ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 26
Sreng sreng sreng
Suara spatula beradu dengan wajah, terdengar nyaring di telinga. Saat ini Ayesha tengah berada di dapur membuat makan malam untuk Gael. Sedangkan Gael dia lagi-lagi sibuk dengan tabletnya. Ayesha tidak tahu apa yang dilakukan oleh putranya itu, karena setiap ditanya maka jawaban Gael hanyalah Ayesha tidak perlu khawatir karena bukan hal yang berbahaya.
Jawaban tersebut malah semakin membuat Ayesha khawatir, tidak berbahaya menurut Gael bukan berarti aman sepenuhnya. Hanya saja Ayesha mencoba untuk percaya dengan ucapan sang putra. Meskipun begitu Ayesha tetap akan terus mengontrol apa yang dilakukan Gael, dan biasanya akan ia lakukan saat Gael tertidur.
" Gael, sini makan dulu dan taruh tabletmu!" panggil Ayesha dari dapur setelah ia menyelesaikan semua masakannya. Ia juga melepaskan apron yang dia kenakan.
" Yes Mom, i'm coming."
Gael benar-benar meletakkan tabletnya di atas meja dan berjalan menghampiri Ayesha. Ia mengambil tempat duduk dan bersiap untuk menyantap makan malam bersama sang ibu.
" Gael wait, kamu tadi tahu kan ketemu sama siapa? Apa yang kamu bicarain sama Tuan itu?" sedari tadi ia ingin bertanya perihal itu, tapi baru sekarang ada kesempatan. Pasalnya ia terlampau sibuk tadi membereskan tempat tinggal mereka.
" Ehmmm nothing, Eyang hanya tanya namaku. Udah sih itu aja?" Gael menjawab dengan datar karena memang tidak ada yang ia dan Erlan bicarakan tadi.
Kening Ayesha berkerut, sepertinya dia benar-benar dibuat syok dengan ucapan putranya. Eyang? Dari mana Gael bisa mengucapkan kata itu? Bagaimana dia bisa menggunakan panggilan tersebut kepada ayah dari Ryder.
Ayesha sampai mengusap wajahnya kasar, ucapan Gael membuatnya sepeti semakin dekat dengan pria itu. Pria yang sangat tidak ingin dia temui. Bagaimana bisa kata Eyang bisa terucap dengan mudahnya, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sekian lama.
" Gael, apa kamu tahu apa artinya Eyang?"
" Tahu dong, artinya kan Grandpa."
Ternyata Gael memang tahu apa artinya itu. Dan mungkin saja Gael juga tahu bahwa Erlan adalah ayah dari Ryder. Ayesha semakin kehabisan kata, anaknya pasti sudah mencari tahu perihal Ryder dan keluarganya.
Ini lah yang terkadang ia tidak suka dari kecerdasan Gael. Tapi apa mau dikata, memang faktanya demikian. Dan dia pulalah yang menginginkannya.
" Haah, mungkin ini yang namanya setiap percobaan ada resikonya. Nggak gagal sih tapi siapa sangka resikonya gede begini," ucap Ayesha asal.
Apakah dia sedang menyesali keputusannya karena mencuri benih Ryder? Jawabannya tentu tidak, dia sama sekali tidak menyesal tapi mau tidak mau dia harus menanggung resiko yang muncul. Yakni, putranya benar-benar cerdas seperti yang diinginkan tapi jujur sedikit merepotkan karena kadang tidak bisa di selami pola pikirnya.
Kini Gael yang mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Ayesha. Tapi dia tidak ingin memikirkannya ataupun bertanya. Di lihat dari raut wajah Ayesha, Gael sudah bisa tahu bahwa saat ini ibunya itu tengah banyak pikiran.
Gael melanjutkan makannya, ia harus segera menyelesaikannya agar bisa melanjutkan apa yang sudah dikerjakan.
" Mom, i'm finish. Terimakasih untuk makanannya."
" Ya, sama-sama Gael. Tapi stop jangan main gadget lagi."
Gael mengcungkan ibu jarinya ke udara, sebagai tanda bahwa dia setuju. Tapi tentu bocah itu tidak langsung menyudahi kegiatannya. Ada beberapa hal yang ingin dia periksa. Salah satunya adalah situs perusahaan Brahmana.
Bukannya apa-apa, tapi Gael merasa harus memeriksanya. Dia hanya memastikan kunjungan Ayesha kesana tadi tidak menimbulkan masalah.
Namun sepetinya Gael harus lebih lama menatap layar tabletnya. Sebuah unggahan yang menampilkan wajah Tania dan Luna ada di sana. Dan tentunya satu orang wanita lagi. Meksipun wajahnya di beru stiker tapi Gael jelas tahu bahwa itu adalah sang ibu.
Gael melihat secara seksama. Tanpa diputar berulang pun Gael sudah bisa mengambil inti dari permasalahan yang terjadi.
Sejenak dia melirik ke arah Ayesha, wanita itu, ibu yang sudah melahirkannya dan merawatnya selama ini terlihat biasa saja. Padahal dia sudah diperlakukan buruk. Apalagi komentar yang menyudutkan itu membuat Gael meradang.
" Nggak mungkin kan Mommy nggak lihat ini?" gumam Gael kesal. Dia tahu kalau Tania dan Luna itu rubah jahat, tapi siapa sangka mereka akan bergerak secepat ini. Dan lihatlah, akting mereka sungguh sempurna.
Playing victim, ya begitulah ungkapan yang pas untuk ibu dan anak itu. Mereka berdua ingin membuat citra Ayesha semakin buruk bahkan di tempat dimana seharusnya Ayesha bisa bergerak dengan bebas karena itu adalah milik Brahmana.
" Hmm, apa yang sekiranya bisa aku lakuin ya?"
Gael mengusap keningnya dengan jari. Ia tengah berpikir dengan keras saat ini. Untuk membalas Tania dan Luna, Gael tidak bisa melakukannya sendiri. Dua bukanlah ahli IT yang bisa meretas. Kemampuannya adalah meracik formula seperti ibunya dan mungkin saja juga seperti ayahnya.
" Apa harus minta bantuan orang itu ya?"
Gael terpikirkan satu nama saat ini. Di Indonesia dia sama sekali tidak memiliki koneksi apapun. Dan orang yang ia kenal serta pernah dia ajak bicara hanya orang yang ia duga seperti ayahnya.
Tak tik tak tik
Gael menuliskan pesan singkat, tanpa ia duga beberapa detik kemudian panggilan dari orang tersebut pun masuk.
Ia pun segera berpindah ke kamar agar bisa bicara dengan leluasa.
" Apa yang mau kamu kasih lihat Boy?"
" Saya akan mengirimkannya pada Tuan, setelah itu apakah Tuan bisa melakukan sesuatu."
" Boleh, tapi panggil aku dengan benar. Kamu bukan anak buahku jadi kamu nggak bisa manggil aku Tuan. Pikirkan dulu, dan aku akan memeriksa kiriman mu."
Gael membuang nafasnya kasar. Dia sudah menduga bahwa Ryder pasti akan memintanya menggunakan panggilan lain. Dia bingung juga bagaimana harus memanggil Ryder. Tidak mungkin dia memanggil pria itu dengan sebutan Daddy, ayah, papa, atau sejenisnya karena status antara dirinya dengan pria itu masih belumlah jelas.
Lagi pula Ayesha juga belum mengakui bahwa Ryder adalah ayahnya. " Uncle, itu aja untuk saat ini." Gael memutuskan untuk memanggil Ryder 'uncle' karena hanya itu yang dianggap pantas dan juga nyaman.
TBC
saya mohon maaf untuk bagian yang ternyata absurd ini.
agaknya saya kurang reseach di bagian ini karena terburu" guna pengembangan alur.
terimakasih untuk kritik dari teman", semoga kedepannya saya bisa lebih hati" dalam membuat adegan demi adegannya.
tapi sungguh saya senang karena teman" mengoreksi. itu akan saya jadikan sebuah pembelajaran agar lebih hati" ke depannya.
sekali terimakasih ya.
🤗🤗☺🙏🙏
terimakasih kk author 🙏