Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lari Untuk Bertahan
18 + Istri Gelap #5
Lari Untuk Bertahan
Madam Antony terlihat marah besar, ia langsung mencari keberadaan Moza. Sudah tiga hari ini tambang emasnya itu tak kelihatan. Di rumah sakit atau pun di dalam apartemennya, Moza tidak kelihatan batang hidungnya. Madam Antony sampai harus mengerahkan beberapa orangnya khusus mencari Moza ke seluruh kota.
Tiga hari lalu di rumah sakit Rosalie.
Di sebuah lorong, nampak seorang wanita pingsan tak berdaya di atas ubin yang dingin. Seorang pria memakai setelan jas putih dengan stetoskop di lehernya, langsung berjongkok dan menghampiri Moza.
“Nona bangun, Nona!” seru pria yang berprofesi sebagai seorang dokter tersebut. Moza tak menyahut, wanita itu tak bergeming meski dokter mengoyangkan tubuhnya. Dokter Arkana Maspatih itu pun langsung membopog tubuh Moza. Ia membawa wanita asing tersebut ke sebuah ruangan.
Arka memeriksa sendiri, tanpa memanggil perawat atau dokter lain. Dibukanya satu persatu mata Moza, kemudian menempelkan alat yang semula mengantung pada lehernya. Meletakkan ke dada Moza, ujung lainnya ia pasang di telinganya.
“Detak jantungnya sangat lemah,” gumam Arka. Ia pun langsung memanggil suster yang kebetulan lewat.
Sesaat kemudian, Moza yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit, langsung melepas selang infus begitu ia sadar. Masih dengan pakaian rumah sakit, Moza berjalan dengan cemas. Seperti ketakutan ada yang mengikuti dirinya.
“Nona!” teriak Arka yang melihat Moza berjalan setengah berlari. Khawatir dengan kondisi wanita yang tak stabil itu, Arka berlari mengejar Moza. “Tunggu!” serunya meminta Moza berhenti.
Seolah tidak peduli dengan apapun, Moza terus mempercepat langkah kakinya meski perutnya terasa kram luar biasa. Akhirnya Moza sampai juga di tempat parkir. Ia menatap sekeliling, ingin segera kabur dari rumah sakit ini. Dilihatnya jalan raya sudah di depan mata. Dengan langkah yang sudah tertatih dan melemah, Moza merasakan pusing yang kembali melanda. Kalau tidak ada Arka yang langsung meraih tubuhnya, wanita itu pasti sudah jatuh dan terluka.
“Nona!” pekik Arka yang cemas melihat wajah Moza yang pucat.
“Selamatkan anakku,” ucap Moza lirih kemudian memejamkan mata.
“Nona ... Nona!” Berkali-kali Arka mencoba memanggil, namun wanita itu tak kunjung membuka mata.
Sejenak Arka nampak berpikir, sepertinya wanita tersebut lari dari seseorang. Barang kali ada yang mengancam nyawanya. Arka pun membawa Moza masuk ke dalam mobilnya.
Pria berbadan tegap, dengan tampilan klimis itu kini duduk di belakang kemudi. Sedangkan Moza, ia tidurkan wanita yang belum ia ketahui namanya di jok belakang. Dengan pelan dan hati-hati, Arka mengemudi sampai ke apartemen miliknya.
Ketika ia memasuki lift, satu dua orang menatapnya dengan aneh. Siapa gerangan yang dibopong oleh dokter muda tersebut? Barangkali itu adalah pertanyaan di benak orang-orang yang menatap Arka.
Beberapa jam kemudian.
Moza mulai tersadar, perlahan ia mengerjapkan mata. Ditatapnya langit-langit kamar yang terasa asing. “Di mana ini? Ini bukan rumah sakit,” batin Moza.
“Sudah bangun?”
Suara itu membuat Moza menatap ke sumber suara. “Siapa kamu?” Moza beringsut, ia sangat cemas. Tanpa sadar tangannya memegangi perut. Seakan melindungi janin yang kini ada dalam perutnya.
Tahu, wanita itu merasa terancam. Arka kemudian kembali berbicara. “Tenanglah, aku tidak akan melukaimu ... dan juga janin itu!” Mata Arka menatap pada tangan Moza yang memegangi perutnya.
“Anda tahu saya hamil? Siapa anda?” tatap Moza penuh selidik.
“Tenanglah Nona, saya hanya dokter yang kebetulan menemukan Nona tergeletak pingsan di lorong rumah sakit.”
Moza masih curiga, jangan-jangan pria ini berdusta. Namun matanya menatap dinding kamar itu. Ada beberapa potret Arka dengan teman-temannya yang mengenakan baju kebesaran ala tenaga medis tersebut. Karena itulah Moza sedikit percaya, dan bisa bernapas lega.
“Terima kasih sudah menolongku,” ucap Moza yang sudah berubah ramah. Setelah mengatakan rasa terima kasihnya, Moza pun turun dari ranjang.
“Kamu mau ke mana?” cegah Arka.
“Terima kasih dan maaf karena sudah merepotkan, tapi aku harus lari dari kota ini.”
“Adakah tempat yang kamu tuju?”
Moza meghentikan lagkah kakinya, ia tak punya tempat tujuan.
“Adakah orang yang ingin mencelakaimu?” tanya Arka sekali lagi.
Moza lantas memegangi perutnya, ia harus lari ke mana? Kabur dari Madam Antony sangatlah sulit. “Tidak ada tempat untuk dituju, tapi aku harus lari. Sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada calon bayiku,” nada suara Moza terdengar putus asa. Ia merasa, Madam Antony pasti akan segera menemukan dirinya.
“Tinggalah di sini ... hanya untuk sementara. Jangan berpikir yang bukan-bukan. Anggap aku sedang melakukan aksi sosial.”
Moza menatap aneh pada orang yang mengaku dokter tersebut. “Tidak, terima kasih.” Wanita itu kembali berjalan keluar, tidak mau mempertimbangkan penawaran dari Arka.
“Sepertinya ada masalah dengan janin yang kamu kandung!” ujar Arka yang ingin mencegah kepergian Moza. Kontan saja wanita itu berbalik.
“Ada apa dengan anakku?”
“Maaf Nona, apakah Nona sering merasa kram dan kesakitan hingga pingsan?”
Moza langsung lemas, ia merasakan sesuatu yang buruk mungkin menimpa janin dalam perutnya. “Tolong anakku!” Moza merosot, suaranya mengiba seolah minta diselamatkan.
Flasback End
Perusahaan Sanrio, pendiri Sanrio Group merupakan orang terkaya top ten versi majalah bisnis tahun ini. Dan Sinaga adalah pewaris satu-satunya dari kerajaan bisnis sang Ayah. Di dalam gedung bertingkat tinggi itu, nampak Naga yang sedang serius menghadiri sebuah meeting.
Selama ini yang menangani perusahaan adalah dirinya, sedangkan papanya? Pria tua itu lebih sering meeting ke luar kota atau negri. Katanya sih pertemuan bisnis, tapi Naga tahu. Itu hanya akal-akalan sang Papa. Sebab hobby papanya hanya bersenang-senang dengan banyak daun muda.
Seperti saat ini, ketika harga saham sedang mengalami penurunan. Mana papanya peduli, ia sedang sibuk. Sibuk bermain-main dengan selingkuhan yang bak selir, jumlahnya banyak sekali.
Maldives.
Pria yang sudah tak muda itu, kini sedang menikmati waktu santainya. Pamit pada istrinya ke Cina untuk menemui klien penting. Tapi pesawatnya justru mendarat di pulau Maladewa. Pentolan Sanrio Group itu sedang rebahan di ranjang dengan wanita muda, Citra. Sekretaris yang dicurigai Naga ada affair dengan papanya.
Indonesia.
“Ehem ... ehem!”
Naga langsung menoleh, saat mendengar deheman seseorang. Ternyata sekretarisnya datang menghampiri.
“Ada tamu, Tuan. Katanya penting.”
Naga mengerutkan dahi, “Penting ... siapa tamu penting itu?” batinnya. “Suruh masuk!” serunya pada Jeny, sekretarisnya.
Saat pintu terbuka, seorang wanita langsung mengebrak meja excecutive muda tersebut.
“Di mana kamu sembunyikan anak saya!” Madam Antony menyalak marah pada pria di depannya. Bersambung.
Giliran Moza kabur, wanita itu mengatakan Moza adalah anaknya. Moza bukan anak Madam Antony, dulu wanita itu hanya memunggut gadis kecil di tepi jalan seperti sampah, mengasahnya menjadi berkilau seperti intan.