Suatu hari, aku memutuskan untuk melakukan healing sendirian menuju kepedesan nenek ku. Diperjalanan Bus kami mengalami kecelakaan dan yah tiba-tiba saja aku terbangun di hutan belantara...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jamag, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resepsionis.
Malam datang, Iris seperti nya sudah tertidur selepas mandi dan makan. Aku sedang mengerjakan sesuatu dikamar.
"Setelah kupikir pikir, aku harus memesan nya di Shopee.. "
Aku membuka bagian Fiture belanja dan menggunakan Tab pencarian barang. Setelah menemukan pemesanan cetakan papan gantung.
"Ini dia, aku akan pesan papan gantungan kayu ini? Dia buat banyak sekali ya? Ada berbagai jenis tema yang digunakan pada papan gantung nama ini? "
Kemudian, aku memencet Fiture chat.
"Aku hubungi penjual nya, untuk pemesanan nya... "
{ Chat, ke Penjual }
"Halo, saya mau pesan papan gantung nama nya dong bang? " Aku.
"Iya, silahkan Tulis nama anda? "
Aku membalas pesannya.
"Bukan Nama bisa ga bang, sebuah angka dari bahasa yang aku ciptakan sendiri... "
"Bisa kok kak, untuk gantungan dikamar yah? Mau jadiin hiasan gitukan? "
"Iya... " Membalas pesan, Aku.
"Akan siap, besok kak ... Ditunggu ya... Silahkan dikirim poto huruf nya... "
"Oke! " Ujarku membalas pesan.
[Upload poto.]
Aku mengirim gambar angka dikertas yang kutulis dengan Fiture kamera yang ada di Fiture chat Shopee.
Kemudian, aku menelusuri pencarian lagi dan memesan kembali. Kali ini baleho yang akan bertuliskan kalimat yang menggunakan huruf dunia ini.
Yah isinya, mengenai nama Toko dan kata-kata meyakinkan pelanggan seperti promosi iklan begitu. Dan meletakan harga termurah sampai tertinggi juga 2 kategori berbeda yang dipisahkan oleh tata letak dan warna yang mewakili 2 perbedaan yang mahal putih dan hitam murah hingga sedang.
Setelah usia memesan, aku menguap.
"Wu-ahhh! " Ujarku mengangkat tangan dan menguap.
Aku memperhatikan sekantong ukuran sedang di meja kamar ku.
"Hmmm, aku sudah punya 20 keping emas... Anak pedagang kaya, baru saja membuat ku memenuhi kuota... Aku bisa meninggal kan, kota ini sekarang... Aku sudah memesan Kios untuk dagang ku nanti saat jadi penjelajah... "
*Teng!
Aku menjelentikkan nya dengan Ibu jari, sekeping koin emas yang kemudian melambung keatas dan ku tangkap dengan senyuman.
"Ini langkah awal, mengelilingi dunia... " Ujarku tersenyum bersemangat.
Kemudian, aku bangkit dan menuju kasur.
Menghempas tubuh di samping Iris yang sudah tidur.
*Bush!
"Aku membeli kasur empuk dan menyimpan kasur penginapan yang keras itu di tas penyimpanan. Siapa yang mau tidur dengan kasur tipis itu dan juga kamu seperti kasur penjara saja... " Ucapku mengantuk.
Kasur per adalah yang terbaik! " Ujarku dihati dan tertidur kemudian.
---
Pagi datang.
Gedoran pintu dikamar terdengar kuat. Itu membuat Iris terbangun dan berjalan dengan wajah mengantuk. Dia berusaha membangunkan ku, tapi aku tak mau bangun karna malam tadi bergadang.
"Tuan, nehhh neh nehhh, bangun... Ada orang yang gebuk gebuk pintu... " Ujarnya dengan wajah ngantuk menggoyang ku dengan tangannya.
Dia mengusap matanya yang masih belum terbuka sepenuhnya dan memandangku dengan wajah sembab.
"Hmmm, kayak nya Tuan ga bangun... Siapa sih orang yang brisik itu... "
*Dok dok dok!
"Tuan Nanang Luthfi! Buka pintunya, saya dari serikat! "
Iris berjalan dengan sempoyongan.
"Sabar mbak serikat!" Ujarnya melangkah dengan wajah mengantuk.
*Tek!
Membuka pintu kamar nya.
Seorang perempuan yang menganga melihat kamar yang ku tempati.
"Apa yang terjadi di kamar penginapan yang do sewa nya? "
Dia berjalan mendekat kearah ku dan duduk dikasur tanpa peduli dengan si Iris yang menatapnya.
"Eh, lembut dan sedikit berenjut... Kasur apa ini?!" Teriaknya dengan wajah kaget.
Si Iris jadi terbelalak karna kaget teriakannya yang cukup kuat.
"Kenapa sih, mbak ini?! Pagi-pagi ribut dikamar kami..."
Dia menatapnya si Iris dengan wajah yang memerah malu dan tersenyum terus tak bisa membohongi ketertarikan nya pada kamar ini.
"Aku hanya terkejut, seolah aku berasa di dimensi berbeda... "
Dia menatap langit langit yang ada lampu putih terang menyala. Lampu gantung yang menunjukkan ke estetikan, seperti abad pertengahan namun menggunakan bola lampu bukan lilin.
Ada poto Aku dan Iris yang terpasang di dinding, dengan bingkai.
Lalu, ada PC yang masih menyala lupa ku matikan. Keyboard yang bercahaya serta dingin nya AC di kamar ini.
Aku juga menempel kertas galeri dan karpet di lantai.
Dia merasa sangat tenang dan damai.
"Ini beneran buat mu mengantuk, damai dan menenangkan... "
*Bush!
Terbaring dikasur.
"Enaknya, kasur empuk ini... " Ujarnya berbaring dengan senyuman yang merasa nyaman.
Sementara itu, si Iris tampak sangat tak suka. Dia hanya bisa cemberut dan berkata kasar.
"Siapa sih kau, kata mu dari serikat tempat yang di datangi Tuan kan? Apa yang kau cari kemari?! Apa tujuan mu main tidur dikasur kami?! "
Dia bahkan mengabaikan nya, Iris yang berteriak itu.
Aku agak pusing dan bangun, memegang kepala ku dengan wajah mengantuk.
"Aduh kenapa sih brisik? " Ujarku bangkit dan tangan ke bawah.
Aku menatap, tangan ku menyentuh bantal yang di baringi si Perempuan itu.
Dia menatap aku yang menatapnya dari atas. Jarak kami sangat dekat, tapi mata ku masih mengantuk dan belum sepenuhnya terkumpul jiwa ini.
"Kau siapa? Hmmm, cewek tobrut yang wajah nya cantik... " Ujarku berucap dengan mata sayup.
Dia memerah dan mengenggam dua tapak tangan didadanya.
"Tuan, Nanang Luthfi... Maaf, aku berbaring tanpa izin mu... Kau bisa menghukumku... "
Aku mendengar itu mendekat kan wajah. "Oke... " Jawabku pelan.
*Tok!
Kepala ku di petuk dengan buku.
"Bangun, Tuan! " Ujarnya Iris memukul cukup kuat.
Aku terkejut dan mengelus kepalaku yang cukup sakit dan buat aku tersadar.
"Iris, apa yang kau lakukan... Sakit! " Ujarku berucap dengan wajah kaget.
Kemudian, aku menatap kebawah dimana ada perempuan yang sedang memasang wajah pasrah dan menggoda.
"Hmmm? " Ujarku bingung dan kemudian aku berdiri dari kasur dan turunturun dengan wajah shock, "si-siapa?! " Teriakku menunjuknya.
Buku tergeletak di lantai, dan Iris menatapku dengan datar.
"Kau pasti mengigau ya tadi, Tuan? Hampir saja mencium dia? "
Aku menoleh dengan wajah khawatir.
"Apa iya?! "
Dia memeluk tubuh nya dan menatapku dengan wajah memerah.
"Aku yang salah, jadi aku tadi sudah siap di hukum... "
Aku kemudian mengela nafas mendengar ucapan nya itu dan duduk di kursi didepan kaca berdadan.
"Ha-ah, berati aku tak sampai melakukan nya... Kupikir, ada apa... Tapi, siapa kau? "
Iris menjawabnya dengan wajah cemberut.
"Dia dari serikat Tuan, gadis yang main slonong masuk kamar orang setelah membuat kegaduhan dengan menggebuk gebuk pintu... "
Aku mengangkat alis. "Oh, serikat? "
Lalu menatapnya dengan wajah penasaran.
"Kau resepsionis di serikat ya? Perlu apa mencariku? "
Dia mengangguk dengan wajah khawatir.
"Iya, aku kesini karna mau menyampaikan sesuatu! "
"Apa? " Tanyaku.
Dia menatapku dengan serius dan wajah penuh dengan ketegangan.
"Aku resepsionis, namaku Valen... Disini ditugaskan untuk memanggil anda ke serikat, untuk menemui Nyonya Anabel! "
"Siapa Anabel? " Ujarku bingung.
Dia menjawabnya dengan serius.
"Ketua serikat dagang, namanya Anabella Princess Parntical! "
"Ha, kenapa Ketua serikat mencariku?! " Ujarku kaget.
++++