Nessa tidak menyangka akan terseret ke masa lalu. Dimana kerajaan-kerajaan berdiri dengan raja yang memiliki istri lebih dari satu.
Di kehidupan ini, Nessa justru menjadi seorang selir di dalam istana yang penuh intrik.
"Aku tidak pernah menjadi yang kedua ataupun kesekian kalinya. Aku akan menaiki tahta dan menjadi satu-satunya di istana ini!"
Yuk ikuti perjalanan Nessa menjadi ratu, serta terkuaknya asal usul sang mommy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Bersama
Belahan itu terlalu rendah, membuat sepasang gundukan itu jadi terlihat. Meksipun tidak sepenuhnya, tapi warna yang cantik dan juga bulatan yang sempurna membuat sesuatu dari dalam diri Ming Tian keluar.
Dikelilingi oleh selir-selir cantik. Ming Tian tidak b*oh dalam hal itu. Ming Tian jadi penasaran sekali dengan adegan selanjutnya apalagi untuk memperlihatkan salah satu diantaranya atau mungkin keduanya.
Tapi ditengah aksi mengintip itu justru terhenti di tengah jalan. "Apa!" Jelas Ming Tian dengan raut kesal membuat salah satu prajurit nya jad takut.
"Hamba hanya khawatir dengan Yang mulia, karena tidak bergerak." Jelas pengawal itu.
Ming Tian ingin rasanya memukul kepala pengawal itu, karena telah mengganggu kesenangan nya. "Pergilah, aku baik-baik saja." Tapi ketika Ming Tian kembali melanjutkan mengintipnya dia justru dikagetkan dengan layangan sumpit yang menuju dirinya.
Tentu saja Ming Tian langsung menangkapnya dengan baik. "Yang mulia...." Ucap semuanya memberikan hormat ketika melihat sosok yang mengintip. Bukan, lebih tepatnya melihat dari tempat kecil. Kalau mereka bicara buruk, bisa melayang kepala mereka.
"Aku tidak mendengar pengawal mengatakan kedatangan Yang mulia." Jelas Xiu.
"Karena aku baru datang." Jelas Ming Tian, mana mau dia berkata kalau dia mengintip.
"Begitu? Tapi aku merasa tengah diintai. Dan sumpit itu buktinya." Jelas Xiu membuat Ming Tian memikirkan kata-kata untuk kilahnya.
"Aku kebetulan lewat sini selir Xiu. Kalau tidak, aku lewat dimana? Lagipula tidak ada salahnya aku kesini."
"Tidak ada, tapi aku hanya ingat Yang mulia mengatakan tidak mau satu ruangan dengan ku." Ming Tian menghela napasnya, dia merasa sulit untuk bicara dengan selir Xiu. Mengingat, sang selir mengalami perubahan atau Ming Tian yang baru tau wataknya.
"Kalian keluar lah!" Jelas Ming Tian membuat Ning dan tukang masak meninggalkan ruangan itu.
"Bagaimana makanan nya? Aku senang kau menyukainya." Ming Tian melihat piring-piring yang mulai kehilangan menu nya.
"Bagaimana lagi, keadaan lapar akan membuat orang itu menyukainya." Jawab Xiu.
"Aku sudah memberikan keadilan untuk pelayan mu selir Xiu." Xiu mengangkat alisnya mendengar penuturan raja.
"Aku senang mendengarnya. Memang itulah yang seharusnya dilakukan, dan seharusnya sejak lama." Jelas Xiu.
"Kau tidak melanjutkan makan mu?"
"Yang mulia sudah membuat orang-orang yang menghabiskan keluar. Apa Yang mulia pikir aku ini hewan ternak? Atau perut ku karet?"
"Kau tidak masalah makan dengan mereka?"
"Dimana salahnya? Mereka bukan virus yang harus dihindari. Mereka berjasa dalam istana, mereka memasak dan mendedikasikan diri mereka untuk itu. Bukankah harus ada penghargaan?" Tian merasa takjub dengan pemikiran selir Xiu.
'Apakah ini sikap aslinya? Atau ini sikap hasil ketidakadilan yang terjadi padanya?' Tian memandangi wajah Xiu. Cantik, semua selirnya cantik. Tapi Xiu memiliki tubuh yang lebih berisi dari yang lainnya, terlihat dari lekukan tubuh yang terlihat.
"Yang mulia ingin makan?" Bukan perhatian, tapi Xiu tidak mau membuang-buang makanan.
"Jika sudah ditawari, dengan senang hati. Tidak baik menolak, selir Xiu ikut kan?"
"Aku sudah makan beberapa, mungkin tidak banyak." Tian mengangguk. Ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan Xiu. Bukan apa-apa, rumor yang terdengar dan juga Tian melihat sendiri bagaimana sikap Xiu sebelumnya. Terlebih dalam penilaian waktu itu, selir Xiu tidak pandai dalam bela diri itu sudah menjadi nilai minus di sana.
'Tapi tadi dia melempar sumpit padaku.' Ujar Tian yang teringat dengan ketepatan lemparannya.
"Yang mulia tidak takut makanan nya ku racuni?" Sontak hal itu membuat Tian terbatuk-batuk.
Xiu yang melihat nya langsung memberikan minum, dia tidak mau kejahilannya membuat raja benar-benar sakit. "Minum dulu Yang mulia." Jelas Xiu yang membuat posisi mereka jadi lebih dekat.
Tian menerima cangkir itu dan meminumnya tapi matanya kembali tertuju pada bongkahan padat itu. Membuat dia langsung meminum sekali teguk.
"Sudah?" Tanya Xiu.
"Iya."
"Kau sungguh memberi ku racun?"
"Menurut Yang mulia?" Tanya Xiu yang tidak menjawab tapi mengajukan pertanyaan.
"Aku sudah beri keadilan untuk mu, dan aku mencoba memperbaiki hubungan kita yang belum ada kemajuan."
"Itu tidak salah, tapi sebagai seorang raja. Yang mulia harus memastikan apapun yang tersaji, harus diperiksa dulu." Jelas Xiu.
"Kau Selir ku."
"Jangankan selir Yang mulia, sesama saudara pun bisa saling membunuh untuk tahta. Tidak salah percaya pada orang terdekat kita. Tapi terkadang kita harus waspada untuk itu, pisau tidak bertangan dan hati terkadang tidak bermata."
"Aku berterima kasih untuk makanannya. Aku mau beristirahat Yang mulia." Jelas Xiu.
"Baiklah, tapi lain kali....." Xiu memasang kewaspadaannya, takut pria ini melakukan hal tidak-tidak padanya. Meksipun pria ini adalah suaminya, tapi jiwanya belum menerima hal itu.
'Dia tampan, seperti karakter manhwa. Tapi itu belum cukup untuk ku.'
"Apa Yang mulia lakukan?"
"Lain kali lihatlah dirimu dulu. Untung saja tidak ada prajurit disini, perbaiki jubah mu." Jelas Tian yang langsung berbalik karena wajahnya sudah memerah jika mengingat nya.
Xiu baru tersadar, dan menepuk keningnya. "Astaga! Pantas saja terasa ada angin sepoi-sepoi."
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak.