahan.
Dengan alasan sebagai tukang service kunci akhirnya mereka bisa masuk ke dalam perumahan itu, mencari alamat yang di tuju.
Sebenarnya Toni juga tidak terlalu yakin pergi kesana, apalagi membawa Eva. Dia mengingat-ingat lagi apa dia tak salah dengar mengenai rahim sewaan itu.
Tapi hatinya terus meyakinkan bahwa dia memang mendengarnya dengan jelas, dan dia harus datang ke rumah itu untuk membuka jalan untuk kehidupan yang lebih baik nantinya.
Setelah berputar-putar di perumahan elite itu lebih dari 2kali Eva pun mulai meragukan jika Toni benar-benar orang yang baik, ia bahkan tadi beralasan sebagai tukang service kunci saat masuk dan dia juga tak mengetahui pasti letak rumah orang yang ingin membayar mereka.
"Berhenti...."
bentak Eva yang sedang berada di belakang Toni dengan sepeda motor matic pinjamannya.
"Kenapa kau berteriak...bicara pelan pun aku akan mendengar...aku mohon jangan menggila disini..kita bisa di tangkap satpam nanti..."
Tak menghiraukan perkataan Toni, Eva malah semakin marah pada Toni.
"Sebenarnya kau ini serius tidak sih...kita masuk secara ilegal disini...kau tau resiko jika kita ketahuan berbohong....ini kawasan perumahan paling elite disini...kita bisa masuk penjara jika ketahuan berbohong...sebenarnya kau tau tidak sih rumah bos besarmu itu...kita sudah berputar lebih dari 3 kali di tempat ini..."
"Diam atau aku turunkan kau disini...cerewet sekali..."
bentak Toni tak kalah keras dari Eva.
Akhirnya Eva pun memilih untuk diam dan menuruti kemauan Toni tanpa banyak bicara, ia menatap setiap rumah yang di pandangnya dengan malas karna sudah bosan berputar-putar di dalam perumahan itu.
dasar pria gila...bagaimana aku bisa bertemu dengannya sih...apalagi mengikuti semua kemauannya...gara-gara tergiur 1 miliar itu aku jadi terjebak di perumahan ini tanpa kejelasan...
Toni melihat Eva dari kaca spionnya.
"Hey...kau jangan menekuk mukamu seperti itu...lebih baik bantu aku..mencari rumah nomor 52...."
"Rumah nomor 52..."
jawab Eva spontan.
"Iya...jangan cerewet lagi...hanya katakan jika kau menemukannya..."
jawab Toni kesal, dia mulai lelah berputar-putar di dalam perumahan itu.
"Kau ini tak bisa membaca yaa....kita bahkan sudah melewatinya sebanyak 3 kali...."
"Benarkah..."
memandang wajah Eva di spion dengan heran.
Eva pun dengan spontan menjitak kepala Toni yang masih menggunakan helm.
"kau memang benar-benar pria gila..."
Tak merespon pukulan di kepalanya, Toni malah betanya pada Eva dengan wajah malunya.
"Katakan dimana rumahnya.."
"Lajukan motormu kesana..rumah nomor 52 adalah rumah paling besar disini...berada di sudut jalan itu...."
Dan akhirnya mereka pun sampai di gerbang sebuah rumah mewah nan besar. Rumah dengan bangunan yang terlihat elegan dan mewah di berbagai sudut, rumah berwarna putih dan keemasan yang semakin menambah kesan mewah di setiap bangunannya.
Baru saja sampai di gerbang besar itu, mereka sudah di hadang oleh 1 orang satpam yang tiba-tiba saja keluar dan bertanya perihal apa yang membuat mereka kemari. Apalagi melihat penampilan mereka yang sangat sederhana, satpan itu semakin heran, karna ia terbiasa membukakan gerbang untuk mobil-mobil mewah dan orang-orang dengan penampilan tak kalah mewahnya.
"Saya ingin menemui pemilik rumah ini..."
"Ada perlu apa anda dengan tuan Daniel...."
"Ada sebuah keperluan yang tak bisa saya jelaskan..."
"Kalau begitu saya tak bisa membiarkan anda masuk...lebih baik anda pergi darisini...tak ada yang boleh masuk jika tak ada keperluan dengan tuan Daniel...."
"Saya ada suatu urusan dengan tuan Damil..."
Toni bahkan baru mengerti nama dari pemilik rumah itu dari sang satpam, dan dia dengan santainya menyebutkan nama yang salah di depan satpam itu.
"Pergi dari sini...sebelum saya memakai kekerasan...."
"Sudah saya katakan saya ada sebuah urusan..."
"Saya tidak percaya dengan anda..bahkan anda menyebutkan nama tuan Daniel dengan salah...pergi sekarang juga atau..."
"Tunggu...."
Toni memberikan isyarat kepada satpam itu untuk mendekatkan telinganya. Toni pun memberikan penjelasan perihal dia ada disana adalah untuk membawa Eva sebagai rahim sewaan Daniel.
"Katakan pada tuan anda...saya membawa wanita yang bersedia menyewakan rahimnya.."
Seketika satpam itu pergi dan mengangguk.mengerti perihal yang di bahas oleh Toni, karna Daniel sendiri sudah memberikan akses khusus pada orang dengan maksud membantunya untuk memberikan keturunan.
Dengan mudah pun Eva dan Toni di persilahkan masuk ke dalam rumah mewah itu.
Mereka di persilahkan duduk di ruang tamu yang sangat mewah dengan warna dominan putih, dengan lampu-lampu kristal yang sangat terang menyilaukan mata, perabot yang kesemuanya terbuat dari marmer juga sofa yang di duduki mereka berdua sangatlah nyaman dan empuk melebihi kenyamanan kasur mereka sendiri di dalam kost sempitnya.
Eva hanya banyak-banyak menelan air liurnya melihat kagum berbagai kemewahan yang ada di hadapannya.
mungkin ruang tamu ini 50 kali lipat luasnya dari kamar kost ku...ya ampun..benar-benar ada ya rumah yang super mewah seperti ini....
batin Eva yang tak henti-hentinya mengaggumi setiap senti ruang tamu itu.
Sementara Toni hanya meremas jemarinya gugup dengan apa yang harus ia katakan nanti ketika bertemu dengan Daniel, dia terus saja menyusun kata-kata yang tepat di dalam otaknya.
Seorang dengan perawakan tinggi dan gagah sedang berjalan ke arahnya. Daniel Ananta adalah seorang pria yang mempunyai wajah yang sangat tampan, dengan kulit putih bersih, memiliki tubuh yang tinggi dan gagah, hidung yang mancung, bibir merah yang ranum, senyuman manis dan suara yang sangat menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.
Hati Eva langsung berdesir memandang Daniel yang tengah berjalan ke arahnya dengan menebar senyuman manisnya pada Eva dan Toni.
Bukan hanya Eva, Toni pun sebagai seorang lelaki juga terkagum dengan manusia tampan yang sedang menghampirinya itu. Toni tak melihat dengan jelas wajah Daniel saat berada di kantor beberapa minggu yang lalu, dia bahkan tak berani menatapnya. Dan kini saat Toni melihat wajah Daniel ia pun sampai menelan air liurnya dengan kasar, dalam hatinya berkata.
kenapa ada pria setampan ini di muka bumi...1 persen pun aku tak ada apa-apanya dengan dia...dia bagaikan malaikat yang turun dari surga...
Seketika nyali Toni menciut karna melihat ketampanan dari Daniel.
Apalagi saat ia mendengar suara yang pernah ia dengar sebelumnya menyapanya, suaranya kali ini jauh lebih lembut dari suara yang pernah ia dengar, ntah karna Toni terlanjur kagum padanya atau karna ruangan mewah ini yang membuat apapun yang ada di dalamnya terlihat semakin menakjubkan.
"Selamat datang di kediaman saya...."
Daniel berjabat tangan dengan Toni dan tak sungkan untuk memeluk dan menepuk punggung Toni beberapa kali.
Daniel juga menjabat tangan Eva dan tersenyum padanya tanpa memeluknya.
pria tampan ini memeluk Toni...aah...aku juga ingin di peluk dengannya...
suara rengekan Eva dalam hati kecilnya.
Bersambung....
makin penasaran nich..
kira2 siapa yg akan membongkar masalah ini🤔
kelihatannya dokter itu org baik...
membuang darah daging nya sendiri.ingat hukum karma lambat laun akan menghampiri kalian Danil
mmg tuh y pasangan durjana mentang² kaya bisa berbuat semaunya 😡
makanya nurut aja y...tp aku yakin lama kelamaan berontak jg tuh si Danil,hbs juga kesabaran dia...