Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1
Happy reading semuanya🤗
Jangan lupa Vote, like dan komennya ya🙃
___________________
Darrel Ran Wezumo,
Adalah laki-laki tampan bermata indah yang disukai banyak sekali wanita.
Suami sah dari Hope Emilia. Gadis pendiam, agak penakut dan tentunya menyukai Darrel diam-diam, jauh sebelum mereka menikah. Saat dirinya masih berstatus sebagai anak dari sopir pribadi keluarga pria itu.
Darrel dan Hope menikah karena perjodohan. Ayah Darrel yang menjodohkan, tuan besar di keluarga Wezumo.
Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa dan berpengaruh di negara itu. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Dulu sikap Darrel pada Hope tidak sedingin sekarang. Pernikahan mereka-lah yang membuat laki-laki itu berubah drastis. Dingin, sedingin kulkas.
"Aduh Hope, kapan sih kamu akan berubah jadi lebih pinter? Memangnya nggak denger aku suruh ambil apa? Ya ampun, gimana kak Darrel nggak malu coba punya istri bodoh kayak kamu. Pantesan kamu nggak di kenalin ke dunia luar. Bikin-bikin malu sih. Mantan anak sopir juga." omel Aurel panjang lebar.
Gadis tinggi, kulit putih dengan tubuh langsing yang terus mengomeli Hope. Aurel adalah adik bungsu Darrel. Satu-satunya anak perempuan di keluarga Wezumo.
Orangnya sombong, merasa pintar dan memiliki hobi mengatai Hope bodoh.
Hope menunduk menahan malu, tapi masih tetap berusaha tersenyum. Kalau tidak mau di usir dari rumah ini, dia harus bersikap baik dan mendengarkan semua yang berkuasa di dalam rumah. Karena bagi Hope, mereka adalah keluarga. Dia tidak punya siapa-siapa lagi setelah papanya meninggal dunia.
Hari ini adalah hari libur jadi hampir semua penghuni rumah ada. Termasuk Darrel. Hanya ayah mertuanya yang tidak kelihatan, lelaki tua itu memang selalu sibuk.
Seperti biasa, Darrel tidak peduli sama sekali pada Hope. Meski adik perempuannya sudah mengata-ngatai wanita itu sedemikian rupa, laki-laki itu hanya fokus dengan iped-nya. Bahkan saat mamanya bicara, tidak ia hiraukan. Pria itu sangat dingin dan kaku.
"Hope,"
"Iya?" Hope melirik Aurel.
"Ambilin aku ice cream di kulkas dong, cepet!" suruh Aurel. Mama dan abang keduanya yang mendengar Aurel menyuruh-nyuruh Hope, malah tak acuh. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Berhenti." itu suara Darrel.
Lelaki itu menyuruh Hope berhenti ketika wanita itu hampir melewatinya. Hope memiringkan kepala menatap Darrel, tatapan mereka saling bertemu. Dan Hope bisa merasakan betapa dinginnya pria itu saat menatapnya dengan iris tajam, bak pedang bermata dua. Ia bahkan bisa merasakan bulu kuduknya berdiri hanya dengan tatapan dingin Darrel.
"Siapkan pakaianku, aku akan mandi sebentar lagi." kata pria itu datar.
"Ta ... Tapi," Hope memiringkan kepala menatap Aurel. Ia tidak enak pada adik iparnya.
"Aku menyuruhnya ambilin aku ice cream bang. Habis itu aja baru dia siapin pakaian abang." kata Aurel ceplas-ceplos, namun langsung mendapatkan tatapan mematikan dari Darrel.
"Dia istriku, bukan pembantumu. Yang dia layani harus aku." ucap Darrel dengan suara rendahnya yang khas, namun sanggup membuat Aurel terdiam.
Hope masih berdiri di tempatnya, melirik Darrel dan Aurel bergantian.
"Ya sudah, biar bi Ina saja yang ambil. Kamu pergi saja siapin bajunya abang Darrel." kata Aurel ketus.
Tumben sekali kakak tertuanya itu melarangnya menyuruh-nyuruh istrinya. Biasanya juga cuek. Aishh ... Aurel jadi kesal sendiri.
"Kenapa masih di sini? Pergi sana!" kata Aurel lagi. Nadanya tinggi, hingga kembali mendapatkan tatapan tajam Darrel.
Hope cukup tersentak mendengar suara keras Aurel, gadis itu cepat-cepat pergi ke kamarnya. Tepatnya, kamar dia dan Darrel.
Ya, mereka tidur di kamar yang sama. Namun tidak pernah seranjang. Karena Darrel lebih memilih tidur di sofa, daripada seranjang dengannya.
Mereka memang suami istri yang sah. Namun bagi Hope dan Darrel, status itu hanya sebatas status di atas kertas dan di depan seluruh keluarga besar Darrel. Karena kenyataannya mereka tidak benar-benar menjadi suami istri. Darrel tidak pernah menyentuhnya.
Selama dua tahun ini, dia masih perawan, meski statusnya sudah bersuami.
"Hufftt ..." Hope menghembuskan napas panjang sambil memilah-milah baju
"Kira-kira dia suka warna ini, apa yang ini?" gumam Hope menatap ke dua kemeja di depannya.
"Yang ini saja," suara berat tiba-tiba Darrel terdengar dari belakang Hope.
Entah sejak kapan pria itu sudah berdiri di belakang Hope, membuat wanita itu kaget dan gugup bersamaan. Pasalnya posisi Darrel berdiri sangat dekat dengannya. Kepala Hope bahkan tak sengaja menyentuh lengan Darrel ketika lelaki itu mengulurkan tangannya dari belakang mengambil kemeja berwarna dongker dari tangan kirinya.
Tubuh Hope menegang seketika. Darrel memang paling bisa membuatnya tidak berkutik. Aduh, dia harus bagaimana menghadapinya coba. Ia menggigit bibirnya kuat. Jantungnya malah tidak bisa kompromi lagi.
"Mana celananya?" tanya Darrel kemudian.
"Celana?" Hope refleks berbalik dan malah menabrak dada bidang suaminya. Tinggi badannya hanya mencapai dada Darrel.
"Ma .. maaf," ucap Hope takut-takut. Jelaslah ia takut menabrak Darrel. Takut pria yang berstatus sebagai suaminya itu marah. Ia bahkan tak berani menatap balik lelaki yang kini sedang menatapnya lama.
"Tidak perlu minta maaf, ambilkan saja celana yang akan kupakai." ujar Darrel datar. Hope mengangguk lalu berjalan ke lemari baju besar. Memilih-milih celana yang cocok dengan kemeja yang akan dipakai pria itu.
Hope tidak sadar Darrel terus mengamatinya dari belakang. Cukup lama. Entah apa yang lelaki itu pikirkan.
"Ya ... Yang ini saja bagaimana?" ia berbalik menunjukkan celana yang ia pilihkan untuk suaminya. Darrel mengambilnya tanpa berkata sepatah katapun. Pria itu lalu berbalik masuk ke kamar mandi. Kepergiannya langsung membuat Hope bernapas lega.
Astaga, itu tadi sangat kaku. Aku merasa sangat canggung.
Gumam Hope dalam hati lalu menarik napas lega. Padahal ia sudah menyiapkan pakaian Darrel tiap hari, tapi tetap saja rasanya canggung. Bagaimana tidak canggung dan gugup coba, kalau suaminya bersikap sangat dingin dan kaku. Ia merasa kisah hidupnya seperti di film-film. Anak sopir yang menikahi anak majikan.
Wanita itu berbaring di tempat tidur. Ia sudah kelelahan akibat seharian tadi mengerjakan semua pekerjaan yang di suruh Aurel. Aurel kalau lagi di rumah memang kebiasaannya menyuruh Hope. Apalagi kalau Darrel sedang tidak ada.
Begitu keluar dari kamar mandi, Darrel mendapati Hope sudah ketiduran. Lelaki itu melangkah ke dekat kasur. Ia menatap wanita itu lama. Ekspresinya tak terbaca. Raut wajahnya datar, lalu setelah puas menatap wajah sang istri, pria itu berbalik ke luar kamar.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦