Aurora Steffani Leandra, gadis polos berusia 18 tahun yang dalam sekejap nasibnya berubah.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiba-tiba Aurora dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Siapakah pria yang akan menikah dengan Aurora?.
Dan kenapa Aurora harus menikah dengan pria tersebut?.
Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Aurora langsung berlari masuk ke dalam mobil sang tuan. Dan duduk di sebelahnya seperti yang tadi pagi.
"Maaf tuan, anda menunggu lama ya" ucap Aurora.
"Hemm".
"Kalau tahu kenapa bertanya" ucap Edgar dengan dingin.
"Maaf tuan" ucap Aurora.
"Lagipula kenapa harus bergosip saat pulang sekolah si. Bukannya langsung pulang kenapa kau bergosip dulu dengan temanmu itu" ucap Edgar.
"Maaf" ucap Aurora lagi.
"Kau ini, selalu saja minta maaf" ucap Edgar.
"Terus aku harus apa, kan memang aku bersalah jadi harus minta maaf kan" ucap Aurora.
"Sudahlah diam!".
"Cepat jalan Max" ucap Edgar.
Selain kesal karena Aurora bergosip dulu dengan temannya, entah kenapa Edgar juga merasa kesal karena tadi dia mendapat laporan dari mata-matanya kalau tadi ada murid laki-laki yang berbicara dengan Aurora.
Entah kenapa Edgar merasa tidak suka setelah mendengar laporan dari anak buahnya itu.
Karena itulah, sekarang Edgar merasa kesal pada Aurora.
Max yang sejak tadi hanya menjadi pendengar langsung menjalankan mobilnya sesuai perintah.
Perjalanan menuju kantor terasa sangat hening. Tidak ada pembicaraan yang terjadi di dalam mobil.
Tidak terasa, mereka sudah sampai di kantor.
"Kita sudah sampai tuan" ucap.
Edgar langsung turun dari mobil tanpa mengucapkan apapun. Aurora dan Max yang melihat itu merasa bingung.
"Ada apa dengan tuan Edgar kak?" tanya Aurora.
"Kakak juga gak tahu, perasaan tadi tuan tidak papa" ucap Max.
"Yaudah kak, aku mau menyusul tuan dulu ya. Sebelum dia marah karena aku tidak berada di dekatnya" ucap Aurora.
"Iya, cepatlah susul tuan Edgar. Sebelum dia marah-marah" ucap Max.
"Iya kak, sebelumnya terima kasih karena sudah menjemput ku" ucap Aurora.
"Sama-sama, tidak perlu berterima kasih Ra" ucap Max sambil tersenyum.
Sedangkan Edgar yang sudah berada di ruang kerjanya merasa kesal karena belum melihat kedatangan Aurora.
"Kemana gadis itu, seharusnya dia ada dibelakangku tadi" gerutu Edgar.
Sedangkan Aurora yang kehilangan jejak sang tuan merasa bingung kemana dirinya harus pergi.
"Mana ruangan tuan Edgar ya" gumam Aurora.
Aurora langsung menghubungi sang tuan untuk menanyakan ruangannya.
Tapi Edgar yang sedang kesal dengan Aurora tidak mau mengangkat panggilannya.
"Ihh kok tuan Edgar gak angkat telepon aku si" gerutu Aurora.
"Maaf, anda siapa ya. Kenapa ada disini?" tanya satpam perusahaan yang melihat Aurora seperti sedang kebingungan.
"Emm maaf pak, saya sedang mencari ruangan tuan Edgar" ucap Aurora.
"Pak Edgar pemilik perusahaan ini?" tanya sang satpam.
"Iya pak" ucap Aurora.
"Apa nona ini sudah mempunyai janji dengan pak Edgar?" tanya sang satpam lagi.
"Kalau janji si belum, tapi tadi aku datang bersama tuan Edgar. Tapi aku ditinggal begitu saja, karena ini pertama kalinya aku datang kesini jadi tidak tahu dimana ruangan tuan" ucap Aurora.
Sang satpam langsung menatap Aurora dari atas sampai bawah. Dia tidak percaya dengan ucapan Aurora. Apalagi Aurora masih memakai seragam SMA Seperi ini.
"Nona, saya sudah sering melihat gadis-gadis seperti nona yang ingin mendekati pak Edgar. Jadi sebelum saya usir, lebih baik nona pergi saja dari sini".
"Jangan ganggu pak Edgar yang sedang sibuk. Beliau adalah orang yang sangat sibuk, jadi mana mungkin memiliki urusan dengan gadis seperti nona" ucap pak satpam.
"Ihh kok bapak gak percaya si, saya ini benar-benar kenal sama tuan Edgar. Bahkan saya tinggal di mansionnya, karena saya ini pekerjanya".
"Jadi tolong beritahu ruangan tuan Edgar sekarang juga" ucap Aurora.
Mendengar ucapan Aurora sang satpam langsung membawa Aurora keluar dari area kantor.
"Sebaiknya kamu pulang saja, sudah banyak gadis-gadis yang seperti nona ini datang ke perusahaan ini".
"Mereka selalu mengaku-ngaku tinggal satu atap dengan pak Edgar. Tapi kenyataannya apa, mereka semua berbohong. Termasuk nona ini" ucap sang satpam.
"Astaga, kenapa bapak gak percaya sama saya. Lagipula buat apa juga saya mengaku-ngaku seperti itu".
"Apa untungnya saya melakukan hal seperti itu" ucap Aurora.
"Saya tidak percaya, lebih baik sekarang silahkan nona pergi dari sini" ucap sang satpam yang langsung menarik tangan Aurora.
"Ihh lepas pak, saya mau bertemu tuan Edgar. Kalau saya pulang, yang ada saya dipecat" ucap Aurora.
Aurora terus memberontak minta di lepaskan.
"Jangan seperti ini nona, bisa-bisa saya yang akan kehilangan pekerjaan gara-gara sikap nona ini" ucap sang satpam.
Sedangkan Edgar sejak tadi terus menatap ke arah pintu. Dia merasa gelisah menunggu kedatangan Aurora yang tidak kunjung masuk ke ruangannya.
Akhirnya, karena tidak kunjung datang, Edgar memutuskan untuk menyusulnya.
"Jangan bilang Aurora sedang mengobrol dengan Max. Karena itu dia belum sampai ke ruanganku".
"Awas saja kalian berdua kalau sampai dugaanku benar" gumam Edgar.
Saat Edgar keluar untuk mencari Aurora, tidak sengaja dia melihat Aurora sedang ditarik oleh seorang satpam.
"Apa yang terjadi, kenapa Aurora bisa ditarik-tarik seperti itu" gumam Edgar.
Langsung saja Edgar berlari menghampiri Aurora dan sang satpam.
"Lepaskan tanganmu" ucap Edgar dengan tegas.
Aurora dan sang satpam langsung melihat ke arah sumber suara.
"Pak Edgar" ucap sang satpam yang langsung merasa takut.
"Maafkan saya pak, tolong jangan pecat saya. Gadis ini terus berusaha masuk ke dalam kantor ini".
"Saya udah berusaha untuk mengusirnya, tapi dia tidak mau mendengarkan. Saya juga coba memberitahukan bahwa anda sedang sibuk dan tidak bisa ditemui kalau tidak ada janji, tapi dia tetap saja tidak mau pergi dan ingin tetap menemui anda" ucap sang satpam.
"Lepaskan tanganmu dari gadis itu" perintah Edgar.
Sang satpam yang ketakutan langsung menuruti ucapan Edgar.
"Pak Edgar, saya mohon jangan.......".
Belum sempat sang satpam menyelesaikan ucapannya, Edgar sudah lebih dulu memotongnya.
"Kau diamlah" tegas Edgar.
"Tapi pak......".
"Aku bilang diam ya diam" marah Edgar.
"Cepat ikut denganku" ucap Edgar yang langsung menggandeng tangan Aurora.
Aurora sendiri hanya menurut, dia tidak memberontak atau protes.
Sebelum pergi, Edgar menatap sang satpam yang masih menunduk takut.
"Untuk kau, pergilah ke ruang HRD dan ambil gajimu. Kau sudah dengan berani menyentuh tangan gadis ini".
"Bahkan kau sudah melukai tangannya, aku tidak akan memaafkan mu karena perbuatanmu itu".
"Asal kau tahu, gadis ini adalah gadisku. Jadi kau sudah melakukan kesalahan yang sangat besar karena sudah memperlakukannya dengan sangat kasar" marah Edgar.
"Deg".
"Apa maksud ucapan tuan Edgar ya. Kenapa dia menyebutku dengan gadisnya" batin Aurora merasa bingung.
Sang satpam langsung bersujud memohon ampun.
"Tolong maafkan saya pak, saya tidak tahu siapa gadis ini. Saya mohon pak, jangan pecat saya" ucap sang satpam.