NovelToon NovelToon
TERBAKAR PESONA ZARA

TERBAKAR PESONA ZARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Telo Ungu

"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.

"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.

"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.

"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.

Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?

sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 Rencana Fiks

Sejak insiden pertengkaran antara Lengkara dan Hisbi beberapa waktu yang lalu membuat Zara berubah. Zara lebih pendiam dari biasanya. Dia seperti orang yang takut salah. Takut akan hal yang terjadi ke depannya yang tidak sesuai dengan alur cerpen. Zara jadi tidak lagi berani kemanapun sendiri.

Tanpa disadari Zara selalu dibuntuti oleh Hisbi atau Catur. Entah kenapa mereka berdua sepertinya mengerti kegelisahan Zara. Padahal Zara tidak pernah bercerita apapun pada mereka berdua. Tapi, mereka seperti orang yang punya kesepakatan tak tertulis kalau mereka akan memproteksi Zara dari jangkauan Lengkara maupun Marvin.

Kejadian itu juga membuat Zara tak lagi bersemangat mengacak-ngacak alur cerpen. Dia tidak lagi menggoda dan memancing amarah Ranu. Zara juga sudah tak lagi berdekatan dengan Marvin. Apalagi Ranu sudah mulai menjauhinya sejak insiden di cafe. Mungkin ya, mungkin ini cuma pemikiran Zara saja. Ranu tak lagi mengusiknya karena dia malu pada Zara yang sudah membaca rencananya dengan Lengkara. Mungkin juga itu pemicu Lengkara bertingkah anarkis seperti itu. Siapa yang tahu kan, semua punya peluang kearah itu, pikir Zara.

Lagi nih, Zara merasa ingin mencak-mencak di depan Lengkara. Gara gara dia, Zara selama beberapa hari tidak bisa tidur. Setiap mengingat kejadian Lengkara mengejarnya seperti psikopat itu, selalu sukses membuat bulu kuduk Zara merinding.

Hahhhh!!!! Zara sepertinya trauma dengan wajah Lengkara. Bayangan ekspresi Lengkara yang mirip orang penjagal daging itu membuat Zara panas dingin. Takut dan mual. Ingat ya, betapa beringasnya Lengkara memukul sahabatnya tanpa ampun.

Bayangkan kalau alur cerpen itu benar benar terjadi. Lengkara menjebak dirinya dan berhasil membunuhnya dan orang misterius itu terlambat menyelamatkannya. Betapa sadisnya siksaan yang harus dia terima.

Hiiiiiiihhhh! Zara mengusap ngusap kedua lengannya bergantian. Ngeri sekali. Zara harus jaga jarak dari Lengkara. Tapiiii, apakah bisa. Dia pasti akan selalu ketemu cowok itu. Hei, mereka sekelas right! Mau menghindar dengan cara apapun pastinya ketemu lagi ketemu lagi dong.

Sial, sial, Zara sudah lelah rasanya. Ia begitu merasa putus asa menghadapi alur cerpen yang makin tak bisa diraba ini. Mungkin ini gara gara dirinya yang petantang petenteng mau ngacak-ngacak alur cerpen hanya demi menyelamatkan Ranu. Dipikir pikir dulu dirinya itu bodoh sekali. Sebelum merasuki tubuh Zara seperti sekarang ini, sebagai seorang perempuan bernama Fatiyah.

Ia terlalu mudah untuk terbawa emosi hingga tanpa berpikir panjang malah membakar cerpen itu di tong sampah. Andai dirinya tidak berbuat nekat seperti itu, pasti sekarang dia masih bisa berkumpul dengan ibunya.

Zara masih mengajar di sekolah Paud dengan riang gembira. Bertemu dengan anak anak gemoy dan makan seblak mamah-teteh dekat rumahnya. Atau dia bisa nonton haha hihi bareng sahabatnya.

Bukan malah berada disini. Berada di dunia antah berantah yang setiap harinya harus menghadapi ketantruman Ranu dan tokoh lainnya. Zara hanya bisa menghela napas panjang saking lelahnya. Sudahlah mau disesali segitunya pun, semua tidak akan merubah keadaan.

"Eh gue kemarin ketemu sama Lohan lho. Nanya kabar elo gitu ke gue katanya disuruh Lengkara. Emang elo masih jauhan ya sama Lengkara?" bisik Hazel kepo.

Hari ini sekolah lagi ngadain class meeting gitu. Banyak lomba-lomba yang bakalan diadakan di sekolah. Nah, ditengah hingar bingar sekolah ini, Zara malah lebih memilih melipir ke kelas sahabatnya itu. Dari pagi dia setia duduk di kelas Hazel.

Lebih tepatnya Hazel dan Zara duduk mepet depan papan tulis. Kursi mereka berdua pepetin tepat di bawah papa tulis. Mereka berdua saling berbisik-bisik satu sama lain. Hazel yang awalnya ingin ikut lomba atau menyaksikan pertandingan basket jadi mengurungkan niatnya. Dia tidak tega meninggalkan Zara sendirian.

Apalagi Zara sendiri yang datang memohon minta ditemani olehnya. Katanya ia berani sendirian di kelasnya. Sebab, Lengkara sering memantaunya dari jauh. "Dia masih bertingkah seperti itu?" bisik Hazel pada Zara yang sedang menelungkupkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya.

"Yah, elo pasti sadarlah. Buktinya buntut dianya ngomong ke elo. Dah, malas banget gue sebenernya bahas dia" balas Zara dengan nada pelan.

"Yeah, kan gue kepo doang Zara" keluh Hazel pada sahabatnya itu.

Lalu, Zara memilih mengabaikan Hazel yang terus mengajak berbicara. Lama-kelamaan Zara malah tertidur. "Zara, Zara, eh lah tidur ni bocah. Gue ajakin gosip juga" gumam Hazel pada diri sendiri sembari menepuk-nepuk lengan Zara.

Di saat Hazel menepuk nepuk tangan Zara itu, Hazel tersentak pelan. Kepalanya pusing tiba tiba. Lalu, saat matanya terbuka Hazel gambaran aneh. Gambaran perempuan yang menangis, meringkuk sambil menundukkan kepalanya. Keadaan baju perempuan itu berantakan nyaris naked.

Di depannya ada cowok yang meminta maaf berkali kali. "Lengkara?" gumam Hazel. Mata Hazel melotot tajam. "Jangan bilang, itu__" Belum selesai Hazel berbicara, perempuan yang menangis itu mendongakkan kepalanya.

"Zara!!!!" teriak Hazel terkejut.

"Hei, Hazel! Elo kenapa? Hazel!!!!" tepuk Zara beberapa kali di pipinya. Hazel seperti tersadar dari lamunannya. Rupanya ia kembali mendapatkan kekuatan penglihatan masa depan.

"Zara, elo gapapa kan? Elo gapapa kan" kata Hazel bertanya berkali kali. Dia bahkan menggoyangkan badan Zara ke kanan dan ke kiri beberapa kali hingga perempuan itu pusing. "Hazel, stop!!!" pekik Zara sambil memegang kedua bahu Hazel.

"Gue pusing, oke. Stop! Harusnya itu dialog gue. Harusnya gue yang tanya, elo yang kenapa? Elo tidur terus ngigo-ngigo manggil nama gue terus terusan" cerocosnya.

Mata Hazel berkaca kaca menatap Hazel. Hal itu juga membuat Zara makin panik. "Eh, eh, eh elo kenapa? ada masalah? Cerita cerita ke gue. Ih jangan nangis. Lo mau apa? Bilang sama gue. Tapi, jangan nangis ya. Gue bingung ini harus gimana"

Bukannya menjawab pertanyaan beruntun dari Zara, Hazel malah memeluk tubuh Zara erat. "Zara, gue sedih banget. Elo jangan sama Lengkara ya. Sama yang lain aja. Dia bukan orang baik. Elo pacaran sama Hisbi atau sama Catur aja, oke. Jangan sama Lengkara. Dia jahat. Gue ga mau elo kenapa napa lagi." ucap Hazel dengan suara serak menahan tangis.

Zara membalas pelukan Hazel tak kalah erat. Kemudian, ia mengelus belakang kepala sahabatnya itu beberapa kali. "Iya, iya, gue pasti jauhin Lengkara kok. Kenapa elo tiba tiba begini sih. Gue kan jadi terharu"

Tangisan yang Hazel tahan tahan akhirnya luruh. Zara dengan setia mengelus punggung Hazel beberapa kali. "Elo kalau ketemu sama cowok kampret itu lari aja ya. Cowok kardus itu ga banget. Jangan deket deket lagi sama Ranu. Dia sama ga beresnya kayak sepupu kampretnya itu. Pokoknya elo harus jauh jauh dari dia. Jangan mau terima apapun yang dia kasih, janji ya Zara. Zara janji sama gue!!!" rengek Hazel dengan suara memohon di sela sela tangisnya.

Zara tersenyum tipis. Ia melepaskan pelukannya dan memegang pipi Hazel dengan kedua tangannya. "Hazel, gue janji mulai sekarang. Gue udah ga mau lagi berurusan dengan laki laki kardus macam Lengkara. Elo tenang aja. Kalau gue nanti khilaf, elo boleh tabok gue sekencang kencangnya ya" canda Zara.

"Zara, gue serius, ihhhhh!" rengek Hazel dengan wajah prengat-prengutnya.

"Iya, iya, udah. Yok, anterin gue ke toilet dulu. Habis itu kita makan ya. Gue kebelet nih dari tadi" kata Zara.

Mereka berdua lalu keluar kelas bersama sama. Hal yang tidak mereka sadari, sedari tadi Lengkara mendengar percakapan mereka berdua. Lalu, Lengkara menelpon seseorang diseberang sana.

Saat panggilan itu tersambung, Lengkara langsung membuka suaranya. "Kita jalankan rencana itu Ran, seperti rencana elo. Di malam ulang tahun Marvin"

("...................")

"Iya, semua gue serahin ke elo. Yang penting di malam itu, Zara bakalan jadi milik gue seutuhnya" seru Lengkara dengan senyum licik yang terpatri di wajah tampannya.

Nah, hayooo lho rencana apa nih kira-kira? Terus ikuti cerita ini yaaa. Btw kalian tim mana nih? Tim Zara jomblo, Zara sama Catur, Zara Marvin, atau Zara Lengkara?

Komen komen yaw dibawah. Jangan lupa like juga. Biar aku tambah semangat. Maaf ya kalau banyak typo.

To Be Continue.

1
Nur Adam
lnjut
Cicih Sutiasih
aku mampir😊
Telo Ungu: terima kasih sudah mampir. love love
total 1 replies
Ayari Khana
Keren parah!
Telo Ungu: wow, terima kasih kak
total 1 replies
bea ofialda
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
Telo Ungu: terima kasih komentarnya kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!