NovelToon NovelToon
My Love Story

My Love Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama / Teen School/College
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rian solekhin

"Apakah aku ditakdirkan tidak bahagia di dunia ini?"

Ryan, seorang siswa SMA yang kerap menjadi korban perundungan, hidup dalam bayang-bayang keputusasaan dan rasa tak berdaya. Dengan hati yang terluka dan harapan yang nyaris sirna, ia sering bertanya-tanya tentang arti hidupnya.

Namun, hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan seorang wanita 'itu' yang mengubah segalanya. Wanita itu tak hanya mengajarinya tentang kekuatan, tetapi juga membawanya ke jalan menuju cinta dan penerimaan diri. Perjalanan Ryan untuk tumbuh dan menjadi dewasa pun dimulai. Sebuah kisah tentang menemukan cinta, menghadapi kegelapan, dan bangkit dari kehancuran.

Genre: Music, Action, Drama, Pyschologycal, School, Romance, Mystery, dll

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rian solekhin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Hana

Seminggu berlalu sejak insiden di gang, tapi luka-luka Ryan masih mengingatkannya akan malam itu. Memar di wajah memang memudar, tapi bekasnya tertinggal dalam, merusak setiap bayangan dirinya di cermin. Bukan hanya karena pukulan Rei dan Ivan, melainkan beban yang terus menggerogoti jiwanya.

Sekolah pun berubah menjadi tempat asing. Setiap koridor dipenuhi tatapan-tatapan penuh makna, bisikan tak jelas dari para siswa yang sesekali meliriknya dengan jijik atau iba. Tapi, tatapan mereka hanyalah selintas. Tak ada yang benar-benar bertanya atau peduli dengan apa yang terjadi.

Di rumah, kondisinya tak lebih baik. Keluarga menganggapnya baik-baik saja. Guru-guru sekadar melirik, tak satu pun bertanya. Bagi mereka, Ryan hanyalah bayangan di sudut, tak lebih dari figur kabur yang dengan mudah mereka abaikan.

Suatu hari, kelas yang sunyi berubah saat suara langkah baru terdengar. Semua kepala menoleh ke pintu. Seorang gadis berdiri di sana, didampingi wali kelas. Rambut hitam panjang dan wajahnya yang teduh seolah memancarkan sesuatu yang tak biasa. Ryan yang biasanya menghindari keramaian, tanpa sadar memperhatikannya lebih lama.

"Halo semua, ini Hana. Mulai sekarang, dia bagian dari kelas kita," kata wali kelas dengan senyum.

Ryan memperhatikan setiap gerakan Hana yang tenang, seolah gadis itu membawa aura yang menenangkan tapi tak terjangkau. Ketika Hana memperkenalkan diri, tatapannya bertemu sebentar dengan Ryan. Di detik itu, napasnya tertahan. Ada sesuatu yang berbeda, perasaan hangat yang sudah lama tak ia rasakan.

Waktu seolah berhenti saat Hana berkata, "Aku suka bermain piano. Musik adalah cara terbaik untuk mengekspresikan perasaan."

Kata-kata itu menusuk Ryan, ia tahu seperti apa rasanya melarikan diri dalam keheningan, mencari sesuatu yang dapat menyelamatkan dari kehampaan. Tapi meski ia tak bisa berpaling, kenyataan menghempas keras.

'Siapa aku?' pikirnya. Bagaimana ia bisa berharap mendekati seseorang seanggun Hana?

Hana adalah sosok yang bersinar terang, sementara dirinya hanyalah bayangan suram. Hanya mengaguminya dari jauh saja sudah cukup. Mendekat? Itu di luar batasnya.

'Jangan berharap terlalu tinggi,' bisiknya dalam hati. ‘Aku ini cuma serpihan yang tak berharga.'

Setiap kali Hana tersenyum atau bicara dengan teman sekelasnya, Ryan merasa dadanya sesak. Dia sadar, cintanya hanya akan berakhir di tempat yang sama, sebuah kekaguman yang tak pernah bisa ia ungkapkan. Baginya, Hana adalah segalanya, cahaya yang muncul di tengah hidupnya yang kelam. Tapi Ryan tahu, cahaya itu bukan untuknya.

Sampai Hana tak lebih dari sekadar bayangan yang ia kagumi dari sudut gelap kelas.

Hari demi hari, Ryan mencoba menghilang di antara teman-teman sekelasnya. Setiap kali melihat Hana, ada sesuatu di dadanya yang bergejolak, namun selalu ditenggelamkan oleh rasa minder yang dalam. Ia tak pernah berani menatap lebih lama dari beberapa detik. Baginya, itu sudah cukup, karena semakin lama ia melihat, semakin ia sadar betapa berbedanya mereka.

Suatu sore saat jam pelajaran hampir usai, Ryan tersentak mendengar suara lembut yang memanggil namanya. Ia mendongak dan melihat Hana berdiri di sebelah bangkunya. Senyum tipis terpancar dari wajahnya.

"Ryan, ya?" tanya Hana, seakan ingin memastikan.

Ryan hanya bisa mengangguk, masih tak percaya bahwa gadis itu benar-benar berdiri di sana, di sampingnya.

"Aku belum banyak kenal dengan orang di sini. Mungkin... kamu bisa tunjukkan beberapa tempat di sekitar sekolah?" tanyanya, nada suaranya polos.

Detik itu, Ryan seperti terjebak dalam kebingungan. Pikirannya campur aduk, takut, tapi juga antusias. Namun, ketakutan selalu lebih kuat. Bagaimana jika Rei dan Ivan tahu? Bagaimana jika mereka mengincar Hana?

"A-aku…" suaranya tercekat. Ryan tak berani menatap langsung ke mata Hana.

Melihat keraguan Ryan, Hana mengangkat alis sedikit. "Kalau tidak bisa, tidak apa-apa."

"Nggak… aku bisa," jawabnya cepat, suaranya lebih rendah dari yang ia maksudkan. Ryan menghela napas dalam, menyadari bahwa ini mungkin satu-satunya kesempatan untuk bicara dengannya tanpa takut dihantui oleh hal-hal yang menekan batinnya.

Hana tersenyum lega. "Baiklah, setelah jam terakhir, ya?"

Begitu Hana kembali ke tempat duduknya, Ryan merasa dadanya hampir meledak. Sisa pelajaran berlalu tanpa benar-benar diserapnya. Yang ada di kepalanya hanyalah pertanyaan: apa yang harus dia lakukan, bagaimana harus bersikap?

Saat bel akhir berbunyi, Ryan menunggu di luar kelas, tangan dingin dan sedikit gemetar. Hana mendekat, membawa senyum hangat yang sejenak meluruhkan ketegangan Ryan.

"Kita mulai dari mana?" tanya Hana sambil melirik sekeliling.

Ryan mencoba mengumpulkan keberanian. "Mungkin… lapangan dulu?"

Mereka berjalan bersama menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi. Di tengah perjalanan, Ryan sesekali mencuri pandang, mengamati wajah Hana yang terlihat damai dan penuh rasa ingin tahu. Tak ada rasa takut atau ragu dari gadis itu, sementara dirinya sendiri masih merasa seperti melangkah di atas pecahan kaca.

Begitu mereka tiba di lapangan, Hana berhenti sejenak, memandang hamparan kosong itu dengan penuh minat. "Tempatnya luas, ya? Pasti menyenangkan kalau diisi acara musik atau seni."

Ryan hanya mengangguk, bingung harus mengatakan apa. Hatinya masih bertanya-tanya, mengapa Hana memilih mengajaknya keliling. Apa yang gadis itu lihat dalam dirinya yang tak pernah ia sadari?

Ketika mereka akhirnya duduk di bangku pinggir lapangan, Hana memandang Ryan dengan pandangan yang lebih serius. "Kamu sering sendirian, ya?"

Ryan terkejut, tak menyangka Hana akan bertanya hal itu. Ia mengalihkan pandangan, mencoba menyembunyikan rasa malu.

"Iya… aku memang nggak punya banyak teman."

"Kamu baik," Hana tersenyum tipis. "Mungkin mereka saja yang belum melihatnya."

Kata-kata Hana terdengar sederhana, tapi bagi Ryan, kalimat itu seperti sebuah pukulan telak. Bagaimana mungkin seseorang seperti dia, yang bahkan sulit untuk memandang dirinya sendiri di cermin, dianggap baik oleh seseorang seperti Hana?

"Kenapa kamu bilang begitu?" Ryan akhirnya bertanya, suaranya rendah, nyaris seperti bisikan.

Hana menatapnya dengan lembut. "Hanya firasat."

Ryan tidak tahu harus merespons apa. Sesaat, ia ingin mengatakan segalanya, tentang Rei, tentang hidupnya yang selalu di bawah bayang-bayang. Tapi kata-kata itu tak keluar. Ia hanya bisa menelan rasa pahit yang sudah terlalu lama terpendam.

Ketika matahari mulai tenggelam, Hana berdiri dan mengucapkan terima kasih. "Aku senang kita bisa bicara. Mungkin lain kali, kita bisa berbagi lebih banyak lagi."

Ryan hanya bisa mengangguk, menyaksikan sosok Hana yang perlahan menjauh. Hati kecilnya tahu, momen seperti ini tak akan sering terjadi. Tapi setidaknya, untuk sesaat, ia merasa hidup kembali, meski hanya sejenak, di tengah hari-hari yang tak henti menghantamnya.

1
TAG
semangat der.. keren loh bahasanya
TAG: kaya novel Buya hamka bacanya harus sambil mikir/Smile/
RYN: makasih/Proud/
total 2 replies
TAG
belum 5 menit /Grin/
RYN: apanya?
total 1 replies
TAG
belajar silat harusnya si ryan/Grin/
Emi Lia Wulandari
lanjuttttt .. semangat kak
Emi Lia Wulandari: sama kak.. aku kadang nulis juga gitu🤣🤣🤣
RYN: thanks udah support walaupun nulis ni Bab setengah turu/Facepalm/
total 2 replies
Emi Lia Wulandari
semangat thor
putri cobain 347
absen kak 🙏🙏
TAG
Oke sih. tapi harus banyak mikir kalo baca yang puitis gini /Smile/
TAG: Ok gw ikutin
RYN: pelan-pelan aja... btw nanti kedepan nya banyak dialog nya/CoolGuy/
total 2 replies
TAG
titiknya satu aja sih kayanya
RYN: makasih udah ngasih tau
RYN: wkwk ketinggalan koma nya/Facepalm/
total 2 replies
nao chan
wah novel tentang pembulian seru juga
RYN: jangan lupa ninggalin jejak like nya/Proud/
total 1 replies
putri cobain 347
absen kk
RYN: oke, semangat/CoolGuy/
total 1 replies
Cherry
Justru enak pake titik koma yang jelas. Kalau ga pake, bacanya capek ga ada jeda. 😁
RYN: jangan berlebihan please/Facepalm/ gak nyambung itu
total 1 replies
Cherry
Kalau aku kadang malah dikobok pake tangan. Jorok 😂
Cherry: Ok ok
RYN: siap. Besok udah selesai tenang aja./Proud/ file jya masih progres ku revisi.
total 9 replies
Cherry
So farr.. aku suka sama ceritanya. Penuh motivasi dan filosofi hidup yang mendalam. BTW, dah coba dengar lagu Jepang belum? Terutama genre alternatif rock 😁
RYN: ya... BTW say suka beberapa lagu Jepang judul nya 'aimyon—anone', 'Yuika—Sukidakara' dan 'mosawo—koiiro'

sudah setengah tahun saya jatuh cinta pada 3 lagu itu
Cherry: Karyaku juga belum bener, tapi kamu dah baca. Makasih ya
total 4 replies
Cherry
Belum ada adegan dia minum cokelat panas, sudah tersedak. Mungkin kalau sebelumnya di jelasin seperti “ia meminum cokelat panas sambil menunggu pertanyaan berikutnya, juga untuk menghilangkan ketegangan di hatinya,” bakal lebih nyambung untuk adegan berikutnya yang tersedak itu. 😁
RYN: lupa kirim kayak nya versi full revisi nya, karena 3 kali revisi/Frown/
total 1 replies
Cherry
Itu bukan tebak-tebakan.. tapi sejenis Truth or Dare hanya saja ga ada tantangannya, cuma kejujuran. 😁
Di novelku juga ada permainan seperti itu, judul chapternya “Truth to Truth. Tapi beda fungsi, bukan untuk main atau bersenang-senang. 😂
RYN: terinspirasi dari berbagai manhwa sih/Sweat/ kayak manhwa 'The Girl From Random Chatting'
total 1 replies
Cherry
Kyk aku.. 24 jam, musik apapun selalu terngiang. Mau saat dengar musik atau enggak, selalu nempel dibenak. Walau ga keingat lagu, ya pikiran ramai dengan masalah atau ide-ide novel atau gambar lainnya. Pokonya isi kepala ga pernah tenang. 😁
Cherry: Tapi bikin ga fokus, kadang. 😁
RYN: saya menulis juga pake musik agar dapat momen nya/Sweat/
total 2 replies
Cherry
Pulang-pulang, emaknya ngambek. Ya, ga tau kenapa aku merasa walau terkesan cuek ibunya MC tetep peduli sama anaknya. Buktinya tetep nyiapin sarapan, bekal makan siang, dan nanyain keadaan anaknya di sekolah. Mungkin aja kalau tahu anaknya ga pulang, bakal habis dimarahin. 😁
RYN: Nah di sini letak Mistery nya, bakal ku buat rumit. clue nya bunuh diri. silahkan berfantasi.
total 1 replies
Cherry
Ini kan dah pernah dibahas di episode dia duduk di taman sekolah. Kenapa Hana nanyain musik lagi? Dia lupa kah?
RYN: yah telat./Sweat/ udah ku revisi lagi untuk ke sekian kali nya.

kalau gaya tulisan ku aneh di bawah itu. sebenernya habis nulis, harus totalitas jangan ada celah. aneh pas gw baca jir/Facepalm/
Cherry: Ga perlu sempurna, yang penting jadi.
Kelamaan nunggu sempurna mah, ga bakal pernah beres.
total 3 replies
Cherry
Beneran Chopin dong.. 😂
Cherry
Ini juga, ketulis dua kali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!