Dibalik Pernikahan Hi Ma

Mengakhiri panggilan lalu Nayla duduk dikursi yang pemandangan nya berhadapan dengan ruangan Axell. Tak butuh waktu lama Delin sudah tiba di sana bersama teman lelakinya yang perawakan tubuh nya mirip sekali dengan Axell. 

Tetapi tak sengaja ditengah jalan, Delin bertabrakan dengan seseorang dan ternyata itu Vincent. Dia gelagapan dan langsung menundukan pandangan nya sedangkan Vincent melihat Delin seperti tidak asing. 

“So-sory,” Seloroh nya tanpa melihat wajah Vincent. 

“Eh, iya gak papa. Kamu sekretaris nya kak Axel ya?”

“A-iya, kesini ada urusan dengan Tuan Axell.”

“Ohh, oke kalau gitu. Saya permisi dulu.”

Setelah Vincent pergi baru ia menghela nafas lega hampir saja jantung nya copot kalau sampai Vincent mengenali nya makan entah akan jadi apa dirinya. 

Delin dan seseorang yang bernama Mikael itu berjalan menuju tempat dimana Nayla menunggu. Tak butuh waktu lama keduanya bertemu dengan Nayla. 

“Sory nunggu lama, nih aku bawa bahan buat kamu. Dia aktor jadi profesional dalam bekerja ya kan.”

“Iya betul scene apa saja saya bisa, dan tentunya akan memuaskan anda hasilnya.”

Nayla tersenyum miring, “Gagasan ide apa yang akan kamu sarankan untuk ku sampai membawa aktor segala dan dari belakang mirip sekali dengan Axell.”

“Tentunya untuk beradu akting dengan mu, kamu tadi bilang ruangan  Axell tidak dikunci. Kalian masuklah dan membuat adegan seperti berpelukan dan yang satu itu mengenai bibir . Aku akan memotret nya dari sini , bagaimana apa kamu setuju? Atau kamu punya cara lain  untuk meraih hati Tuan Axell.”

Nayla terdiam sejenak, senakal dan sejahat nya dia, tak pernah mencicipi hal diluar norma seperti harus kissing dengan lawan jenis tanpa ada hubungan halal. 

“Ta-tapi…”katanya mulai meragu. 

Delin menaikan satu alis nya mencoba meyakinkan Nayla agar mau dan entah ada bisikan dari mana hati Nayla tergerak dan mengiyakan saran Delin. 

Delin yang melihat itu tersenyum penuh arti, sedikit lagi ia punya bom untuk menghancurkan popularitas Gus Mahen atau lebih tepat nya Tuan Axell CEO The Beauty Family Corp. 

Mikael hanya mengiyakan saja baginya ini bukan hal baru atau hal pertama. Dia sudah sering memerankan film yang isinya unboxing namun kali ini ia merasa berbeda, seperti nya ia akan menang banyak terlebih kata Nayla. Itu adalah first kiss nya. 

Ada senyuman smirk yang tersembunyi dibalik samar nya cahaya lampu di sekitarnya. 

Delin menatap keduanya yang masuk ke dalam ruangan dengan hati yang sangat puas. Akhirnya ia mendapatkan apa yang ia dapat. 

Dari kejauhan Mikael sudah memulai sambil membelakangi kaca yang dipasang berjajar sebagai pengganti tembok. Sehingga terlihat seperti Axell dan cahaya lampu yang sedikit temaram membuat orang lain tak bisa membedakan apakah itu Axell atau bukan. 

“Hmm sempurna,” Mengecek ke lingkungan sekitar terlihat aman, lalu ia mengisyaratkan Mikael dan Nayla lewat headset yang untuk segera memulai. 

Mikael terlihat sudah sangat profesional sedang kan Nayla terlihat sedikit kaku. Delin dari kejauhan tak pernah melunturkan senyuman kepuasan. 

Disisi lain Nayla sedikit kewalahan, jantung nya terpacu dengan cepat, dalam otak nya ia berpikir apakah yang ia lakukan benar atau malah akan menjerumuskan nya ke lubang yang salah. 

Mikael yang mendapati wajah gelisah dan khawatir Nayla ia sedikit berbisik, “Jangan khawatir, ini hanya lah sepenggal adegan yang tidak akan berlanjut ke hal lain, seperti kesepakatan aku hanya mencium, dan kamu harus memelukku dengan mesra.”

Kata Mikael dengan enteng dan senyuman smirk nya. 

“Kamu bisa ngomong begitu tapi masalah nya ini first kiss aku yang dijaga buat Gus Mahen kini sudah di dahului kamu.” batinnya sedikit menggerutu namun lama kelamaan ia berpikir yang penting sehabis ini ia mendapat kan apa yang dia mau walaupun tak ada lagi first kiss. 

Delin masih setia merekam video tersebut serta foto dan memang terlihat seperti Axell dari belakang dan satu lagi kemistrinya sangat dapat sekali sehingga ia sangat puas. 

..._________...

Sedangkan ditengah perjalanan pulang, tanpa sengaja Vincent berpapasan dengan Hira yang seperti nya terarah ke ruangan Axell. 

Diam-diam Vincent mengikutinya dari belakang tanpa sengaja ia menginjak sesuatu ketika tiba di tempat yang tadi saat berpapasan dengan Delin. 

Terlihat seperti kartu Identitas, dengan ragu ia meraih kartu tersebut dan melupakan jika ia ingin mengikuti Hira. 

Saat ia melihat kartu itu serta foto dan biodata yang tak asing di matanya. 

“Kartu ini, milik… enggak mungkin. Ini pasti ada yang salah!” Gumam nya  namun bayangan-bayangan sosok perempuan yang waktu itu menjebaknya kembali berputar di lingkaran kenangan dalam otak nya . 

“Fenila Shein!” Ia membulat kan kedua bola matanya sempurna, sambil ternganga berusaha mencerna siapa gadis di hadapan nya tadi. Bukan kah namanya Delin bukan Fenila lalu mengapa saat ia bertemu seakan dia takut untuk memandang nya. 

Vincent masih berdiri ditempat sambil membolak-balikan kartu Identitas yang sedikit usang itu sembari mencerna apa maksud dari semua ini. 

Tiba-tiba ia teringat jika Hira menuju ruangan Axell, ia segera menyusul dan mengantongi kartu Identitas tersebut. 

Baru saja beberapa langkah ia sudah mendapati Hira berlari sambil menangis , dalam benak nya bertanya-tanya ada apa? Kenapa dia berlari?. 

“Hira!” Panggil nya walaupun dengan ragu ia memanggil Hira. Namun Hira tak menghiraukan panggilan Vincent. 

Hira berlari begitu cepat dadanya seperti tersayat pisau belati, perih sakit kepercayaan yang mulai ia bangun roboh begitu saja hingga ia terhenti di dekat pintu masuk rumah. Ia terduduk sambil menangis, menenggelamkan wajahnya di balik katupan tangan. 

Vincent yang mengejarnya sampai terengah-engah dan saat tiba di depan Hira  baru saja ia meraup udara sebanyak-banyaknya dan ingin bertanya Hira sudah masuk terlebih dahulu. 

“Aduh capek, Lari-lari mulu. Kenapa sih Hira, bukannya Kak Axell masih disana ya.” gumamnya lalu menyusul masuk dan mendapati tatapan aneh dari Umma membuat nya semakin bingung. 

“Vin kamu apain kakak ipar mu sampai lari begitu, terus mana kamu juga ikutan lari hayo?”

“Vincent gak ngapa-ngapain cuma tadi ketemu Hira mau ke ruangan kak Axell ,tapi baru sebentar dia balik sambil nangis. Aku mau nanya dia kenapa, gak dijawab malah ditinggal pergi lagi.”

Umma sedikit mengerutkan kening soalnya tadi saat Hira masuk hanya mengucap salam dan langsung menuju kamar tanpa mengatakan sepatah kata pun. Padahal tadi saat berangkat wajahnya tampak sangat berseri. 

“Terus Axell nya mana vin?”

“Lah? Vincent gak tau Umma, tadi gak ada papasan sama kak Vin atau pun bareng sama Hira. Makanya aku penasaran, apa kak Axell yang membuat Hira menangis, Umma!”

“Umma kurang tahu, tadi sih Baik-baik aja.”