Ibu Dari Anankku
Malam yang dingin, sedingin hati seorang wanita yang nampak murung. Dia adalah Moza, wanita dengan seribu pikat.
“Moza, pergilah ke kamar nomor delapan puluh delapan. Di sana ada pria yang harus kamu urus.”
Moza menatap tak suka pada wanita berpenampilan glamor nan elegant di depannya itu, ia ingin menolak. Akan tetapi selama ini ia tak bisa berkata tidak. Madam Antony bagai memiliki sesuatu yang bisa mengendalikan tubuh dan pikirannya.
Wanita itu telah memungut Moza dari jalanan sejak kecil, menjadikan anak gelandangan itu menjadi pujaan bagi seluruh pria. Moza si gadis pemikat para pria yang sedang kesepian dan mencari hiburan di luar sana.
Malam ini, sesuai titah Madam Antony yang bagai perintah raja. Moza harus pergi ke sebuah kamar, di mana di sana ada seorang pria yang sedang menunggu dirinya. Menunggu kedatangan sang gadis pemikat yang di bicarakan di seluruh kota.
Dunia hitam selalu menyebut-nyebut namanya. Moza bagai mutiara di dalam lumpur. Di tempat yang paling hina namun sangat berharga.
Hotel Shila
Langkahnya nampak enggan, padahal ini mungkin malam keseribu lebih harus ia lewati seperti ini. Tapi entah mengapa. Moza merasa perasaanya tak tenang.
Tok tok tok
Ketika tiba di depan pintu kamar nomor delapan puluh delapan, hatinya mendadak kelimpungan. Ia malas menjamu tamu malam ini. Entah mengapa, ia merasa lelah dengan semua yang ia jalani bertahun-tahun.
Lama pintu ia ketuk, namun tak terbuka. Yakin bahwa tidak ada orag di dalam sana, Moza pun memilih pergi. Meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, ketika dia baru masuk lift. Seorang pria terhuyung-huyung ikut bersamanya.
Dari aromanya yang menyengat, pasti orang itu habis minum banyak.
“Pencet tombol lift untukku!” titahnya dengan suara serak.
“Lantai berapa?” Moza mengamati gerak-gerik pria tersebut. Dilihatnya dengan saksama, mungkin usianya baru 35 tahunan, dan dari penampilan. Sepertinya orang itu executive muda yang sukses.
“Antar aku ke kamar seratus lima belas.” Ucapnya sambil menyandarkan tubuh ke dinding lift. Sepertinya ia tak bisa menahan beban tubuhnya sendiri.
“Apa kau tak apa?” Moza mencoba bertanya, barangkali pria itu kenapa-kenapa.
“Urus urusanu sendiri!” Pria bernama Sinaga yang sering disapa Naga tersebut bersikap dingin pada Moza yang mengajaknya bicara.
Naga mengendurkan dasinya, ia merasa gerah dan tubuhnya terbakar. Ia rasa tak hanya minuman yang ia minum. Sepertinya seseorang sengaja membuatnya merasa seperti terbakar. Bergejolak, sangat tidak nyaman.
Saat pintu lift terbuka, Naga akan keluar. Namun begitu menatap Moza yang sedari tadi tak ia pandang dengan jelas karena kesadaran yang kurang lengkap.
Kini, Naga seolah terpikat. Atau mungkin karena pengaruh sesuatu yang diberikan padanya. Dengan paksa, ia menarik lengan Moza untuk ikut dengannya.
“Lepaskan! Apa maumu? Tolong lepaskan!” Teriak Moza yang panik karena aksi Naga yang menyeretnya ke dalam sebuah kamar.
“Bantu aku, bantu aku untuk melepaskan masalah ini!”
Naga langsung melepas dasinya dengan paksa, hingga ia merasa sedikit tercekik dibuatnya. Selanjutnya, pria tersebut melepas jas dan membuka kancing bajunya. Membuat Moza yang menatapnya bergidik ngeri.
“Apa yang kamu lakukan?” Moza mendorong tubuh Naga yang kala itu menyudutkan dirinya. Hingga Moza tak bisa lagi melangkah ke mana-mana.
“Tolong aku!” suara Naga terdengar berat dan menuntut.
Seperti cacing kepanasan, Naga mengeliat tak karuan. Tubuhnya terasa panas, rasa terbakar karena sesuatu yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuhnya.
Moza memang bukan perempuan suci, tapi ia tidak mau diperlakukan seperti ini. Bila seperti ini, jatuhnya adalah pemaksaan. Dan harga dirinya sangat terhina.
Ya, meskipun harga diri Moza sudah hilang sejak gadis itu mengenal dunia yang penuh kegelapan ini.
PLAKKK
Moza menampar pria itu, agar Naga tersadar dari aksi gilanya. Ia tak mau diperlakukan bagai budak oleh pria yang bahkan tak ia kenal namanya itu.
“Kamu berani menamparku?” sorot matanya menajam ketika seorang wanita asing dengan berani menampar pipinya. Melihat pendar mata yang menyalak marah. Hati Moza jadi menciut.
Bila semula Naga minta ditolong, kini ia terlihat memerintah. Memaksa kehendaknya dengan paksa. Naga mencengkram kedua pundak Moza dengan keras. Menatap tajam tanpa ampun.
“Berani kamu menampar saya!” salaknya marah. Kemudian mendorong Moza ke atas ranjang.
BUKKK
Suara tubuh Moza yang terjatuh di atas ranjang ukurang king size tersebut. Ini bukan pertama kali, tapi mengapa ia sangat ketakutan sekali. Oh no! Moza panik bukan main saat Naga mulai mendekatkan diri padanya.
Ingin kabur, moza berusaha bangkit dari ranjang. Sayang, Naga langsung menangkapnya. Membuat perhitungan karena sudah berani menampar pipinya. Sekalian, sebagai pelampiasan akan gejolak tubuhnya yang terasa terbakar.
Pagi hari di dalam kamar hotel Shila kamar nomor seratus lima belas.
Terlihat seorang pria masih terlelap. Sedangkan wanita di dekatnya, matanya sembab. Mungkin semalam ia menangis tanpa jeda.
Perlakuan Naga padanya semalam, tidak akan bisa ia lupakan. Ini adalah penghinaan yang sangat sangat besar.
Kini ia hanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, menghirup satu oksigen yang sama dengan pria asing yang tak dikenal. Membuat ia merasa sesak dan tertekan.
Saat pria di sampingnya mulai bergerak, menandakan sudah bangun. Moza pura-pura memejamkan mata. Ternyata Naga kembali tertidur, sesaat kemudian. Moza berusaha bangun dengan diam-diam tanpa menimbulkan suara.
Ia ingin kabur sebelum pria asing itu bangun, dengan cepat Moza memakai pakaiannya kembali. Saat memakai baju, matanya melirik Naga dengan tatapan penuh kebencian.
KRINGGGG
Ponsel Naga berbunyi sangat nyaring, membuat pria yang semula lelap itu langsung menerjap. “Di mana ini?” gumamya ketika melihat ruangan yang tampak asing.
Ia memegangi kepalanya yang terasa amat pusing, dilihatnya seprai yang berantakan. Naga mencoba mengingat-ingat apa saja yang terjadi semalam.
Samar-samar kejadian semalam muncul dalam ingatannya, sebuah siluet wanita muncul dalam benaknya.
Naga lupa, lupa apa yang terjadi semalam. Karena ponsel terus bergetar, ia pun mengangat ponsel tersebut.
“Mas!”
Sapa wanita di balik telpon.
“Hem ...!”
“Kamu di mana? Sudah pagi kenapa ngak pulang?”
Naga yang pusing, karena semalam. Ia hanya menjawab sekenanya, otaknya belum bisa diajak kompromi untuk saat ini.
“Iya, aku akan segera pulang.”
Naga merasa aneh, mengapa ia tidur tak memakai baju? Saat itu juga kejadian semalam muncul sedikit demi sedikit.
“Sial!” rutuknya ketika mampu mengingat apa yang terjadi tadi malam.
Naga pun langsung bergegas turun dan memakai pakaiannya kembali. Mencuci muka dan bersiap meninggalkan kamar tersebut. Kamar yang nantinya akan menjadi sebab dari akar perkara permasalahan hidupnya.
Kamar di mana ia akan merasa terikat oleh pesona Moza yang tak bisa ditolak.
Saat akan menutup pintu, matanya teralih pada benda yang jatuh di atas lantai. Ia mengamati sejenak. Lalu memungut sebuah anting-anting yang telah tertinggal itu. Bersambung.
IG : Sept_September2020
Baca juga novel Sept yang lain
Dinikahi Milyader
suami Satu Malam
Dipaksa Menikah
Wanita Pilihan CEO
Dea I love you
Kanina Yang Ternoda
cinta yang terbelah
menikahi pria dewasa
Pernikahan Tanpa rasa
The Lost Mafia Boy
Menikahi pria Cacat
suamiku Pria Tulen
dokter Asha and KOMPOL Bimasena
crazy Rich
selengkapnya kalian bisa klik profile Sept
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
komalia komalia
lanjut lagi
2024-02-28
0
Ida Lailamajenun
baru mampir moga bagus cerita nya
2023-06-05
0
🌹🪴eiv🪴🌹
aku disini 🤗
2023-01-03
1