Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.
Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.
Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Keesokan harinya.
Cici diseret paksa oleh dua orang pria bertubuh kekar menuju bandara. Tubuhnya yang mungil berusaha melawan, namun tenaga mereka jauh lebih kuat darinya.
“Kalian ingin membawa aku ke mana? Apakah Wilson yang mengirim kalian?” teriak Cici sambil meronta-ronta, napasnya memburu karena kepanikan.
Namun kedua pria itu yang merupakan utusan Kim Anderson hanya menatap lurus ke depan, tanpa memberikan sepatah kata pun. Diam-diam, mereka berhenti di area parkir bandara, lalu melepaskan genggaman mereka dari lengan Cici dan segera berlalu tanpa menjelaskan apa pun.
“Hei! Apakah kalian sudah gila? Membawaku ke sini dan meninggalkanku begitu saja!” Cici berteriak, suaranya menggema di antara suara langkah kaki dan pengumuman keberangkatan. Beberapa orang sempat meliriknya heran, tapi segera berlalu tanpa peduli.
Cici berdiri terpaku, wajahnya pucat pasi. Rambutnya berantakan, bajunya kusut, dan matanya liar menatap ke segala arah, mencoba memahami situasi yang sedang dihadapinya. Ketakutan dan kebingungan beradu di dalam dadanya.
Tak lama kemudian, matanya menangkap sosok yang familiar—seorang pria tinggi dengan koper hitam yang sedang melangkah cepat. Jantung Cici berdetak lebih kencang. Ia mengenali pria itu.
“Mike?” gumamnya pelan, seperti tak percaya. Tanpa pikir panjang, ia segera berlari mengejar pria itu. “Mike! Mike!” serunya, suaranya mulai tercekat karena emosi yang menumpuk. Ia berhasil mengejar dan menarik lengan pria itu dengan gemetar.
Mike menghentikan langkahnya. Ia menoleh perlahan ke arah Cici. Ekspresi wajahnya datar, seolah pertemuan itu tak berarti apa-apa baginya.
“Untuk apa kau di sini?” tanyanya dingin, suaranya datar seperti es yang mengiris hati.
Cici menelan ludah. Suasana hati yang sudah kacau kini dihantam oleh tatapan dingin pria yang pernah ia percaya.
“Kenapa kau menghilang begitu saja? Apakah kau sudah melupakan aku?” tanyanya lirih, suaranya terdengar serak karena menahan tangis yang sudah mengganjal di tenggorokan.
Mike menatapnya tanpa emosi, matanya dingin seperti tak mengenali wanita di hadapannya.
“Cici Valencia,” katanya dengan nada tajam, “kau bukan siapa-siapa bagiku. Untuk apa aku harus mengingatmu?”
Ucapannya bagai pisau yang menyayat hati. Cici mundur selangkah, terpukul oleh sikap Mike yang begitu asing dan kejam.
“Apa?” desisnya tak percaya. “Kenapa kau bisa bicara seperti itu? Apa kau sudah lupa janjimu padaku?” Suaranya meninggi, dadanya naik-turun karena emosi yang membuncah. “Aku… aku sekarang sudah hamil anakmu! Apa kau telah cerai dengan istrimu?” tanyanya dengan harapan tipis yang tersisa.
Mike tertawa kecil, sebuah senyum sinis tersungging di bibirnya. Ia menyandarkan satu tangan di koper yang ia tarik, lalu menatap Cici seolah wanita itu hanyalah gangguan kecil dalam hidupnya.
“Cerai?” Ia mengangkat alis, masih dengan nada mengejek. “Aku bahkan belum menikah. Mana mungkin cerai?” ujarnya enteng. “Cici, kau hanyalah wanita untuk memuaskanku. Kita melakukannya karena sama-sama suka. Jadi jangan memintaku bertanggung jawab.”
Ucapan itu menghantam Cici lebih keras dari apa pun. Kepalanya menggeleng pelan, matanya mulai basah. “A-apa maksudmu?” bisiknya dengan suara bergetar. “Kita melakukannya berkali-kali… dan kau berjanji akan menikahiku…”
Air matanya mulai mengalir, membasahi pipinya yang pucat. “Aku… aku telah hamil anakmu… dan kemudian aku diusir. Apa kau ingin menghindar dari tanggung jawab begitu saja?”
“Aku tidak akan bertanggung jawab,” kata Mike dengan nada dingin dan acuh. Ia menatap Cici dari ujung kepala hingga kaki, lalu menyeringai. “Kita melakukannya secara suka rela. Kau juga sama, bahkan ketagihan.”
Kata-katanya menusuk seperti belati. Cici menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha menahan gejolak emosi yang meledak-ledak di dadanya. Matanya mulai memerah, tubuhnya bergetar hebat.
“Mike, kenapa kau tiba-tiba saja berubah seperti ini?” teriak Cici, nadanya gemetar. “Aku sudah hamil dan kehilangan semuanya! Aku menjadi seperti ini karena kamu juga! Kau merusak hidupku!”
Namun, Mike hanya mendengus pelan, lalu melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap Cici seolah wanita itu tak lebih dari masalah kecil yang ingin segera ia enyahkan.
“Apakah kau mengira aku mencintaimu?” katanya dengan nada penuh penghinaan. “Aku hanya main-main denganmu. Dari awal aku tahu kau itu menyebalkan, angkuh, dan selalu merasa paling cantik.” Ia melangkah lebih dekat, membisikkan kata-kata berikutnya penuh kebencian. “Padahal kau hanya wanita biasa, tidak ada yang istimewa. Bahkan wanita hiburan pun jauh lebih cantik dari kamu.”
Cici terperangah. Air matanya tumpah semakin deras. Dengan emosi meluap, ia mengangkat tangannya, hendak menampar wajah Mike. Tapi sebelum tangannya menyentuh pipi pria itu, Mike menangkapnya dengan cepat dan mencengkeram pergelangan tangannya kuat.
terimakasih untuk kejujuran muu 😍😍😍 ..
sally mending mundur saja.. percuma kan memaksakan kehendak...
kim gak mau jadi jangan di paksa
ka Lin bikin penasaran aja ihhh 😒😒😒
penasaran satu hall apakah Flower akan pergi dari Kim atau bertahan sama kim 🤨