Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Anindya berusaha memberontak dari dua orang pria yang menyeretnya masuk ke dalam sebuah rumah. Mulut Anin tampak ditutup oleh sesuatu sehingga teriakan gadis itu tak dapat didengar dengan baik.
Kedua pria berbadan besar itu membawa Anin ke sebuah kamar, tanpa belas kasihan tubuh Anin dihempaskan begitu saja hingga terjerembab ke lantai.
Tangan Anin yang tidak terikat lantas membuat gadis itu buru-buru melepaskan penutup di mulutnya, ia bangkit dari posisinya lalu menatap kedua pria berbadan besar itu dengan tajam.
"Siapa kalian, biarkan aku pergi!!!" teriak Anindya mencoba untuk keluar namun tubuhnya kembali terdorong.
Anin memegangi pinggangnya yang terasa sakit karena terkena ujung kaki ranjang, ia melenguh seraya mengusap-usap pelan bagian belakangnya.
"Kalian siapa hah?! Biarkan aku pergi, jika kalian tidak membiarkanku pergi, maka aku akan teriak!" Ancam Anindya dengan jari telunjuk mengacung tepat diwajah dua pria tersebut.
Tak lama terdengar suara tepuk tangan dan juga tawa yang begitu lepas dari arah belakang dua pria yang menyeret Anindya tadi. Kedua pria berbadan besar itu menyingkir, membiarkan sosok pria tampan masuk ke dalam dengan senyuman evil di wajahnya.
"P-pak Arsen." Gumam Anindya semakin gugup.
"Kita bertemu lagi Sayang." Sapa Arsen semakin mendekati Anindya.
"Apa yang anda inginkan?" tanya Anindya semakin mundur hingga akhirnya mentok ke jendela.
Arsen tersenyum tipis, ia melirik kedua bodyguard yang ia tugaskan tadi untuk pergi meninggalkan mereka berdua, Arsen tak mau aktivitasnya terganggu.
"Kalian pergilah!" usir Arsen membuat kedua pria itu segera pergi.
Arsen kembali menatap wajah manis Anindya yang tampak ketakutan padanya. Ia raih tangan wanita itu dan menariknya hingga posisi mereka semakin dekat.
"L-lepaskan saya, Pak." Pinta Anin berusaha melepaskan cekalan tangan Arsen seraya menelan gumpalan salivanya dengan sedikit sulit.
"Kau di pecat, lalu mau kemana setelah ini?" tanya Arsen seraya mengusap wajah Anindya lembut.
"Pak Arsen saya mohon jangan sakiti saya, biarkan saya pergi." Pinta Anindya menyatukan kedua tangannya memohon.
"Tidak akan sebelum saya bosan dengan tubuhmu." Balas Arsen menggelengkan kepalanya pelan.
Anindya yang mendengar itu lantas terdiam, ia menatap Arsen dengan mata yang masih mengeluarkan air mata kemudian kembali mundur dan hendak berlari, namun sayang Arsen dengan sigap merengkuh tubuhnya.
"Pak hiks … maafkan saya jika saya ada salah, tapi saya mohon jangan sakiti saya lagi …" pinta Anindya menangis tergugu.
Arsen tak menjawab, ia membawa tubuh gadis itu untuk duduk di pinggiran ranjang, terpaksa harus mengeluarkan tenaga dalam karena Anindya masih berusaha untuk memberontak dan menjauh darinya.
"Kau ingin menjadi seorang sekretaris bukan?" tanya Arsen seraya membelai bibir merah jambu Anin dengan sensual.
Anin terdiam, bagaimana bisa mantan bos nya itu bisa mengetahui cita-cita dan keinginannya.
"Bahkan kau ingin merubah kehidupanmu dan menjauh dari paman bibimu yang kejam itu, benar?" lanjut Arsen semakin membuat Anin terdiam.
"Namamu Anindya Alyssa, dan aku akan memanggilmu dengan Assa, dan hanya aku yang boleh memanggil nya seperti itu." Celetuk Arsen kemudian mengecup bibir Anindya singkat.
Anindya melototkan matanya, ia terkejut dengan apa yang baru saja diterimanya. Secara reflek Anindya mendorong Arsen menjauh darinya.
"Pak!" tegur Anindya dengan tegas.
"Kenapa?" sahut Arsen santai.
"Bagaimana anda bisa tahu tentang keinginan saya bahkan kehidupan saya?" tanya Anindya menatap Arsen dengan tatapan curiga.
Arsen terkekeh, ia raih segelas minuman yang baru saja dituangnya kemudian menghabiskan nya dalam sekali tenggak.
"Tentu saja saya tahu, saya bisa dengan mudah mencaritahu tentang wanita yang akan saya jadikan untuk bekerjasama." Jawab Arsen ambigu.
"Kerjasama apa maksud anda?" tanya Anindya was-was.
"Saya bisa mewujudkan keinginanmu menjadi seorang sekretaris asal kau juga mau memenuhi keinginan saya." Jawab Arsen kembali mendekati Anin hingga membuat Anindya reflek mundur.
"Apa keinginan anda?" tanya Anindya tampak ragu.
"Kau menjadi teman seranjang saya selama beberapa bulan ke depan, bukan hanya dirumah ini, jika saya ingin melakukannya di kantor saat jam kerja maka kau juga harus siap. Deal?" jelas Arsen menaikkan kedua alisnya.
"Anda gila, Pak!" umpat Anindya hendak menampar Arsen namun tangannya sudah dicekal oleh Arsen.
"Menurut atau kau lebih memilih tiada ditangan saya?" tanya Arsen dengan serius.
"Biarkan saya pergi, Pak." Jawab Anindya berusaha mencari belas kasihan pada Arsen yang hampir mustahil.
"Itu tidak ada di opsi yang saya ucapkan tadi, saya anggap kamu memilih opsi satu dan tidak ada lagi pembatalan!" ujar Arsen memaksa.
"Tapi Pak sa-hmmmppph …" ucapan Anindya yang hendak protes terpotong begitu saja saat Arsen menciumnya dengan brutal dan kasar.
Makin penasaran nggak???
To be continued