Pembalasan Anak Yang Tidak Di Anggap

 Hari demi hari berlalu,kedatangan oma jessi dan opa juan membuat lili sangat bahagia dan ibu tirinya tidak menyiksanya dan memberikannya pekerjaan. Lili juga masih di dalam mansion,meninggalkan paviliun sementara. Selama oma jessi dan opa juan ada,zavier dan clara serta cindy berbuat baik kepada lili.

  Lili yang sudah terbiasa situasi seperti,membuatnya muak dengan kebohongan daddynya dan ibu tirinya.Tetapi dia harus berusaha senatural mungkin,agar oma dan opanya tidak curiga.

  Hari ini opa dan oma jessi kembali ke luar negri dan harus meninggalkan lili,sebenarnya oma jessi masih merindukan cucunya.Tetapi dia tak tega dengan sang suami yang kesepian jika tak ada dirinya.

  "Kamu yang rajin yah belajarnya."ucap oma jessi kepada lili.

  Lili mengangguk dan tersenyum,kemudian berkata."Iya oma,oma dan opa jaga kesehatan yah."ucapnya lalu memeluk oma jessi dan di balas pelukannya.

  "Mah gantian dong,papa juga ingin memeluk cucu papa."ucap opa juan merajuk kepada sang istri.

  Dengan berat hati oma jessi melapaskan pelukannya,lalu menatap datar sang suami. Sang suami tidak memperdulikan tatapan istrinya,dia langsung memeluk sang cucu kesayangannya.

  "Kalau ada apa-apa lapor opa yah."ucap opa juan dengan pelan.

  Lili mengerutkan keningnya tidak paham maksud ucapan opanya,tetapi dia hanya mengangguk.

  "Mama dan papa hati-hati di jalan,kalau sudah sampai kabari vier."sahut zavier.

  Mereka berdua mengangguk,lalu opa juan berkata."Jaga lili baik-baik,kalau sampai dia kenapa-napa kamu tahu sendirikan apa yang papa lakukan."ucap opa juan menepuk bahu zavier.

  Zavier menelan ludah sebelum melanjutkan dengan suara pelan,"Iya pah."ucapnya.

  "Mama dan papa hati-hati,semoga kalian sampai dengan selamat."sahut clara.

  "Iya."ucap kompak mereka berdua,menatap datar clara.

  Sementara cindy hanya diam saja,selama ini dia selalu di acuhkan oleh mereka berdua membuat cindy mengacuhkannya balik.

 Oma jessi dan opa juan menaiki mobil,dengan supir pribadi yang telah menunggu mereka. Klakson berbunyi,pertanda perpisahan.

 Setelah mobil telah meninggalkan mansion,tiba-tiba Brugh..lili tersungkar ke lantai akibat tendangan dari clara.Sudah saatnya lili mendapat penderitaan darinya,setelah dia merasakan kesenangan.

  Sementara zavier melihat kelakuan istrinya hanya acuh,dia membiarkan apa yang ingin istrinya lakukan kemudian meminta izin untuk pergi kerja,clara hanya mengangguk menganggapinya.

  "Puas kamu hah!"bentak clara.

  Lili hanya terdiam berusaha bangkit,lalu menatap tajam ibu tirinya.

  Cindy juga ikut turun tangan,menendang bahu lili sekuat tenaga hingga lili kembali tersungkar. Tak berhenti sampai di situ,cindy memberikan tamparan untuk lili.

 Plak..plak..plak

"Ini hukuman untuk kamu yang tidak tahu diri bangsat."ucap cindy,sudah beberapa hari ini dia pendam untuk memberikan hukuman lili. Melihat opa dan omanya yang sangat memenajakan lili,tanpa melirik cindy sama sekali membuat cindy semakin benci dengan lili.

  Lili hanya terdiam tanpa melawan sama sekali,dia hanya mengepalkan tangannya bertekad untuk membalas perbuatan mereka suata saat.

  "Sini kamu"ucap clara menarik paksa lili bersama dengan cindy.

 Lili hanya terdiam di tarik oleh mereka berdua,dia sudah biasa mengalami hal seperti ini jika opa dan omanya telah kembali. Hingga lili di hempaskan ke tanah becek yang sehabis hujan lebat.

  "Cindy ambil cambuk mama.''perintah clara.

  Cindy mengangguk lalu mengambikan cambuk yang biasa dia gunakan untuk menghukum lili.

  Ctass..ctass..ctass..ctasss..

  Tanpa balas kasihan clara mengcambuk lili tanpa ampun,semantara para pelayan menangis tersedu-sedu melihat lili di hukum oleh clara. Mereka hanya berdoa semoga hukumannya cepat selesai,takut lili kenapa-napa.

  "Brengsek kamu lili,kamu merebut kasih sayang oma dan opa dari aku!"teriak cindy lalu menampar lili secara bertubi-tubi.

  Plak..plak..plak..plak..

 Tamparan keras mendarat di muka mulus lili,lili tak bergeming sama sekali hanya kepalanya yang tertoleh sedikit.tidak ada raut air mata atau raut sakit yang hanya ada raut datar saja seperti sudah terbiasa dia dapatkan.

  "Dasar gadis sial."murka clara,lalu mendorong dan membanting lili ke tanah yang becek serta batu-batuan tajam,kemudian di benturkan kepalanya ke batu yang lumayan besar sampai kening lili berdarah.

  Tidak ada rintihan,ringisan dan tangisan yang lili keluarkan seperti sebelumnya dia meminta selalu ampun.Tetapi kali ini dia hanya diam tidak membuka mulut sedikit pun seolah yang dia alami tidak sakit sama sekali dan kejadian itu di saksikan oleh zavier dari jarak jauh.

  Zavier merasa heran dengan lili,biasanya dia akan meminta belas kasihan dan memohon ampun.Tetapi kali ini dia hanya menampilkan raut wajah yang datar saja.

  Setelah puas memberikan hukuman kepada lili dan lili sudah tak sadarkan diri,membuat clara dan cindy merasa puas lalu meninggalkan lili.

  Sinta berlari mendekati lili ketika clara dan cindy telah pergi,dalam hatinya terus berdoa agar lili tidak kenapa-napa.

  Sesampai di depan lili,sinta langsung menggendong tubuh lili yang tak sadarkan diri dengan benturan di atas kepalanya yang mengeluarkan darah segar.

  "Aku bersumpah,aku akan menghabisi kalian."ucap sumpah sinta kepada clara dan cindy,dia berharap datang keajaiban yang bisa merubah penderitaan lili.

  Dengan sekuat tenaga,sinta menggendong lili sampai ke paviliun.Sinta tak merasa berata menggendong lili,menatap wajah lili yang tak sadarkan diri membuat sinta tak kuat menahan tangisnya.

  "Kamu anak yang kuat sayang."ucap sinta.

 Hingga beberapa saat sinta telah sampai ke paviliun,langsung saja dia merebahkan lili ke dalam kasurnya.

  "Ini ramuannya."ucap rika memasuki kamar lili dengan segelas ramuan yang berwarna hijau,ramuan itulah yang membuat daya tahan tubuh lili kuat menghadapi kekejaman ibu tiri serta adik tirinya.

  Sinta menerima lalu menetaskan sedikit demi sedikit ke mulut lili.

  "Makasih rik."ucap sinta.

  Rika mengangguk,lalu berkata."Mbak gak usah minta maaf,aku sudah anggap lili juga anak aku."ucapnya.

  Sinta sangat berterimah kasih dengan rika,dengan ramuan nenek buyutnya rika.Lili bisa di obati.Kemudian mereka berdua mengobati luka di kening lili,serta punggung lili bekas cambukkan clara.

 Uhuk..uhuk..uhuk..uhuk,lili tersadar dari pingsannya hingga dia terbatuk.

  Dengan sigap sinta memberikan air putih kepada lili,lili langsung saja meneguknya hingga tindas.

  "Syukurlah nak,kamu sudah bangun."ucap sinta bersyukur,terlihat dari raut wajahnya terpancar kekhawatiran.

  Lili terseyum tipis,lalu berkata."Inikan berkat ramuan kak rika."ucapnya sembari menatap rika yang matanya mengeluarkan air mata,lili telah menganggap rika kakaknya,sehingga dia memanggil rika dengan sebutan kakak dan lili sudah menebak,rika memberikannya ramuan saat dia pingsan setalah dapat kekejaman dari ibu tirinya.

  Rika hanya tersenyum dan mengangguk,tak kuat mengeluarkan sepatah kata.air matanya terus mengalir,yang tak bisa dia tahan.

 "Kak rika kok nangis sih,aku gak apa-apa kak."ucap lili tersenyum.

  "Apanya gak apa-apa nak,badan kamu memar semua."sahut sinta.

  "Lili kuat bu,kalian gak usaha khawatir yah."ucap lili berusaha kuat di depan mereka,sebenarnya rasa sakit di sekujur tubuhnya sangatlah sakit dia hanya berpura-pura saja agar sinta dan rika tidak semakin cemas dengannya."Sekarang lili lapar,apa ada makanan."ucap lili mengalihkan pembicaraan tak lupa lili cemberut memperlihatkan wajah lucunya membuat sinta dan rika terkekeh.Lili selalu saja ada tingkah,membuat mereka tersenyum.

  "Ada kok nak,tunggu yah ibu ambilkan dulu."ucap sinta beranjak dari duduknya,melangkahkan kakinya ke dapur.

  Sesampai di dapur tangis sinta langsung pecah.Tubuhnya rapuh,air matanya yang dia tahan sejak tadi nyatanya harus meluap.Waktu seakan berhenti berjalan,bumi seakan memaksa untuk berhenti berputar,terus memukul dadanya yang sesak,napas yang sesegukan,tak bisa terkendalikan.Di depan lili dia harus berusaha kuat seperti lili yang kuat menghadapi ibu tirinya yang sangat kejam.

  "Ya tuhan,berikan lili kebahagian. Dia masih kecil,sudah mendapatkan cobaan sekejam ini."harap sinta.