Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Kita mulai dari mana?" Lio mendorong tubuh Arneta pada dinding setelah menyeret wanita itu masuk ke dalam kamarnya. "Apa dari sini?" tanyanya sembari mengusap bibir merah Arneta dengan ibu jarinya.
Arneta sendiri hanya diam dengan menatap penuh amarah pada pria yang ada di hadapannya. Pria yang kini mengusap bibirnya lalu perlahan turun pada lehernya.
"Atau dari sini?" Lio membuka satu kancing kemeja yang dikenakan Arneta. "Kau menyukai yang mana, ******?" bisiknya dengan membuka kembali kancing berikutnya, hingga kedua matanya kini bisa melihat dengan jelas kulit mulus milik Arneta yang terlihat sangat kontras dengan warna pakaian yang dikenakan wanita itu.
"Cepat lakukan! Aku tidak ingin membuang waktu dengan meladeni permainanmu!" ucap Arneta masih menatap Lio dengan kemarahan.
"Baiklah jika itu mau." Dengan kasar Lio menarik Arneta lalu menghempaskan tubuh wanita itu ke atas ranjang. "Kita akan lihat apakah tubuh ****** ini bisa memberikan kepuasan untukku."
Tanpa banyak kata, Lio pun ******* bibir Arneta dengan kasar tanpa memberikan kesempatan bagi wanita itu menolak sentuhannya. Tidak hanya bibirnya yang bekerja, tapi tangannya dengan cekatan melepas pengait pada punggung wanita yang kini berada di bawah kungkungannya.
Puas mencium bibir merah itu, kini cumbuannya turun pada leher jenjang dan mulus wanita itu dengan meninggalkan jejak kemerahan dengan penuh amarah, saat membayangkan bukan hanya dia saja yang pernah melakukan hal itu pada Arneta. Tapi Bara, adik iparnya dan banyak pria lainnya pernah menyentuh kulit mulus Arneta.
Sungguh ia begitu marah saat menghadapi kenyataan, jika wanita yang melahirkan anaknya itu adalah wanita murahan yang sudah dimasuki oleh banyak pria.
"Bagaimana, kau menyukainya?" tanya Lio di sela kegiatannya menyesap benda kenyal nan indah itu sembari meremas salah satunya.
Ia menebak jika saat ini Arneta pasti tengah menahan desahannya, mengingat wanita itu seorang murahan yang selalu mendesah dibawah seorang pria. Namun tebakannya itu ternyata salah, karena saat ia menatap wajah Arneta. Wanita itu justru tengah menahan tangisannya dengan menggigit bibirnya hingga berdarah. Bahkan Lio bisa melihat dengan jelas raut wajah Arneta yang tampak terluka dengan linangan air mata.
"Ck, dasar wanita sialan! Kau tahu, air matamu itu sudah membuat mood ku hancur!" ucap Lio sembari beranjak dari atas tubuh Arneta.
Arneta yang masih menangis langsung mengusap air matanya dengan kasar. "Maaf, mari kita ulangi. Kali ini aku janji tidak akan menangis," ucapnya dengan bersungguh-sungguh karena tidak ingin membuat Lio marah, dan menghalangi dirinya untuk bertemu dengan Ivy.
"Aku sudah tidak berminat! Lio pun berjalan menuju pintu setelah merapihkan pakaiannya yang belum sempat ia buka. "Masih banyak waktu untuk menikmati tubuh kotormu itu! Sekarang temui Ivy, dia ada di sebelah kamar ini," ucapnya dengan membuka pintu kamar lalu menutupnya dengan kasar.
Arneta yang semula merasa bingung, langsung bergegas memakai pakaiannya kembali setelah menyadari jika putri kecilnya ada di kamar sebelah.
Dan benar saja apa yang dikatakan Lio. Putri kecilnya itu memang berada di kamar sebelah, tengah tertidur di atas ranjang dengan ditemani Sasha.
"Kak Neta ..." lirih Sasha dengan terkejut saat melihat ibu kandung Ivy masuk ke dalam kamar.
"Ivy, putriku...." Arneta menangis tak percaya karena bisa melihat kembali putri kecilnya. "Sayang..." lirihnya dengan berjalan mendekat pada ranjang yang di tiduri Ivy, tanpa mempedulikan sapaan Sasha. Karena fokusnya kini hanya pada putri semata wayangnya yang sudah beberapa hari ini tak berjumpa.