"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemandangan Indah.
Baru beberapa saat matanya terpejam, Thalia kembali terjaga ketika mendengar tangisan putranya. "Sayang...." Thalia merubah posisinya dari rebahan kini duduk, kemudian membawa tubuh mungil putranya ke dalam gendongannya. Berpikir mungkin saja bayinya itu sedang haus, Thalia pun berinisiatif untuk menyusui baby Faras, namun bayi itu tetap saja masih menangis. "Apa popok kamu basah, sayang...????." Thalia mengecek popok bayinya namun tidak basah.
Sambil menggendong putranya, Thalia beranjak turun dari tempat tidur. "Kamu kenapa sih, nak, kenapa rewel, sayang....???." gumamnya.
"Ceklek." suara pintu kamar di buka dari arah luar mengalihkan perhatian Thalia ke sumber suara.
"Mas....?????."
Rasya masih terjaga sehingga suara tangisan putranya masih terdengar jelas olehnya.
"Apa yang terjadi???." Rasya melangkah mendekat pada Thalia.
"Nggak tau mas, tiba-tiba baby Faras rewel lagi." jawab Thalia, wajahnya sudah berubah panik, takut bayinya itu akan sakit perut akibat terlalu lama menangis.
"Anak papa kenapa menangis, hm???." Rasya menyentuh lembut pipi putranya.
"Jangan rewel dong anak gantengnya papa....." masih dengan menyentuh lembut pipi putranya, Rasya berujar.
"Sini sama papa, sayang!!!!." Rasya mengambil alih putranya dari gendongan sang istri. Aneh tapi nyata, setelah berada di dalam gendongan sang ayah, tangis bayi mungil itu perlahan reda.
Thalia sampai tak bisa berkata-kata melihat reaksi alami bayinya, kini telah kembali terlelap di dalam buaian sang ayah. Sejenak Thalia melirik pada Rasya, sebelum ia kembali memandang wajah lelap putranya.
"Tidurlah, biar mas yang menjaga anak kita!!!." kata Rasya.
"Tapi, besok kamu harus bekerja mas, bagaimana mungkin malam ini kamu harus bergadang menjaga baby Faras, Lebih baik aku saja. lagian besok aku hanya di rumah saja."
"Thalia....baby Faras itu anak kita, mas juga berkewajiban mengurusnya. Lagi pula bikinnya berdua, sudah sewajarnya mengasuhnya pun berdua."
Thalia jadi salah tingkah mendengar kalimat Rasya. "Sudahlah.... tidak perlu memikirkan mas, lagi pula sebelum bertemu kalian mas sudah sering terjaga pada malam hari."
Tanpa di ketahui Oleh Thalia, setelah kepergiannya, Rasya mengalami insomnia bahkan pria itu membutuhkan bantuan obat tidur agar bisa mengistirahatkan mata dan tubuhnya pada malam hari.
"Baiklah..." pada akhirnya Thalia pun mengalah.
Thalia beranjak ke tempat tidur, merebahkan tubuhnya lalu menyelimuti tubuhnya hingga sebatas pinggang.
"Apa maksud ucapan mas Rasya tadi???." batin Thalia, masih kepikiran dengan ucapan Rasya. "Tidak mungkin selama ini mas Rasya memikirkan aku??? bukankah dia sendiri yang telah mengusirku saat itu???." Thalia menepis dugaannya.
Mungkin karena kelelahan seharian mengurus segala keperluan putranya, tak lama kemudian Thalia pun tertidur.
"Kamu kangen papa ya, nak....." gumam Rasya, menatap wajah lelap putra kecilnya. Tak lama kemudian atensi Rasya beralih pada sang istri. Ia melangkah mendekati ranjang, perlahan Rasya mendaratkan bobotnya di tepian ranjang. "Kamu pasti sangat lelah mengurus anak kita, sayang..." dengan tangan kanannya, Rasya menepis anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya, sementara tangan kirinya masih stay menggendong sang putra.
Malam semakin larut, baby Faras pun semakin lelap dalam tidurnya. demi kenyamanan tidur putranya, Rasya lantas menidurkan bayinya itu di samping ibunya. setelahnya, ia pun mendaratkan bobotnya di sofa sambil memandang ke arah anak dan istrinya. Mungkin karena lelah, Rasya pun ikut tertidur dengan posisi duduk bersandar pada bahu sofa.
Pukul lima dini hari Rasya terjaga. Ia nampak mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Setelah nyawanya terkumpul sempurna, barulah Rasya beranjak dari sofa menuju ranjang.
"Sayang....papa tinggal sebentar ya...." lirih Rasya sembari memperbaiki posisi guling di sisi tempat tidur putranya. Puas menatap wajah putranya, Rasya berpindah ke sisi sang istri. mengikuti nalurinya, tanpa sadar Rasya semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Thalia, hingga beberapa saat kemudian. "Cup." kec-upan manisnya mendarat di bibir tipis sang istri. Senyum Rasya berkembang sempurna seraya berkata. "Rasanya masih sama, manis." gumamnya.
Menyadari Thalia menggeliat, Rasya pun segera menjaga Jarak aman, tidak ingin sampai Thalia berpikir dirinya mengambil kesempatan dalam kesempitan, meskipun kenyataannya memang demikian.
Sesaat kemudian Rasya berlalu meninggalkan kamar utama, hendak kembali ke kamarnya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Tuhan.
Pukul setengah tujuh pagi Thalia terjaga dari tidurnya, di lihatnya baby Faras sedang terlelap di sampingnya, dan ia tak lagi melihat keberadaan Rasya di kamar utama. Ia bergerak turun dari tempat tidur.
"Mumpung baby Faras masih tidur, sebaiknya aku segera mandi." Thalia bergegas ke kamar mandi sebelum putranya itu terbangun.
Takut putranya akan segera terbangun, Thalia menyelesaikan ritualnya di kamar mandi dengan sedikit terburu-buru hingga dalam waktu dua puluh menit ia sudah terlihat berjalan keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Pemandangan indah di depan mata berhasil menyekat tenggorakan Rasya, hingga pria itu kesulitan menelan saliva dibuatnya. "Kamu baru selesai mandi." Rasya berusaha bersikap biasa, walaupun kenyataannya kini jantungnya berdetak maraton.
Suara bariton Rasya menyadarkan Thalia akan keberadaannya.
"Mas Rasya...." dengan cepat Thalia meraih apapun yang dapat digunakan menutupi tubuh bagian atasnya yang terekspos.
"Maaf mas....aku nggak tau kalau kamu ada di sini!!!." ujar Thalia setelah berhasil meraih sehelai handuk untuk digunakan menutupi bagian bahunya yang terbuka. Ia tidak ingin sampai Rasya berpikir ia berniat menggoda suaminya itu dengan penampilannya saat ini.
"Berpakaian lah....mas tunggu di bawah, kita sarapan bersama!!!." ujar Rasya seraya mengelus tengkuknya guna menetralkan perasaan serta pikirannya yang sudah kemana-mana.
Setelah kepergian Rasya, Thalia pun segera mengenakan pakaian lengkapnya. Tak lama kemudian, baby Faras terbangun dan Thalia pun menyusui bayinya itu. Setelahnya, baby Faras kembali tertidur. Ya, sama seperti bayi seusianya, baby Faras masih lebih banyak tidur.
"Bi, aku titip baby Faras sebentar ya!!!." ujar Thalia pada bi Inah yang bertujuan menyampaikan pesan Rasya, memintanya segera turun sarapan.
"Baik, Bu." balas bi Inah.
Tidak ingin sampai Rasya menunggunya lebih lama lagi, Thalia pun segera turun.
Kedatangan Thalia di sambut Rasya dengan senyuman hangatnya. bukan hanya itu saja, Rasya bahkan sengaja menarikan salah satu kursi untuk sang istri. "Duduklah!!!!." pinta Rasya dengan senyum yang masih berkembang di bibirnya.
"Terima kasih, mas..." balas Thalia seraya mendaratkan bobotnya di kursi.
Kini Rasya pun kembali menempati kursinya. pria itu mulai mengisi piring milik sang istri dengan berbagai menu makanan yang tersaji di atas meja makan.
"Aku bisa sendiri, mas." kata Thalia. jujur, ia tak ingin sampai salah mengartikan kebaikan Rasya kepadanya, ia takut kedepannya sulit mengontrol perasaannya jika Rasya terus bersikap baik seperti itu padanya, sedangkan ia cukup sadar diri bahwa Rasya tidak memiliki perasaan apapun padanya.
Setelahnya, mereka pun mulai menyantap sarapan masing-masing hingga tandas.
"Mas nggak kerja???." tanya Thalia yang baru menyadari kondisi Rasya yang hanya mengenakan pakaian rumahan, kaos putih serta celana pendek sebatas lutut.
gak sabar nunggu Rangga tau kalo bosnya itu suaminya Riri