Ini kisah Riana , gadis muda yang memiliki kekasih bernama Nathan . Dan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama , dan ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan .
Namun kejadian tak terduga pun terjadi , Riana memelihat Nathan sedang bermesraan dengan teman masa kecilnya sendiri. Riana yang marah pun memutuskan untuk pergi ke salah satu klub yang ada di kotanya .Naasnya ada salah satu pengunjung yang tertarik hanya dengan melihat Riana dan memberikannya obat perangsang dalam minumannya .
Dan Riana yang tidak tahu apa-apa pun meminum minuman itu dan membuatnya hilang kendali atas tubuhnya. Dan saat laki - laki tadi yang memasukan obat akan beraksi , tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menolongnya. Namun sayangnya obat yang di kasi memiliki dosis yang tinggi sehingga harus membuat Riana dan laki - laki yang menolongnya itu terkena imbasnya .
Dan saat sudah sadar , betapa terkejutnya Riana saat tahu kalau laki-laki yang menidurinya adalah calon ayah mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiah Karpiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran Sang Sultan: Takdir yang Tak Terduga
Beberapa hari pun berlalu, dan tidak terasa kalau hari ini hari dimana Bagaskara akan melamarnya secara langsung seperti permintaan pak Rudi.
Kini Rania telah siap menggunakan kebaya berwarna peach , dan wajahnya telah di make-up untuk memaksimalkan penampilannya. Setelah mereka membeli seserahan lima hari yang lalu, Kenan semakin lengket dengan Bagaskara dan selalu menanyakan pria yang sebentar lagi akan menjadi Omnya itu.
" Cantik banget Lo , Ran ! Pantas aja pak Bagaskara mau menikah sama Lo!" Ucap Siska yang berpura-pura tidak tahu alasan lamaran ini, ia tidak ingin sahabatnya itu sedih dihari yang seharusnya bahagia ini.
" Iya dong , lihat siapa yang make-upin dong. Mbak Yuni gitu loh!" Ucap Mbak Yuni yang tiba-tiba bicara sebelum Rania berbicara. Dan mereka bertiga pun tertawa begitu sadar apa yang mereka bicarakan saat ini.
Tak lama tawa mereka pun terhenti begitu mendengar suara banyak mobil berhenti di pekarangan rumahnya , Siska pun bangkit dari duduknya dan mengintip dari jendela , betapa terkejutnya ia begitu melihat lima mobil mewah berhenti di depan rumah sahabatnya ini.
"Lima mobil, Ran! Gila, serasa ada pejabat yang datang!" bisik Siska dengan mata melebar.
Mbak Yuni yang ikut mengintip langsung bersiul pelan. "Wah, calon suami kamu benar-benar serius nih! Ini bukan lamaran biasa, tapi lamaran sultan!" Ucapnya yang juga kagum.
Rania menelan ludah. Jantungnya berdebar semakin kencang. Ia tahu Bagaskara bukan orang biasa, tapi melihat pemandangan ini tetap saja membuatnya grogi.
Dari dalam rumah, terdengar suara ibu dan bapaknya menyambut rombongan tamu di luar. Rania mencoba mengintip dari celah jendela dan melihat Bagaskara turun dari mobil Bentley hitamnya. Ia mengenakan setelan batik eksklusif berwarna cokelat keemasan yang membuat auranya semakin berwibawa.
Di belakangnya, Nathan, yang kini lebih rapi dan terlihat dewasa, turun dari mobil lain. Mata pria itu langsung tertuju ke arah rumah, ekspresinya sulit ditebak. Rania menelan ludah. Ini pertama kalinya mereka bertemu setelah sekian lama, dan keadaan mereka sekarang jauh berbeda.
Selain Nathan, ada juga beberapa pria berjas yang membawa kotak seserahan. Dan yang membuat Rania lebih terkejut, di antara rombongan itu ada seorang pria yang terlihat lebih tua dengan aura yang tak kalah berwibawa dari Bagaskara.
"Itu siapa?" bisik Rania pada Mbak Yuni, meskipun ia tahu kakak iparnya itu sudah pasti tidak tahu juga.
Mbak Yuni mengamati pria itu sebentar sebelum menebak, "Mungkin keluarganya? Bos besar mungkin?" Ucapnya yang asal menebak.
Siska menepuk bahu Rania. "Tenang, tarik napas dulu! Jangan pingsan di hari lamaran sendiri!" Ucapnya pada sahabatnya yang terlihat sekali kalau saat ini ia gugup.
Rania mengambil napas dalam-dalam. Ia harus tetap tenang. Ia tidak ingin mengacau dihari pentingnya ini.
Tak lama kemudian, terdengar suara dari luar.
"Rania, keluar, Nak! Tamu sudah datang!" panggil Bu Ani dengan lembut , Mbak Yuni dan Siska langsung membantu merapikan kebaya Rania.
"Ayo, waktunya bersinar, calon nyonya Bagaskara!" ucap Mbak Yuni dengan senyum semangat, dan Rania yang mendengar itu pun merasa kalau pipinya memerah.
Dengan hati berdebar, Rania melangkah keluar kamar. Hari ini, hidupnya akan berubah selamanya.
Begitu Rania melangkah keluar dari kamar, suasana di ruang tamu sudah penuh dengan tamu dari pihak Bagaskara. Ibunya berdiri di samping bapaknya, tersenyum menyambut kedatangan keluarga calon menantu mereka.
Selama beberapa hari ini orang tuanya belajar menerima kalau anaknya akan menikah dengan orang yang lebih tua usianya.
Begitu melihat Rania, mata Bagaskara langsung tertuju padanya. Seketika ruangan terasa lebih hangat bagi Rania. Tatapan Bagaskara tenang namun dalam, seperti ingin meyakinkan bahwa ia di sini bukan sekadar untuk memenuhi permintaan Pak Rudi, tapi karena ia benar-benar memilihnya.
Pak Rudi, yang duduk di kursi utama, melirik ke arah Bagaskara lalu ke Rania dengan senyum kecil di wajahnya. "Akhirnya, yang ditunggu-tunggu sudah datang," katanya dengan nada penuh arti.
Rania menunduk sopan sebelum duduk di samping ibunya. Bagaskara tetap berdiri, lalu dengan suara mantap, ia membuka pembicaraan.
"Pak Rudi dan Bu Ani, saya datang hari ini untuk melamar Rania secara resmi. Saya ingin meminta izin dan restu untuk menjadikannya istri saya." Ucap Bagaskara dengan tegas, sambil menatap kedua calon mertuanya itu.
Ruangan hening sejenak. Bahkan Siska dan Mbak Yuni yang biasanya suka berbisik-bisik kini hanya bisa menahan napas. Rendra duduk dalam diam bersama dengan Kenan di pangkuannya, kini tidak ada alasan dia menentang pernikahan adiknya itu.
Pak Rudi menatap putrinya sejenak, lalu beralih ke Bagaskara. "Ini keputusan besar, Nak Bagaskara. Kami ingin tahu, seberapa serius kamu dengan anak kami?" Ucapnya sambil menatap Bagaskara.
Bagaskara yang mendengar itu pun menarik napas dalam. "Saya tidak akan berdiri di sini jika saya tidak serius, Pak. Saya tahu situasi kami tidak biasa, tapi saya akan bertanggung jawab penuh atas Rania dan anak kami. Saya ingin membangun keluarga dengannya." Ucapnya dengan lancar, tidak ada niatan sedikitpun dari Bagaskara untuk menutupi kehamilan Rania.
Mendengar itu, dada Rania terasa hangat sekaligus nyeri. Ia tahu pernikahan ini awalnya bukan atas dasar cinta, tapi mendengar keseriusan Bagaskara, ia merasa sedikit lega.
Pak Rudi mengangguk puas. "Bagus. Kalau begitu, kita bisa lanjut ke pembicaraan keluarga, ya?" Ucapnya lagi.
Setelah itu, acara lamaran pun berjalan lancar. Seserahan satu per satu diserahkan, mulai dari kain, emas, hingga perhiasan yang membuat ibu Rania terkejut.
Sementara itu, Nathan yang sejak tadi diam akhirnya bersuara saat Bagaskara kembali duduk. "Jadi ini akhirnya?" tanyanya pelan, hanya cukup didengar Bagaskara.
Bagaskara menoleh sekilas, lalu menjawab dengan tenang, "Ya. Ini akhirnya."
Nathan tersenyum kecil, tapi sorot matanya sulit ditebak. "Semoga bahagia, Pa." Ucapnya dengan lirih, saat ini ia masih berusaha untuk mengikhlaskan ayah angkatnya menikah dengan mantan kekasihnya karena kesalahannya sendiri.
Lamaran resmi telah diterima, dan Rania menyadari, mulai hari ini, ia benar-benar akan menjadi bagian dari hidup Bagaskara.
.
.
Bersambung...
Dimohon untuk tidak menjadi silent reader ya , aku menunggu keritik dan saran dari kalian 🤭🤗😍