Dibalik Pernikahan Hi Ma
“Hei!!! Jangan lakukan itu! Sungguh perbuatan itu dilarang oleh Allah S. W. T. Turun ya mari kita bicarakan apa masalah kamu,” dia mendekat ke arah Hira yang sudah berdiri di sebuah jembatan.
“Aku! Aku capek hidup!” diiringi tangisan yang ikut menyayat hati Axell.
“Enggak boleh begitu! Allah memberi cobaan karena dia percaya kamu pasti bisa melewatinya, tak ada takdir yang jahat karena dari semua itu kita bisa mengambil sebuah pelajaran hidup.”
Perlahan menarik lengan Hira sampai keduanya terjatuh ke atas trotoar, Hira menindih badan Axell serta kedua manik matanya saling mengunci. Hingga Hira tersadar ada yang terasa sakit diperutnya, Axell terkejut dan langsung berdiri mencoba menenangkan hatinya serta jantungnya yang kini berpacu lebih cepat.
“To-tolong,” mencoba menggapai lengan Axell untuk membantunya berdiri sedangkan tangan kanannya memegangi perut.
“Kita ke rumah sakit sekarang ya!” tanpa aba-aba Axell membopong tubuh mungil Hira, masuk ke dalam mobilnya. Menancap pedal gas menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi karena Hira semakin tersakiti.
Tak terasa kini keduanya sampai di rumah sakit, perlahan Axell membopong Hira masuk seraya memanggil suster untuk membawa brankar. Sedangkan sang empu sudah tidak sadarkan diri, Axell menunggu di depan ruangan sambil berjalan kesana kemari.
“Hallo bos, ada info terbaru.”
“Apa? “
“Gadis yang bos cari ada di rumah sakit sekarang,” ujar seseorang di seberang telepon.
“Sepertinya aku butuh asisten yang lebih gercep dan jeli serta cerdas lagi,” Menghela nafas panjang. “Sekarang saya ada di rumah sakit dan bersama orang yang saya cari jadi info kamu ini sebenarnya sudah terlalu basi ya Dirga!” lalu menutup panggilan secara sepihak dia kembali fokus dengan pemeriksaan dokter.
“Permisi dengan keluarga pasien?”
“Saya temannya dok, gimana keadaan Hira saat ini?”
“Dia sebentar lagi akan sadar, akhir-akhir ini sepertinya dia tidak rutin minum obat yang saya resepkan. Dan juga sepertinya dia tidak konsultasi dengan psikiater yang saya sarankan dan mungkin belakang ini dia banyak tekanan. Tapi tidak usah khawatir saya sudah memberikan obat penenang untuknya.”
“Baiklah lakukan yang terbaik dok, saya akan bayar berapapun biayanya.”
Setelah dokter pergi Axell terdiam hingga badannya terperosok ke lantai yang dingin, dia mengusap rambutnya kasar dan menenggelamkan wajahnya dibalik katupan tangan.
“Saya janji akan bertanggung jawab, maaf saya lancang telah menyentuhmu yang notabenenya belum menjadi halal bagiku. maaf ya saya lancang membuka ponsel kamu tak ada niatan lain hanya ingin mengabari keluargamu saja ,” tuturnya pelan.
Dia mengetik beberapa pesan di ponsel Hira, tak berselang lama datanglah dua orang paruh baya satu laki-laki yang bernama Beni selaku paman Hira serta Lili istri Beni, Axell menyambut keduanya dengan ramah.
“Maaf anda berdua ini bibi dan paman nya Hira?”
“Iya saya pamannya, dan ini istri saya, kita permisi untuk menjenguk Hira.”
Axell menganggukan kepala, dia sedari tadi belum menjenguk Hira namun alangkah baiknya kini dia mengalah terlebih dahulu. Bagaimanapun juga mereka berdua lebih berhak tau kondisi Hira. Namun hatinya terasa gelisah kala paman dan bibinya Hira tak kunjung keluar dan terlebih ada terdengar suara sayup-sayup orang minta tolong. Dengan cepat dia berlari masuk ke dalam ruangan dan hal pertama yang dia lihat adalah Hira sudah tergeletak di lantai dengan beberapa bercak darah yang mengucur dari perutnya.
Ketenangan batin Hira belum sembuh total, ditambah paman dan bibinya menyiksanya hingga dia terkapar di lantai .
“Dasar menyusahkan! Kemarin kabur dari Pak Daniel dan sekarang, masuk rumah sakit. Kamu ini saya suruh cari uang! bukan buang-buang uang!”
“Iya merepotkan! saya menyesal merawatmu sampai besar jika ujung-ujungnya saya rugi banyak! harus mengurus kamu yang penyakitan!” timpal Lili seraya menunjuk muka Hira dengan telunjuknya sedangkan pamannya menjambak rambut Hira sampai dia meringis kesakitan .
“Cukup! apa-apaan kalian! setidaknya jika sudah tak mau mengurus biar kan dia hidup sendiri, jangan disiksa seperti ini! lagi pula semua biaya rumah sakit sudah saya lunasi!” tegas Axell dengan manik mata yang memerah dan tajam.
“Halah! tau apa kamu bocah tengik!" seru Lili pada Axel. "Ayo ikut saya pulang dan kamu harus melayani Pak Daniel kalau tidak kamu akan didenda!” timpal Beni sambil menyeret lengan Hira, dengan sekali raih Axell melayangkan bogem mentah ke pipi paman nya Hira.
“Jangan ikut campur urusan keluarga kami!” tegasnya hingga kedua manik matanya serasa ingin keluar.
“Mas tolong aku, aku janji bakal lakuin apapun asalkan selamatkan saya dari mereka," bulir bening terus membasahi pipinya.
Axell menghapus air mata Hira dan menepuk pelan bahunya, “Baiklah, apa syarat untuk membebaskan Hira dari kalian!?”
“Cukup 1 miliar !” seru Beni dengan senyuman remehnya.
“Baik! Dimata kalian Hira hanya bernilai 1miliar? ambil cek ini!” menulis nominal di cek tersebut. “Dan setelah ini kalian tidak boleh muncul di kehidupan Hira, entah itu sekedar batang hidung kalian!”
Setelah menerima uang dari Axell, Beni keluar bersama istrinya, Hira masih tertunduk menangis di lantai yang dingin itu, perlahan Axell membantunya naik ke ranjang lagi.
“Aku janji akan mengganti uang terse___”
“Tidak usah di ganti, asalkan kamu mau menjadi pengganti pengantin wanita saya,” lalu dia berjalan menjauh menuju jendela.
“Apa! Aku tidak bersedia.”
“Aku tau, kamu tau sesuatu dibalik kematian calon istri saya jadi tolong bantu Aku kali ini saja maka semua hutangmu aku anggap lunas. Jika perlu akan kubuatkan surat kontrak pernikahan kita.”
Hira terdiam bayangan mengerikan itu kembali mengisi pikiran nya hingga tak terasa ia menangis. “Aku tidak tau siapa yang bunuh calon istrimu, dan aku juga tak ada hubungan pelaku itu.”
“Tolong lah, apa perlu aku bersujud untuk memintamu membantuku. Lagi pula aku sudah menyentuhmu yang bukan halal bagiku.”
Suasana hening tak ada yang berucap kata lagi, keduanya fokus dengan pikiran masing-masing. Hira merasa tak enak karena bagaimanapun juga Axell sudah membantunya keluar dari jeratan keluarga Bibi dan pamannya.
“Baiklah jika kamu terus diam berarti aku anggap kamu setuju untuk menikah denganku besok. Sekarang istirahatkan tubuhmu jangan sampai kelelahan,” lalu pergi meninggalkan Hira sendiri dengan pikiran yang sangat berkecamuk di dalam dirinya.
Dia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi saat ini, setahu nya kemarin melihat pembunuhan dan mobilnya dibakar. Tapi dia tak bisa melihat dengan jelas dan saat ini dia harusnya sebagai saksi malah harus menjadi pengganti pengantin wanita. Ruangan yang sunyi dengan malam yang semakin larut membuatnya tak bisa menutup matanya untuk tertidur dengan nyenyak terlebih pikirannya belum tenang.
“Yaaa! Gimana aku tidurnya kalau bayangan mengerikan dan tawaran yang membuat jantungku hampir copot selalu menghantui pikiranku,” membolak-balikkan badannya agar menemukan posisi yang membuatnya nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Miu Nih.
wah, ramai banget kak,, semoga berkahnya nular... mampir juga ya di karya aku 'aku akan mencintaimu suamiku' salam kenal 🤗🤗
2025-04-29
1
/Plusone/ vote, terusin lanjutin nulisnya tiny
semangat terus
2024-12-28
1
Utayiresna🌷
ya udah gak usah ngomong sampe segitu juga dong🙄
2025-01-08
1