Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Sekarang kamu sudah sah menjadi menantu kami, dan menjadi istri dari Refandi jadi bersikaplah sebagai seorang istri, patuhi suami mu, dan rawat dia sebagai mana mestinya" tutur Bu Retno setelah acara pernikahan Refandi dan Malika selesai di laksanakan, memang mereka hanya melaksanakan ijab kabul saja, tanpa pesta pernikahan sebagaimana mestinya yang di harapkan oleh pengantin baru.
"Iya Ma..." ujar Malika menganggukan kepalanya.
"Dan satu lagi, karena kalian sudah menikah, jadi kalian tidak berhak lagi untuk tinggal di rumah ini, jadi kami sudah menyediakan rumah untuk kalian tempati" tutur Tuan Aksa.
Refandi hanya mengepalkan tangannya sangat erat, dia tau apa maksud papanya itu, dia sudah mendengar pembicaraan papa dan mamanya, yang keberatan dan malu mempunyai anak cacat seperti dia sekarang ini, bahkan di saat pernikahannya adik dan abangnya tidak ada satu pun yang datang.
"Tidak perlu, saya bisa menyediakan rumah untuk istri saya, walau saya lumpuh seperti ini tidak mengapa saya masih mampu menghidupi istri saya" ujar Refandi dengan dada begitu sesak.
"Ohh... Bagus kalau begitu, jadi kami tidak harus repot memberi kalian rumah, dan satu lagi, perusahaan akan di ambil alih oleh Romi dan istrinya, mnegingat kamu yang tidak mungkin bisa bekerja" ujar Tuan Aksa.
"Bagaimana Bisa, perusahaan itu saya yang memajukannya, kenapa sekarang di serahkan kepada Romi!" ujar Refandi tidak terima.
"Kan papa sudah bilang, ngak mungkin kan, Ceo nya duduk di kursi roda" ucap Tuan Aska tanpa perasaan.
Jedarrrr.....
Ucapan Papanya itu bagai sembulu menusuk hati Refandi, dia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, menahan amarah di dadanya.
Malika mendengar ucapan yang menyakiti hati laki laki yang baru saja menjadi suaminya itu juga ikut sakit mendengar nya.
Malika memegang pundak suaminya itu, seolah olah memberi kekuatan.
Refandi merasakan pundaknya di pengang oleh seseorang lansung menoleh siapa gerangan yang memberi kekuatan kepadanya.
Refandi melihat ke arah Malika, istri yang baru saja dia nikahi itu, ada sedikit kedamaian di dalam hati Refandi saat tangan Malika menyentuhnya.
"Setidaknya aku punya kamu sekarang istriku, walau aku belum mampu menjadi suami sempurna untuk mu, tetap lah berada di sisiku" gumam Refandi dalam hati.
"Baiklah terserah kalian, lagi itu juga perusahaan saya, itu perusahaan keluarga, dan mungkin karena sekarang sudah cacat jadi saya ini aib bagi kalian, saya menerima dengan lapang dada, terimakasih sudah melahirkan saya ke dunia ini, membesarkan saya dan sekaligus menceraikan jodoh untuk saya, mungkin mulai hari ini saya bukan anak kalian lagi, terimakasih untuk semuanya" ucapa Refandi dengan dada yang lumayan sesak.
"Bukan begitu maksud papa Refandi, kamu fokus saja sama kesehatan kamu, kamu akan tetap mendapatkan bagian kamu kok, tanpa bekerja di perusahaan" ujar Tuan Aska.
"Tidak usah, terimakasih saya bisa hidup dengan diri saya sendiri tanpa bantuan kalian semua" ujar Refandi menahan sakit hatinya.
"Baik lah kalau itu mau kamu" pasrah Tuan Aska.
"Tuan ini kopernya sudah semua" ujar pelayan membawa koper milik Refandi dan Malika.
"Masukan saja ke mobil yang sudah di siapkan untuk mereka" ujar Bu Retno.
"Lika tolong dorong Mas ke depan, urusan kita sudah tidak ada lagi di sini" ucap Refandi menatap sang istri.
Malika hanya mengangguk dan mengikuti ucapan suaminya itu.
"Pesan taxi ya?!" ujar Refandi yang tidak sudi membawa apa pun yang bukan miliknya dari rumah itu, beruntung nya dia sudah berganti pakaian tadi sebelum mendapat pengusiran ini.
"Iya Mas... Kita mau kemana?" tanya Malika.
Refandi memberikan alamat apartemen yang pernah dia beli, namun belum pernah dia tempati, tapi sebagian berkas berkas penting miliknya yang tidak di ketahui oleh keluarga sudah ada di sana.
"Kenapa kalian belum naik ke mobil?" tanya Bu Retno.
"Tunggu sebentar kami sedang menunggu taxi" ucap Refandi tanpa melihat ke arah sang mama, tentu saja dada Bu Retno sakit melihat anaknya yang mengacuhkannya seperti itu.
"Maafkan mama, mama harus melakukan ini" gumam Bu Retno dalam hati.
Bu Retno melihat ke pergian anak dan menantunya dengan mata yang berkaca kaca.
"Sudah Ma....Jangan terlalu di fikirkan" ujar Tuan Aska merangkul sang istri.
Bersambung....