"Seberapa keras pun usaha ku untuk menjadi yang terbaik, aku tetaplah aku yang berasal dari kegelapan malam."
"Aku tidak bisa kembali menjadi suci kecuali jika ada seseorang yang mampu membersihkan dosa-dosa ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Azura hanya menggeleng pelan, sungguh dia tidak bisa menerima itu semua.
Saat ini dia berencana untuk mengajak semua keluarga nya berkumpul, dia ingin menjual rumah yang selama ini dipertahankan karena dia sendiri tidak ingin terus hidup dalam trauma yang kini melandanya.
Gara-gara mempertahankan rumah itu, dia jadi seperti saat ini, meskipun dia sendiri sangat tidak rela seluruh kenangan itu hilang. tapi dia tidak punya banyak tabungan lagi untuk mengurus semuanya tetap seperti dulu.
Rumah besar itu butuh biaya perawatan listrik dan air juga lainnya, sementara Azura kini sudah tidak lagi bekerja seperti dulu, dia fokus pada kuliahnya dan kalaupun dia ada penghasilan dia akan membutuhkan itu buat biaya hidup dan juga kuliahnya.
Mungkin sudah seharusnya dia merelakan semua kenangan itu pergi dari hidup nya, biarlah semua hanya tersimpan dalam hatinya.
Dia juga tidak tau sampai kapan sang bibi bertahan di kota besar ini, mengingat rumah peninggalan sang nenek masih utuh.
Rencana Azura akan membagi dua hasil penjualan tersebut dan uang yang ada untuk membeli rumah karena dia tidak tau juga akan bagaimana hidupnya kedepannya nanti.
"Sweety kenapa?"tanya Diego.
"Aku akan menjual rumah peninggalan kedua orang tua ku, setelah aku bicara dengan bibi nanti dan sebagian uang nya lagi aku akan belikan rumah baru yang sederhana saja untuk ku sendiri setengahnya lagi aku akan bagikan pada bibi dan Rakha."ucap Azura.
"Baiklah sweety, tapi kapanpun kamu butuh bantuan ku bisa bicara padaku."ucap Diego yang tidak ingin memaksa, lagipula semua akan percuma saja wanita cantik di samping nya itu akan tetap keras kepala.
"Terimakasih Yank."ucap Azura dengan lembut.
"Duduk di sini temani aku bekerja nanti kita makan malam setelah aku menyelesaikan satu pekerjaan."ucap Diego.
"Hmm..."lirih Azura.
Mereka pun duduk di atas ranjang Azura bersandar pada head board dan Diego duduk bersila di samping nya.
Azura melirik ke arah lain sementara Diego fokus pada laptopnya.
"Sweety, apa ada yang kamu inginkan?"ujar Diego.
"Hmm... aku hanya ingin bekerja seperti beberapa bulan lalu, tapi rasanya mustahil karena disini tidak akan ada yang mau menerima pegawai yang datang disaat dia pulang kuliah."ucap Azura.
"Kenapa tidak di perusahan kita saja sweety, aku akan dengan senang hati menerima nya."ucap Diego.
"Tidak mau aku tidak mau punya bos mesum seperti mu yang ada setiap pulang kerja tubuhku remuk."ucap Azura yang membuat Diego terkekeh pelan.
"Bukankah itu sangat nikmat?"ucap Diego yang mendapat cubitan di lengannya yang keras itu.
"Ah, sakit sweety."ucap Diego yang kini berpura-pura kesakitan.
"Habis suruh siapa berkata seperti itu."ucap Azura.
"Tapi itu fakta nya honey."ucap Diego.
"Terserah saja aku lelah debat sama kamu."ucap Azura.
"Ayudia."ucap Jodi yang baru masuk.
"Jo kamu datang mana bibi."ucap Azura.
"Dia disini."ucap Jodi yang kini menunggu istrinya itu meraih tangan yang ia ulurkan.
"Masuk bi, Ayu sudah menunggu bibi sejak tadi."ucap Azura.
"Ayu bagaimana keadaan mu nak."ucap Arum.
"Sudah baikan bi, ini juga sudah tidak ngilu lagi."ucap Azura yang kini menggeser duduknya dan membetulkan letak selimut tebal itu.
"Kalian bicaralah biar saya pindah ke sana."ucap Diego yang kini bangkit dari ranjang dengan laptop dan handphone nya itu.
"Maaf mengganggu tuan."ucap Jodi segan.
"Tidak apa lanjut saja."ucap Diego.
Azura dan Arum pun saling berpelukan setelah itu mereka pun langsung bergegas membicarakan tentang apa yang tadi ia katakan pada Jodi.
"Bi bagaimana kalau Ayu jual rumah mama dan papa?"ucap Azura.
"Oh soal itu Yu, bibi sih terserah kamu sama nak, lagipula itu peninggalan kedua orang tua mu."ucap sang bibi.
"Bibi juga punya bagian dari penjualan itu bi, karena bibi adalah adik mama satu-satunya."ucap Azura lembut.
"Bibi memang keluarga almarhum mama nu nak, tapi bibi tidak akan menuntut apapun untuk itu, lebih baik uangnya ditabung untuk bekal hidup mu nak. Usia bibi tidak akan sampai lima puluh tahun lagi bibi pun sudah bilang pada mas Jodi agar dia tidak berharap untuk memiliki anak dari bibi nanti setelah bibi ti"
"Apaan sih mbak kamu selalu saja bilang begitu, aku berharap punya anak dari istriku itu bukan kesalahan kan, tapi mbak selalu saja bilang usia mbak tidak mungkin lama lagi. Usia itu urusan tuhan mbak apa salahnya jika aku menginginkan anak dari istriku sendiri."ucap Jodi.
Azura pun tersenyum manis pada Diego yang akhirnya ikut menyimak obrolan mereka. hingga saat ia kembali bicara.
"Sebenarnya aku berat kehilangan semua kenangan yang ada, tapi sekarang aku sudah tidak bekerja dan tabungan ku sudah menipis dan rumah itu butuh biaya yang tidak sedikit mungkin untuk beberapa bulan kedepan aku masih bisa membiayai nya tapi setelah itu daripada terbengkalai lebih baik aku jual saja dan membeli rumah yang jauh lebih sederhana untuk kita tempati atau bibi bisa beli yang baru juga setelah rumah itu terjual nanti."ucap Azura.
"Aku yang akan beli rumah itu sweety jadi kamu tidak perlu takut kehilangan kenangan yang ada di sana karena kamu bisa datang kapanpun kamu mau dan aku tidak akan pernah mengubah yang sudah ada di sana."ucap Diego.
"Tidak bukan kamu Yank."ucap Azura.
"Lalu kamu ingin siapa yang beli rumah mu?"ucap Diego.
"Orang lain yang tentunya bukan kamu."ucap Azura yang merasa bahwa Diego ingin menolong keuangannya dan rumah itu pasti diperuntukkan bagi nya juga.
"Baiklah kalau begitu terserah kamu saja, kamu mau jual berapa aku punya banyak kenalan yang mungkin bisa membeli itu dengan harga yang sesuai."ucap Diego.
"Tidak biar aku saja yang buat iklan."ucap Azura.
"Baiklah."ucap Diego yang memang memiliki banyak cara untuk itu.
"Akhirnya Jodi pun angkat bicara."Aku sudah cari rumah dan rumah itu mungkin cocok untuk mu Yu, aku juga akan beli rumah di sebelahnya meskipun dengan cara kredit jadi tidak usah pikirkan apapun tentang kami fokus lah pada masa depan mu sendiri."ucap Jodi.
"Tidak Jo, aku hanya punya kalian berdua di dunia ini aku tidak berniat mengusir mu dari rumah kita, aku hanya tidak ingin kalian terbebani dengan pengeluaran rumah itu, soal rumah baru bukankah ada bagian dari bibi yang nanti aku kasih jadi kamu bisa fokus cari uang untuk nafkah keluarga mu."ucap Azura.
...🧸🧸🧸🧸🧸...
Satu minggu kemudian seseorang akhirnya membeli rumah seharga 34 miliar itu, Azura membeli rumah seharga lima miliar untuk dirinya dan lima miliar untuk sang bibi termasuk satu unit mobil untuk nya dan untuk Jodi.
Tidak ada perabotan yang mereka bawa kecuali pakaian dan barang pribadi yang mereka bawa.
Mereka tidak bertetangga seperti rencana di awal karena rumah yang dipilihkan oleh Jodi tidak sesuai dengan keinginan Azura.
Rumah yang sangat nyaman untuk dirinya dan sang bibi yang bahkan Azura pilih sendiri sisanya biar mereka yang membeli perabotan baru untuk rumah mereka, Azura sudah berikan uang satu milyar untuk pegangan mereka setelah itu Azura lepas tanggung jawab dan akan fokus pada hidup nya kecuali bila ada rezeki lebih.
Total tujuh miliar uang yang diberikan oleh Azura pembagian dari penjualan rumah tersebut dan mereka sudah sangat berterimakasih pada Azura karena kebaikan nya.
Sementara dua puluh miliar lagi ia gunakan untuk buka usaha kecil-kecilan yaitu membuka mini cafe yang buka di sore hingga malam hari karena dia harus mengurus kuliahnya kecuali jika nanti cafe itu sudah berkembang mungkin dia akan mempekerjakan pelayan.
Bangunan bekas ruko itu dia beli seharga lima ratus juta, dan biaya renovasi dan barang-barang pelengkap menghabiskan dua miliar termasuk peralatan memasak dan juga bahan yang akan diolah dan dijual nantinya.
Disana dia bekerja keras dibantu oleh Sahila dan Ripa saat menata semua perabotan dan saat Azura menyiapkan dagangan pertamanya seperti cupcake dan cheese cake juga biscuit teman untuk ngopi.
Sahila dan Ripa bilang bahwa mereka siap membantu kapan saja karena Azura pun sudah membiayai sekolah mereka.
Azura pun hanya meminta doa dari mereka agar usahanya lancar dan dimudahkan dalam mencari rezeki.
"Sweety bisakah aku menjadi pelanggan pertama cafe ini."ucap Diego.
"Hmm... tuan Diego yang terhormat aku belum selesai menyiapkan semuanya."ucap Azura.
"Hmm... hanya secangkir kopi saja apa tidak bisa? bukankah menolak pelanggan itu tidak baik."ucap Diego yang kini duduk di hadapan Azura dengan kursi yang ada di depan pantry.
"Tuan Diego tempat duduk pelanggan itu disana dan silahkan tunggu pesanan nya datang."ucap Azura sambil tersenyum manis.
"Baiklah sweety jangan galak begitu nanti pelanggan mu kabur."ucap Diego.
"Terserah."ucap Azura yang kini membuatkan kopi untuk pertama kalinya bagi Diego.
Coffee yang terlihat sangat menggugah selera karena disajikan oleh wanita cantik yang terlihat sangat sexy dibalik pakaian nya yang longgar itu.
Azura pun menghidangkan kopi berikut biscuit yang ia buat tadi sementara Sahila masih berada di dapur dan Ripa tengah memasang pajangan sesuai arahan dari Azura tadi.
Desain interior cafe yang sungguh sangat cantik bahkan Diego sendiri terlihat sangat nyaman berada di sana selain karena Azura yang memang selalu membuatnya rindu.
Azura pun hendak pergi setelah menghidangkan coffee tersebut namun tangan kekar itu menahan tangannya.
"Sweety kamu tega meninggalkan ku sendiri."ucap Diego yang kini menatap penuh rindu setelah hampir satu minggu tidak bertemu karena perjalanan bisnis, dia juga tidak tau siapa yang sudah membeli rumah Azura.
"Aku masih buat cake di belakang."ucap Azura.
"Kenapa tidak mempekerjakan pelayan sweety waktu mu akan habis untuk ini."ucap Diego.
"Tidak apa, aku juga tidak punya pekerjaan lain, lagipula ini untuk pertama kalinya jadi aku ingin semua di urus sendiri."ucap Azura dengan lembut.
"Kak yang itu sedikit sulit aku butuh bantuan."ucap Rifa.
"Tunggu biar kakak saja."ucap Azura yang akhirnya bangkit, dan beranjak tanpa peduli dengan Diego yang kini menatap lekat kearah Azura yang berjalan menghampiri tempat dimana Rifa memasang lampu dengan hiasan dinding yang Azura desain sendiri.
"Kamu pegang tangganya saja biar aku yang pasang."ucap Azura yang hendak naik tapi tangan Diego menahan pergerakan Azura yang kini terlihat menatap kearahnya lalu menggelengkan kepalanya.
Azura pun hanya bisa cemberut karena Diego terus melarang dia untuk bekerja. Diego melepaskan jas dan tuksedo nya kemudian dia berikan ke tangan Azura, lalu ia menggulung lengan kemeja nya hingga ke siku tangan nya dan itu semakin menambah ketampanannya.
Diego pun naik dan Rifa memberikan barang yang akan di pasang, sementara Azura mengarahkan sambil terus memegang jas yang kini ada di tangan nya yang mengeluarkan aroma khas dari parfum yang sering Diego gunakan.
Pria itu benar-benar melakukan semuanya dengan baik seperti keinginan Azura.
"Sweety sudah selesai bayaran nya?"ucap Diego yang kini terlihat berkeringat dan Azura meraih tisu dan menyeka keringat di dahi Diego.
"Bayaran nya nanti tuan sekarang kamu minum dulu."ucap Azura yang kini menyodorkan segelas coffee yang baru untuk Diego.
"Hmm... aku sangat merindukan mu sweety."ucap Diego berbisik di kuping Azura.
Cuph...
Satu kecupan mendarat di pipi Diego yang kini menunjuk bibirnya, dan Azura mengecup bibir itu.
"Kurang sweety."ucap Diego.
"Oh my God."ucap Azura yang berbalik, tapi pria itu langsung memeluk Azura dari belakang dan mengecup leher jenjang wanita yang sangat ia rindukan tersebut.
"Eum... jangan lakukan itu, ada anak-anak disini."ucap Azura yang kini berusaha menghentikan pergerakan Diego yang sudah mulai tidak terkendali itu.
"Bagaimana kalau kita pulang dulu honey sekalian aku mau tau dimana rumah baru mu."ucap Diego yang sudah tidak tahan dengan hasratnya yang semakin memuncak saat bersentuhan dengan Azura.
"Aku tidak bisa lakukan itu lagi tuan, aku sudah putuskan untuk berhenti berbuat dosa lagi."ucap Azura tapi Diego tidak memberikan kesempatan pada Azura yang kini dia bawa dalam gendongannya.
"Tuan please turunkan aku, aku sedang memasak dan lagi aku sudah katakan aku tidak akan pernah melakukan hal itu lagi."ucap Azura.
Diego tidak peduli dengan itu, sampai Azura tiba di dalam mobil yang kini langsung dikemudikan oleh Diego menuju tempat tinggal Azura yang baru.
"Hentikan tuan apa anda tidak dengar itu, Diego please!"ucap Azura yang kini menangis.
Cakit....
Suara gesekan ban mobil dan aspal itu terdengar nyaring, pria itu menatap datar kearah Azura dia terlihat sangat kecewa pada Azura meskipun dia kembali menjalankan mobilnya hingga sampai di rumah baru milik Azura.
"Turun."ucap Diego dingin dengan ekspresi wajah datarnya itu.
"Yank kamu ini.
"Turun."ucap Diego lagi.
"Yank!
"Aku bilang turun Ayudia."ucap Diego semakin membuat Azura bingung.
"Ayudia."ucap Diego lagi.
"Ya tuan saya akan turun"ucapnya lirih.
Setelah Azura turun Diego langsung tancap gas tidak peduli dengan tatapan sendu dari Azura yang kini terlihat dalam dilema.
tapi kenapa episod yang k 24 dan smpai seterusnya lama sangat yng nak keluar,,,apa lagi cerita nya bikin penasaran /Grimace/