Terjebak Badgirl

Geng Sera berkumpul seperti biasa di rumah harsa. Namun, suasana sedikit berbeda hari ini, mood Sera masih buruk sejak kejadian di sekolah tadi siang. Terutama saat mereka hendak pulang, ia harus melihat Gara dan nabila berboncengan. Gadis itu sengaja bertingkah manja, memeluk Gara erat sambil tertawa genit, seolah ingin memanasinya.

"Gue greget banget sama cewek itu! Pengin rasanya gue tarik rambutnya! Pick me banget!" gerutu Asa, wajahnya kesal.

"Iya, dikasih pelajaran sedikit boleh kali ya?" timpal luna dengan nada penuh rencana.

"Setuju gue," tambah litani. "Harus banget tuh cewek tahu diri. Tapi, Sera, menurut lo gimana?"

Sera menghela napas panjang, menatap mereka dengan ekspresi datar. "Terserah kalian mau ngapain, gue nggak peduli. Paling juga dia ngadu ke Gara."

"Nah, kalau gitu, oke! Nanti gue bakal rencana in sesuatu," ucap luna bersemangat. Tatapannya menyala, membuat yang lain ikut mengangguk setuju.

Sementara itu, Akram dan harsa hanya saling pandang, menggeleng pelan. Mereka belum berencana membalas Gara, setidaknya tidak sekarang. Sera sudah melarang mereka untuk ikut campur. Tapi, kalau Gara sampai bertindak keterlaluan, mereka tidak akan tinggal diam.

Tiba-tiba, Sera menghela napas lagi, kali ini lebih berat. "Gue bakal berubah lagi, guys. Jujur aja, gue nggak nyaman jadi orang lain. Gue nggak akan balik jadi malas belajar, tapi gue juga nggak mau terus berpura-pura jadi orang yang Gara inginkan. Gue cuma mau jadi diri sendiri. Gimana menurut kalian?"

Asa tersenyum lembut. "Kalau lo nggak nyaman, kenapa harus maksa? Semua terserah lo, Ser. Lo yang paling tahu apa yang bikin lo bahagia. Apa pun keputusan lo, kita pasti dukung."

Mendengar jawaban sahabatnya, Sera kembali berpikir. Ia tidak ingin lagi berubah hanya demi menyenangkan orang lain. Dirinya berhak menjalani hidup sesuai keinginannya, bukan untuk memenuhi ekspektasi siapa pun.

Saat itu juga, Sera merasa bersyukur. Setidaknya, di tengah kekecewaannya pada Gara, ia masih memiliki sahabat yang selalu mengerti dan mendukungnya.

***

Pagi tiba, dan Sera kembali melihat bayangan dirinya di cermin. Sosok yang selama ini ia sembunyikan, akhirnya muncul lagi. Tidak ada lagi tekanan, tidak ada lagi usaha menjadi seseorang yang bukan dirinya. Ingin rasanya ia menangis, bukan karena sedih, tapi karena merasa bebas.

Dengan jaket kulit dan gaya bad girl nya yang dulu, Sera melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Di jalan, matanya menangkap sosok Gara yang sedang berboncengan dengan nabila. Tanpa pikir panjang, ia menyalip mereka dengan kecepatan tinggi, membuat Gara terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan.

Gara menatap motor yang baru saja menyalipnya dengan tatapan marah, tidak sadar bahwa itu adalah Sera, pacarnya sendiri, atau mungkin, mantan.

Sesampainya di sekolah, Sera melangkah masuk ke kelas, langsung disambut dengan tatapan heran dari para siswa. Penampilannya yang kembali seperti dulu jelas mengejutkan banyak orang, termasuk Gara.

Nabila, yang sejak tadi menempel pada Gara, langsung memanfaatkan situasi. "Oh, jadi itu sifat asli pacar kamu, Gara?" ujarnya dengan nada sinis. "Kok kamu mau sih sama cewek kayak gitu? Pasti sering main sama banyak cowok. Udah deh, putusin aja."

Gara ingin membalas ucapan nabila, ingin membela Sera, tapi entah kenapa, kata-kata itu hanya tersangkut di tenggorokannya.

Sementara itu, Sera melangkah ke mejanya, langsung disambut oleh sahabat-sahabatnya.

"Cie… bos kita akhirnya balik lagi nih!" ledek Asa.

"Apaan sih," balas Sera malas.

"Pasti ada yang kepanasan lihat lo balik jadi Sera yang dulu," luna menimpali sambil menyeringai.

Sera mengangkat bahu. "Biarin aja. Bodo amat. Dia juga malah milih cewek itu."

Ia tahu, Gara pasti akan marah saat melihatnya seperti ini. Tapi, untuk pertama kalinya, ia benar-benar tidak peduli.

"Ya udah, sini," luna menarik Sera lebih dekat. "Gue udah punya rencana buat ngerjain si pick me itu."

Mereka saling pandang, lalu cekikikan mendengar rencana luna. Kali ini, bukan hanya Sera yang akan membalas tapi mereka semua.