NovelToon NovelToon
Membawa Benih Pria Beristri

Membawa Benih Pria Beristri

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Cinta Terlarang / POV Pelakor
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Lautan Biru

"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak berdaya

Bali

Laura terbangun di pagi hari dengan senyum yang mengembang, udara pagi yang menyejukkan membuatnya begitu betah berdiri di balkon kamarnya.

Sepanjang mata memandang kedepan, Laura bisa melihat luasnya laut terbentang, tinggal di hotel yang memiliki pemandangan yang indah cukup membuat Laura merasa jauh lebih baik. Hingga bel kamar berbunyi membuat Laura menuju pintu untuk melihat.

"Permisi Nona, room servis." Seorang wanita membungkuk sopan.

Laura hanya mengangguk mempersilahkan room servis wanita membersihkan kamarnya, hari ini Laura ingin pergi jalan-jalan dan mencari tempat untuk memulai usahanya, ia masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

*

*

Jimmy datang kerumah orang tuanya memenuhi undangan Nyonya Ricardo, yang tak lain ibunya sendiri. Pria itu duduk di antara ibu dan ayahnya yang sejak tadi menatapnya dengan selidik.

"Jimmy kau tidak menyembunyikan sesuatu bukan?" tanya Nyonya Ricardo, Helena.

Jimmy mengangkat wajahnya menatap wanita yang sudah melahirkannya.

"Menyembunyikan apa Bu?" Tanyanya yang tidak mengerti.

Helena menghela napas, sedangkan James Ricardo hanya diam menyimak.

"Bagaimana dengan Celine, apa dia sudah hamil?"

Gerakan tangan Jimmy yang akan menyuapkan nasi terhenti, Jimmy menelan salivanya dan menatap wajah ibunya yang sedang menatapnya.

"Belum Bu," Jawabnya santai.

Lagi-lagi Helena menghela napas dan menatap suaminya, "Jimmy keturunan di keluarga kita sangat penting, kamu anak satu-satunya yang mewarisi kekayaan Ricardo, dan keturunan mu  yang akan meneruskan semuanya." Helena menatap putranya dengan sendu, "Apakah Celine menolak untuk memilih anak? Dua tahun Jimmy, tidak sebentar." lirihnya lagi sambil menatap sang putra yang menunduk.

"Jimmy,"

Suara berat James Ricardo membuat Jimmy mendongak.

"Maaf ibu, bukannya Celine yang tidak mau, tapi-"

Suara Jimmy tercekat, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang membuat dirinya merasa malu dan juga tidak percaya diri.

"Tapi apa? Kau sakit!" Desak Helena yang penasaran.

"Dokter mendiagnosa jika aku mandul."

*

*

Jims comperation...

Jimmy berjalan menuju ruanganya, saat melewati meja sekerataris pria itu berhenti sejenak, kosong. Ada rasa aneh yang ia rasakan di sudut hatinya, Jimmy tidak tahu apa, hanya saja dirinya merasakan kekosongan saat tidak melihat Laura.

Kembali melangkah Jimmy memasuki ruanganya, hari ini pekerjaannya sangat padat, membuatnya bekerja sampai lupa waktu, hingga saat tengah bergulat dengan pekerjaan tiba-tiba perutnya merasa tidak nyaman yang membuatnya berlari kekamar mandi dan muntah.

Huekk...

Suara Jimmy membuat Emir yang baru masuk bingung dan juga khawatir, Emir langsung menyusul Jimmy di kamar mandi.

"Tuan Jimmy, anda tidak apa-apa?" Jimmy hampir saja terhuyung jika tidak ada Emir yang segara menolongnya.

"Emmph-"

Jimmy menutup mulutnya kembali dan mendorong Emir menjauh.

Huekkk....

Emir membelalakan matanya, tuanya seperti alergi dengan dirinya sampai seperti itu.

"Pergilah, bau parfum mu tidak enak." katanya dengan suara yang lemah.

Emir hanya bisa mencebik, hidungnya mengendus bau badannya yang harum dengan aroma parfum mewah.

"Bau parfum ini di sukai banyak wanita, enak saja di bilang tidak enak, selama bertahun-tahun dia tidak pernah berkomentar, tapi sekarang. Ck." Emir berdecak kesal.

Meninggalkan atasanya setelah dua kali diusir, Jimmy berjalan tertatih sambil memegangi pelipisnya yang berdenyut hebat, rasanya tidak enak semua yang dia lihat berputar-putar.

"Kenapa denganku," gumamnya dengan wajah yang pucat dan tubuh yang lemah .

*

*

Laura menjabat tangan seorang wanita yang sedang tersenyum bahagia, wanita itu mengucapkan terima kasih.

"Semoga usaha anda berjalan dengan baik Nona, kalau begitu saya permisi."

Laura mengangguk, setelah wanita itu pergi, Laura menatap kesekeliling, "Semoga berawal dengan baik, sayang bantu Ibu untuk memulainya dari awal." Laura mengusap perutnya.

Tempat untuk usaha sudah dapat, Laura butuh seseorang untuk membantunya, dan karena tidak memiliki siapapun yang dia kenal, Laura memasang poster tulisan jika dirinya sedang mencari pekerja wanita.

Sambil menunggu, Laura duduk disofa untuk merinci apa saja yang harus dia siapkan, hingga hampir sore Laura baru beranjak dari tempat barunya.

Saat keluar dan mengunci pintu, tiba-tiba seorang wanita menyapanya.

"Nona apakah lowongan kerjanya masih ada?" tanya seorang wanita yang menatap Laura dengan senyum.

Berbekal bahasa yang ia bisa, Laura menjabat dengan hati-hati, karena belum sepenuhnya Laura menguasai bahasa Indonesia yang fasih.

"Ya, kamu mau bekerja?" Tanyanya yang mana membuat wanita yang berdiri didepannya mengangguk.

"Saya mau nona," Katanya penuh semangat.

"Baiklah, Besok kamu kembali datang."

*

*

Waktu begitu cepat berlalu, Laura menepuk tangannya dengan senyuman yang mengambang, ia tatap sebuah toko bunga yang berhasil ia bangun. Lau flowers nama yang ia sematkan di atas untuk toko bunganya.

"Ibu, ayah. Kalian pasti senang melihat ini." Gumamnya dengan sudut mata yang basah.

Toko bunga adalah usaha kedua orangtuanya, keduanya menyukai tanaman bunga sejak mereka masih muda, hingga ibu dan ayahnya mendirikan toko bunga karena keduanya memiliki kesamaan yang sama. Laura begitu bahagia bisa meneruskan usaha yang di gemari kedua orangtuanya sebagai wujud kasih sayangnya meskipun tidak bisa tersampaikan.

"Permisi, saya mau cari bunga."

Pelanggan pertama untuk hari ini, Laura begitu bersemangat meskipun dalam keadaan hamil. Wanita itu mejalani hari-harinya seperti biasa tanpa adanya sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, berbeda dengan seorang pria yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit karena keadaanya yang lemah.

*

*

"Sayang, bukanya ini aneh." Helena berbisik pada suaminya saat duduk di sofa. Sambil menatap kearah rajang di mana putranya berbaring dan Celine duduk berusaha membujuk suaminya untuk memakan sesuatu.

"Hm, apa yang kau pikirkan." James mengusap bahu istrinya, pria itu juga menatap obyek yang sama.

"Dulu saat aku tahu sedang hamil Jimmy, aku yang berbaring di sana, tidak bisa makan apapun yang ada hanya rasa mual dan muntah."

Huekkk

Celine buru-buru megambil tempat untuk menampung muntahan Jimmy, meskipun wanita itu merasa jijik, tapi di belakangnya ada kedua mertuanya yang sedang menatapnya.

"Hm, jadi kesimpulannya?" Kata James lagi.

Helena menoleh menatap wajah suaminya dengan tatapan memicing, tatapan itu berhasil membuat James terseyum.

"Kau tahu sesuatu? Kau membiarkan putramu-"

"Dia pria yang bodoh, biarkan saja dia menyesalinya nanti, sekarang kita lihat sampai mana dia bertahan dan mencari kebenaranya." James mengehela napas.

Cinta terkadang tidak pakai logika, tapi akal terkadang masih menggunakan logika.

"Honey, kenapa kamu seperti ini," ucap Celine lirih. Bahkan Jimmy yang sedang sakit merasa enggan ia dekati, hingga membuat pria itu mual dan muntah.

"Maaf Celine, tapi melihat mu rasanya aku benar-benar ingin muntah, Emphh."

Jimmy kembali menutup mulutnya membuat wajah Celine benar-benar masam dan merasa terhina.

Ya, Jimmy tidak suka melihat wajah istrinya sendiri yang justru akan memicu mual yang membuatnya lemas. Tidak tahu kenapa tapi begitulah yang Jimmy rasakan.

"Baiklah aku akan pergi, cepat sembuh. Hari ini aku akan kembali ke Paris selama beberapa minggu. Cepat sembuh i love you honey."

Jimny hanya mengangguk tanpa suara, matanya terpejam tanpa mau menatap wajah Celine.

"Kamu membuat ku muak Jimmy."

1
Widaandriani27@gmail.com Gmail.com
Luar biasa
Erlinda
bertele tele cerita nya sibuk dgn nafsu aja
Erlinda
ternyata di otak Jimmy hanya nafsu aja dan jujur Thor aq kurang suka dgn karakter Laura yg terkesan murahan ga punya harga diri
Erlinda
kenapa si Laura nya disini dibikin bodoh ya Thor .padahal dia seorang sekretaris hebat .
Erlinda
ternyata disini Celine nya jauh lebih pintar dari sang CEO ..
Adila Ahmad
bgus
Gintania nia
bagus
Lyssa Ly Alex
Luar biasa
Siti Aminah
dr awal baca banyak tipo ny thor...padahal ceritany bagus dn seru
ALNAZTRA ILMU
hahahaha..suami sendiri yg gatal donk
ALNAZTRA ILMU
perbuatannya salah..tapi mSih boleh berfikir untuk tidak jadi pelakor .
Siti Aminah
ooohhh....ternyata yg mandul cellin toh...
Siti Aminah
Jimmi kena ripu daya ny cellin...
Siti Aminah
tuh kaan...Laura bisa hamil...
Siti Aminah
sepertinya seru thor
Siti Aminah
gk munhkin Jimmi mandul. pasti istrinya yg merekayasa
Siti Aminah
walaupun kau salah Laura...tp aku salut dgn pemikiran mu
Siti Aminah
baru nyimsk thor
Muna Junaidi
Judulnya apa
💗 AR Althafunisa 💗
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!