Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Lc
"Lo yakin ninggalin dia di rumah sendirian? Gak takut kalau dia kabur keluar rumah?" tanya Regan ragu.
"Ada Jena juga di sana."
"Yakin? Kalau gue gak yakin."
"Siapa tahu dia kabur pergi ke bar di siang bolong kayak gini. Kelakuan istri lo kan bener-bener out of the box," kata Dilan.
"Kayaknya dia sakit gara-gara kangen sama alkohol," ucap Regan.
"Jangan ngaco."
"Siapa tahu. Buktinya setelah pulang dari bar, dia langsung demam tinggi kayak gitu."
"Coba beliin dia alkohol lagi. Siapa tahu langsung sembuh."
"Dia kalau lagi sakit nurut banget sama gue," kata Davin.
"Semalaman dia minta gue buat nemenin dia tidur di kamar. Paginya dia ngomel karena tahu gue tidur seranjang sama dia."
Dilan dan Regan menatap temannya itu serius.
"Lo jatuh cinta sama dia?"
"Pasti, dia istri gue."
"Ya maksudnya lo udah suka banget sama dia?"
"Hmm."
"Vin, gue tanya deh."
"Lo gak nafsu gitu sama dia?"
"Ngapain tanya pertanyaan gak jelas kayak gitu?"
"Gue cuma tanya. Lo yakin gak nafsu sama dia?"
"Gue kasihan deh sama lo. Punya istri, tapi batin lo gak terpenuhi kayak gini."
"Mau ikut gue gak?" Dilan menaikkan alisnya.
"Kemana?"
"Tempat biasanya gue sama Dilan pergi ke sana," sahut Regan.
Regan menggeser posisi duduknya. Laki-laki itu mengambil duduk di samping Davin. "Coba lihat."
"Mau yang mana?" Regan menunjukkan foto-foto perempuan seksi yang ada di dalam handphone miliknya.
"Pelayanannya gue jamin mantap, percaya sama gue."
"Harga bisa menyesuaikan. Kalau lo emang mantep sama dia, lo kasih dia bonus yang banyak juga gapapa," ucap Dilan.
"Gue gak butuh."
"Lo yakin gak butuh perempuan buat pemuas nafsu lo itu?"
"Gak."
********
"Kalau misalnya Pak Davin mendadak minta gitu, lo bakalan mau gak sih?" tanya Jena sembari memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut temannya.
"Minta apa?"
"Maksud gue, kalau misalnya Pak Davin mendadak minta haknya sebagai suami itu ke lo, gimana? Lo mau gak?"
"Nggak."
"Dia gak pernah tuh minta sama gue."
"Dia selalu bilang kalau dia bakalan nunggu gue siap. Dan gue gak akan siap sampai kapanpun sama hal itu."
"Davin itu gak kayak laki-laki di luar sana yang selalu maksa istrinya buat nurutin nafsu dia. Kalau gue gak mau, dia gak akan masalah sama hal itu."
"Lo gak takut kalau Davin main sama perempuan lain di luar sana?"
"Zaman sekarang udah banyak banget LC yang berani ngambil bayaran mahal cuma buat ngelayanin suami orang."
"Kalau misalnya Davin berani sewa LC cuma buat nafsu dia, gimana pendapat lo?"
"Bagus dong, berarti suami gue gak gay selama ini."
"Lo gila ya?!"
"Ada gilanya juga, dukung suami sendiri buat main sama LC di luar sana." Jena menatap Valerie heran.
••••••
01:20
"Nyonya Valerie sudah tidur dari tadi, Den," kata Bi Oda.
"Hari ini dia mau makan, Bi?"
"Makan banyak hari ini. Tadi disuapin sama Non Jena di ruang makan sambil cerita-cerita, gak taunya makanannya tiba-tiba habis."
"Yaudah, saya ke atas dulu," ucap Davin yang diangguki oleh Bi Oda.
Davin membuka pintu kamar istrinya. Menatap wanitanya yang sudah terlelap tidur di sana.
Davin menutup pintu kamar pelan-pelan. Laki-laki itu berjalan mendekati ranjang istrinya dan duduk di sana.
"Lo emang selalu masuk diam-diam kayak gini ya kalau ke kamar gue?" Wanita itu tiba-tiba membuka matanya ketika merasakan ada pergerakan di sekitarnya.
"Kamu belum tidur?"
"Lo selalu masuk ke kamar gue kalau pulang kerja? Jawab dulu pertanyaan gue, jangan ngalihin obrolan."
"Iya."
"Ngapain, lo gak ngapa-ngapain gue kan?"
"Saya cuma nge-check kamu aja. Beneran tidur atau cuma bohongan."
"Saya takut istri saya cuma pura-pura tidur terus diam-diam pergi ke bar di tengah malam kayak gini."
"Gue gak segila itu."
"Badannya masih sakit atau udah mendingan?" Davin memegang kening Valerie.
"Gue udah sembuh."
"Lo gak mau ngasih apresiasi apa gitu karena gue udah bertahan sama penyakit menyebalkan ini?"
"Kamu mau apa?"
"Saya bakalan turutin kemauan kamu."
"Janji?"
"Janji, asal permintaan kamu masih jelas."
Valerie langsung mendudukkan badannya, wanita itu menatap laki-laki di depannya serius.
"Kamu mau apa?" tanya Davin sembari mengusap rambut wanitanya agar tidak berantakan.
"Alkohol yang gue beli sebelum sakit. Gue mau beli itu."
"Gue mau minum berdua sama lo."
"Kalau permintaan kamu di batas wajar, saya bisa turutin. Kalau permintaan kamu gak wajar kayak gini, saya gak mau nurutin."
"Kan minumnya sama lo," ucap Valerie.
"Boleh ya, sayang?" Valerie melingkarkan tangannya di pinggang Davin. Membuat Davin memutar bola matanya bingung.
"Janji cuma malam ini."
"Davin, boleh ya?"
"Gue lagi pengen banget," rengek Valerie.