Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#12
"Mamaku." Jawab Keyla dengan sedikit senyuman di bibirnya yang semakin membuat rahang Aga mengeras menahan emosinya.
"Brengsek!!! Apa kak Mahen tahu?" Tanya Aga.
Keyla menggelengkan kepalanya. 2 hari yang lalu Keyla mendapatkan telefon dari Sofi yang membuatnya mau tidak mau pulang kembali ke rumahnya tanpa sepengetahuan Mahen yang berakhir ia kembali mendapatkan pukulan di tubuhnya.
"Tapi kenapa aku kemarin nggak menyadari ada luka- luka ini di badan kamu saat kita di rumah sakit?"
"Rumah sakit? Kenapa kalian berdua pergi ke sana?" Tanya Feli. "Apa ada yang kalian berdua tutupi dari kami?" Aga hanya terdiam saat menyadari ucapannya.
Keyla menatap sahabatnya satu per satu. "Aku baik- baik saja. Lagi pula ini juga bukan pertama kali kalian melihatku terlukakan." Ucap Keyla.
"Justru meliihatmu terluka berulang kali membuat kita semua semakin merasa khawatir Key." Ucap Nico sambil memandang Keyla.
"Aku tahu kamu kuat. Tapi sesekali kamu juga harus bisa melawan mereka Key." Ucap Felicia "Jangan biarkan mereka menindasmu dan menyakiti dirimu berulang- ulang." Tegasnya.
"Terima kasih." Ucap Keyla. "Terima kasih karena kalian selalu peduli kepadaku." Keyla benar- benar bersyukur memiliki mereka bertiga sebagai sahabat- sahabatnya. Keyla memandangi wajah dari sahabat- sahabatnya. Rasa penyesalan kembali ia rasakan saat kembali mengingat keputusannya yang ingin menyerah karena penyakitnya. Ia kembali tersenyum saat mengingat kembali ucapan dr. Ferdi. Sekarang bertambah satu lagi alasan kenapa dia harus bertahan dan kenapa dia harus sembuh.
Dengan sedikit bujukkan dan paksaan dari sahabat- sahabatnya akhirnya Keyla dengan sedikit keberanian menghubungi Mahen untuk meminta izin pergi bersama teman- temannya.
"Bagaimana?" Tanya mereka bersamaan setelah Keyla menutup telefonnya. Keyla menatap wajah sahabatnya yang terlihat sedikit tegang.
Keyla pun menganggukkan kepalanya. "Tapi kali ini akan berakhir lagi dengan pukulan tidak." Tanya Nico.
Karena tidak sekali dua kali ketika Keyla pergi bersama mereka entah untuk bekerja kelompok ataupun hanya sekedar untuk berjalan- jalan ia selalu berakhir dengan mendapatkan pukulan dari keluarganya. Mereka kembali teringat kembali kejadian beberapa bulan lalu saat sahabatnya itu meminta izin untuk pergi bersama mereka. Keyla memang di izinkan untuk pergi, tapi keesokan harinya ia pergi ke sekolah dengan tubuh yang penuh memar dan itu pukulan terparah yang pernah Keyla dapat.
Keyla tersenyum. Kali ini benar- benar aman." Jawab Keyla menenangkan sahabat- sahabatnya. "Fel, aku bonceng kamu ya." Ucap Keyla sambil bergelanjut manja.
"Tidak bisa. "Ucap Aga lalu menarik tangan Keyla. "Kamu ikut aku." Lanjutnya sambil membawa Keyla berjalan menuju parkiran.
"Tapi Ga, masa iya aku sama kamu terus. Bosen Ga. " Keyla berusaha melepaskan tangannya yang di genggam Aga.
"Ck memang kamu mau jalan kaki?" Tanya Aga sambil menghentikan langkah kakinya.
"Jalan kaki?"
Aga mengarahkan wajah Keyla ke kiri. "Lihat itu." Ucap Aga. Keyla mengerucutkan bibirnya. "Masih mau bonceng Feli." Goda Aga sambil menyodorkan helm ke arah Keyla.
Keyla berdecak kesal. "Ngomong- ngomong Ga, apa sekarang kamu dekat dengan kak Mahen?" Tanya Keyla yang mendapatkan tatapan tak mengerti dari Aga. "Kamu apakan kak Mahen sehingga dengan mudahnya mengizinkan aku untuk ikut kalian pergi?" Tanya Keyla.
Aga mengerutkan keningnya sambil menatap Keyla dari kaca spion. "Maksud kamu?"
"Kata kak Mahen boleh pergi asal ada si Braga." Ucap Keyla.
Aga mengedikkan bahunya sambil tersenyum. "Kamu tahu sendiri Key setiap kali ketemu kakakmu itu kita selalu saja bertengkar." Jawab Aga.
"Iya juga ya." Ucap Keyla membenarkan omongan sahabatnya itu.
Sesampainya di mall Keyla langsung di ajak untuk berkeliling oleh sahabat- sahabatnya.
"Kita cari makan dulu yuk." Ajak Feli yang langsung mendapatkan persetujuan dari sahabat- sahabatnya.
"Aku ke toilet dulu ya." Ucap Keyla lalu beranjak pergi. Saat akan menuju toilet Keyla terhuyung karena tidak sengaja bertabrakkan dengan seseorang.
"Maaf." Ucapnya. Tubuh Keyla membeku saat menyadari siapa yang sudah bertabrakan dengan dirinya.
"Zia." Panggil Keyla lirih.
"Wah.. wah lihat siapa ini." Ucap Kezia bersedekap dada sambil berjalan mengitari tubuh Keyla.
"Maaf.. Aku harus segera pergi." Saat akan melangkahkan kakinya Kezia menarik tangan Keyla cukup keras sehingga membuat tubuhnya oleng dan terjatuh cukup keras.
"Dasar anak pembawa sial. Berani kamu ya. Jangan mentang- mentang kak Mahen sekarang ada di pihakmu sehingga kamu bisa bersikap seperti sekarang." Ucap Kezia sinis. Ia benar- benar merasa kesal karena harus jauh dari kakak kesayangannya.
"Sayang." Kezia tersenyum mengejek saat melihat tubuh Keyla yang kembali menegang.
"Kenapa? Apa rasa takutmu sudah kembali lagi?" Bisik Kezia sambil membungkukkan tubuhnya mensejajarkan dengan Keyla.
Sofi berjalan menghampiri putri kesayangannya. "Kamu sedang apa sayang? Kenapa lama sekali?" Tanya Sofi. "Kamu." Ucap Sofi sambil memandang Keyla. Karena tubuh Kezia yang lebih berisi sehingga menutupi tubuh Keyla. "Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku mengantar teman- temanku ma?" Jawab Keyla sambil menundukkan wajahnya.
"Apa hidupmu sudah bahagia sekarang?" Keyla terdiam membuat Sofi emosi. Ia mencengkeram pipi Keyla dan mendongakkan kepalanya. Sofi menatap tajam kedua mata Keyla. "Sudah berani kamu. Jika aku bertanya itu di jawab."
Keyla meraih pergelangan tangan mama tirinya. "Sakit ma." Ucap Keyla dengan mata berkaca- kaca.
"Padahal baru 2 hari yang lalu aku memberimu pelajaran. Tapi sepertinya itu tidak membuatmu merasa takut." Ucap Sofi semakin menekan pipi Keyla.
"Lepas. Apa yang sudah tante lakukan?" Teriak Feli sambil mendorong tubuh Sofi. "Kamu nggak papa Key?" Tanya Sofi sambil membantu Keyla untuk berdiri. Feli memeluk tubuh Keyla lalu menatap tajam ke arah Sofi dan Kezia. "Jika kalian berdua nggak pergi dari sini aku akan panggil security." Ancam Feli.
"Kamu pikir saya takut. Apa kamu lupa jika kami adalah keluarganya." Balas Sofi sambil bersedekap dada. Ia berjalan mendekat membuat Keyla menarik mundur Feli. Keyla takut jika mamanya akan melukai sahabatnya.
Tok.. tok...
"Key..Fel.. Apa kalian masih di dalam?" Aga memanggil dari luar.
Sofi semakin mendekat ke arah Keyla. Ia mengusap lembut lengan Keyla sambil tersenyum tipis. "Sepertinya luka- lukamu sudah waktunya untuk di tambah ." Ucap Sofi saat melihat luka- luka di lengan Keyla sudah hampir mengering.
Feli menepis tangan Sofi yang masih setia mengusap lengan Keyla. "Dasar wanita psikopat." Ucap Feli lalu menarik Keyla untuk segera pergi dari sana.
"Kenapa kalian lama sekali?" Tanya Aga. Keyla meremat tangan Feli saat sahabatnya itu akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari Aga.
"Perutku sakit Ga." Jawab Keyla sambil tersenyum sedangkan Feli hanya menatap Keyla. "Setelah makan kita langsung pulang ya." Pinta Keyla.
.
.
Apartemen benar- benar terasa sepi tanpa adanya Mahen. Setelah beberapa minggu ini tinggal bersama Mahen membuat hari- harinya sedikit penuh warna.
Keyla menghela nafasnya. Ia memilih merebahkan tubuhnya di sofa. Baru beberapa menit memejamkan mata, ponselnya berdering.
"Kakak."
"Sudah sampai apartemen? Kamu sedang apa? Sudah makan belum? " Pertanyaan dari Mahen membuat senyum Keyla mengembang.
"Kakak satu- satu. Aku sudah sampai dari tadi kak. Sekarang Key sedang rebahan. Key sudah makan tadi..."
"Tadi? tapi ini sudah hampir malam" Potong Mahen.
"Aku tadi ketiduran kak." Jawab Keyla.
"Kakak GoFoodin ya." Tawar Mahen.
"Nggak ya. Aku mau masak saja. Lebih hemat juga." Jawab Keyla.
"Kenapa harus berhemat sih dek? Sekarang kamu sudah punya kakak . Asal kamu tahu kakakmu ini punya cukup banyak uang untuk memenuhi semua keinginanmu." Ucap Mahen sedikit menyombongkan dirinya.
"Aku tahu kak. Aku tahu kakakku ini punya banyak uang. Tapi Aku sudah terbiasa untuk berhemat kak."
"Maafkan kakak Key."
"Kenapa kakak malah meminta maaf? Bukankah seharusnya kakak bersyukur punya adik yang tidak suka menghambur- hamburkan uang." jawab Keyla.
Mendengarkan ucapan Keyla membuat mahen tersenyum sendu. "Ya sudah kalau kamu memang tidak ingin kakak gofoodin. Sekarang cepat pergi ke dapur lalu memasak. nanti kirim fotonya kepada kakak. Jika dalam waktu 1jam kakak belum menerima foto kakak langsung kirim makanan ke apartemen." Titah Mahen.
"Iya kak. Ya sudah Aku tutup dulu ya." jawab Keyla.
"Jangan lupa kirim fotonya." Jawab Mahen sebelum menutup panggillannya.
Semangat to author,keren ...