Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 {Kisah masa lalu 3}
“Sejak saat itu saya mulai berhenti merengek dan berusaha membiasakan diri dengan perubahan yang terjadi di rumah, rumah yang pernah saya anggap sebagai tempat ternyaman di dunia, yang tersisa kini hanyalah cuplikan kenangan masa lalu yang seringkali muncul memenuhi pikiran saya,” ungkap Anna yang tak tahan untuk tidak meneteskan bulir air mata kepedihannya.
“Baik, saya mengerti, jadi … dimana keberadaan Felice saat ini? Kita harus membuat dia mengaku dan menceritakan kejadian yang sebenarnya, agar nona Anna bisa terbebas dari tuduhan yang seharusnya tak nona terima,” respon Kayle yang peka terhadap kondisi emosional Anna saat ini, jika Anna dibiarkan terus menceritakan konflik yang terjadi dalam keluarganya, kemungkinan besar Anna akan kehilangan kendali dan memecah keheningan kala itu dengan tangisan pedihnya.
“Jika Anda ingin membantu membebaskan saya, tolong bantu cari petugas kebersihan itu saja. Dia bisa memberikan saya alibi dan membebaskan saya dari tuduhan ini, saya … tidak ingin melibatkan teman saya, karena dia juga sudah membayar perbuatannya, saya tak ingin menambahkan penderitaannya lagi,” Anna menuturkan rasa keberatannya jika Kayle sampai melibatkan teman nya dan membuatnya masuk ke dalam penjara untuk menggantikan nya.
“Hmmp, beruntung sekali Felice, memiliki teman baik seperti nona, jika hal ini terjadi pada orang lain, mungkin mereka akan berusaha terus mencari pengacara yang bisa memutar balikan keadaan, kemudian membalasnya bagaimana pun caranya.
Tapi dari yang saya dengar, selama 5 tahun ini nona tampak tenang dan tak berniat kembali menaikan kasus nona ke persidangan, meski ada beberapa pengacara yang bersedia membantu nona,” ujar Kayle.
“Hhahaaa!” terdengar pekikan tawa Anna yang lantas membuat Kayle sedikit terhentak karena tak menduga akan perubahan kondisi hatinya, yang sebelumnya tampak murung layaknya seseorang yang telah kehilangan harapan hidupnya. Kini wanita berparas blasteran itu tertawa lepas hingga menenggelamkan kedua bola mata birunya, dan juga dimple kecil yang ada di salah satu pipinya tak luput dari pandangan tajam Kayle.
“Jangan salah paham, bukannya saya betah tinggal di penjara ya, hanya saja … semua pengacara yang saya temui sebelum dirimu, mereka tidak terlihat mempercayaiku, uluran tangan mereka, senyum mereka, dan semua ucapan janji mereka yang berkata bisa membantu membebaskanku, hanyalah omong kosong belaka.
Karena bagi mereka, kemenangan adalah intinya, sedangkan kebenaran yang aku katakan hanyalah sebuah bentuk perasaan putus asaku, yang menolak untuk mendapat hukuman, mereka semua … hanya memandangku sebelah mata, dan mengutukku di dalam hatinya,” Papar Anna yang masih diselingi tawa kecilnya yang membuat Kayle mulai merasa canggung dan salah tingkah.
“La … lantas, apa membuat yang ini, ehh maaf! Maksudku, ma … maksud saya apa yang membuat nona bersedia mempercayai saya saat ini?” ujar Kayle yang gelagapan begitu Anna mengeluarkan pesona dari senyum dan tawa cerah nya, yang membuat pria manapun akan langsung meleleh dibuatnya.
Lagi-lagi Anna tersenyum manis, melihat sikap Kayle yang mendadak jadi gagap cukup membuatnya terhibur, “Karena … Anda mirip dengan pria itu, pria yang seharusnya saya percayai sampai akhir,” ungkap Anna yang lalu mengeluarkan secarik foto dan menunjukannya pada Kayle.
Kayle cukup tercengang dengan kemiripan mereka, bagaimana mungkin mereka yang bukan siapa-siapa bisa memiliki kemiripan hampir 90% seperti layaknya anak kembar. Tak cukup dengan melihat fotonya diatas meja, Kayle meraih foto itu seraya mengamati setiap detail wajah pria yang kini telah beristirahat dengan tenang di tempat yang cukup jauh.
Bennedict Gabriel, mantan kekasih dari Annalese Seravina.
“Hmmp, baiklah, kalau begitu sampai jumpa di persidangan 2 bulan lagi, saya pastikan akan menemukan wanita petugas kebersihan itu seperti yang nona minta, saya … akan tunjukan pada nona Anna, jika keadilan itu masih ada, dan saya tidak akan menghancurkan kepercayaan yang nona Anna berikan pada saya,” ujar Kayle seraya mengembalikan foto kekasih Anna yang telah tiada itu pada pemiliknya.
“Ya, terimakasih pengacara Kayle,” ucap Anna diakhiri senyum manisnya yang kemudian menaruh foto kekasihnya kembali ke dalam saku seragam tahanannya.
Kayle lagi-lagi terhentak ketika melihat aura manis yang terpancar melalui paras cantik bak putri dalam negeri dongeng.
Kedua mata biru yang menyimpan banyak misteri, hidung kecil nan mancung, serta bibir kecil berwarna pink alami membuat Kayle tak kuasa menahan rasa kikuk nya ketika seulas senyum manis terukir di wajah nya, lagi dan lagi … senyuman itu begitu manis dan cukup berhasil menggetarkan seluruh tubuh Kayle.
Hatinya meleleh, seiring dengan pipinya yang mulai merona, ia benar-benar telah dibuat jatuh hati oleh pesona Annalese, meski usianya sudah berada di penghujung 20 an (29 jalan ke 30 tahun), tapi tak lantas mengurangi kecantikannya sedikitpun.
Sebaliknya, Anna malah tampak seperti gadis yang masih berumur 20 tahunan, tak jauh berbeda dengan usia Kayle saat ini, yakni 26 tahun.
Mereka berdua bangkit dari kursi kemudian saling berjabat tangan untuk menutup wawancara di siang itu.
“Kau tak perlu merasa terbebani dengan kasusku pengacara Kayle, saya akan menerima semua keputusan hakim di persidangan. Meski pada akhirnya hasilnya tetap sama, saya baik-baik saja.
Terimakasih sudah mau menjadi pendengar yang baik, dan juga sudah mempercayai saya,” ucap Anna sebelum keduanya mengakhiri jabat tangan, dan Anna pun pergi bersama dengan polisi yang akan mengawal nya kembali ke sel tahanan.
Sementara sang pengacara muda itu masih tetap berdiri di tempat sembari memperhatikan punggung Anna yang kian menjauh darinya dengan tatapan penuh rasa simpati.
“Tenang saja, kak Anna, kau bisa mempercayaiku, aku pasti akan mengeluarkan mu dari tempat ini, itulah janjiku untukmu,” Kayle bermonolog seraya mengepalkan kedua tangannya untuk menunjukan semangat nya yang menggebu-gebu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di halaman depan penjara.
Begitu Kayle keluar dari pintu utama, ia langsung di sambut oleh sebuah mobil SUV berwarna hitam yang berhenti tepat dihadapannya, seolah memang sang supir sudah menunggu cukup lama di tempat lain.
“Bagaimana?” tanya seorang pria yang duduk di belakang kemudi, begitu Kayle mendaratkan bokongnya di sebelah kursinya.
“Dia tetap tak ingin melibatkan wanita itu, dan hanya meminta temukan petugas kebersihan yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya,” sahut Kayle seraya memasang sabuk pengamannya sebelum sang pengemudi menancap gas meninggalkan area depan penjara.
“Hmmp, aku akan membantumu menemukannya, asalkan kehadirannya bisa membebaskan kakakku apapun akan ku lakukan, meski harus mencari ke ujung dunia,” ujarnya dengan penuh keteguhan, di tengah fokusnya memperhatikan jalan di depan.
“Ciiih! Mau bertindak sok pahlawan? Kemana aja kau selama 5 tahun ini, kulihat kau juga tak pernah mengunjunginya,” dengus Kayle lengkap dengan tatapan sinis nya.
“Itu karena kak Anna yang melarang ku, aku pernah mengunjunginya sekali, tapi dia malah mengusirku, dia bahkan tak pernah menganggap ku sebagai adiknya selama ini, dia … selalu membenciku,” ungkap nya lirih yang membuat Kayle pun memasang wajah simpatiknya dan merasa bersalah karena sudah salah paham.
“Aku sendiri gak tahu kenapa alasannya membenciku dan memperlakukanku dengan sikap dinginnya, kami berdua seperti orang asing yang tinggal dalam 1 atap,” pria muda itu kembali mencurahkan isi hati terdalam nya pada teman nya Kayle, yang dikenalnya di tempat les akademik beberapa tahun yang lalu.
“Tapi … apa kau tak tahu, konflik apa yang terjadi antara kakakmu dan kedua orang tuamu? Dari yang kudengar hubungan mereka kurang baik,” ujar Kayle.
“Aku juga tak begitu mengerti awal mulanya bagaimana, hanya saja memang kak Anna sangat tertutup dan bahkan jarang ngobrol dengan Dady atau pun Mami kak Anna lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah dan di kamar sampai akhirnya kak Anna di izinkan untuk ngekost di dekat kampus bersama dengan temannya,” Brian memaparkan.
'Kurasa Brian masih terlalu kecil saat itu, untuk mengetahui penyebab perubahan kak Anna, Brian hanya berfikir jika sikap Anna sejak awal memang sudah tertutup dan dingin,' Kayle membatin seraya memperhatikan bagian samping wajah adik tiri Anna itu.
“Ada apa?” tanya Brian yang terusik dengan tatapan aneh karibnya itu, ya meskipun mereka terpaut usia 6 tahun, tapi Brian lebih sering langsung memanggil nama Kayle dibanding berbicara dengan sopan.
“Tidak, mungkin saja kau kurang berusaha untuk menunjukan kasih sayangmu pada kak Anna, kau harus lebih mendekatinya lagi Brian,” ujar Kayle yang mencoba memberikan saran pada Brian.
Brian hanya terdiam dalam helaan nafas beratnya seakan tengah menghempaskan semua keluh kesahnya.
“Tapi btw … apa kau tahu rupa mantan kekasih kakakmu?” Kayle kembali melanjutkan perbincangan mereka.
“Tidak, kenapa?” sahut Brian seraya menoleh sesaat ke arah Kayle yang sedang mengarahkan pandangannya ke luar jendela.
“Aku baru saja melihatnya,” ungkal Kayle.
“Apa?! Maksudmu hantunya?” pekik Brian yang bergidik mendengar pengakuan Kayle.
“Sial! Fotonya maksudku! Kak Anna menunjukan fotonya padaku, dan … “
“dan apa?!” tagih Brian yang tak sabar menantikan kelanjutan kalimat Kayle.
“Dia mirip sekali denganku,” lanjut nya.
“APA!! YAK!! Jangan berpikir kau bisa mengencani kakakku yak! Langkahi dulu mayatku!” geram Brian dengan penuh emosional yang menggebu-gebu.
Bersambung***
Note : Sean Brian Dominic adik tiri Anna, berbeda dengan Anna yang memanggil kedua orang tuanya, ayah (Garendra) dan Tante (Claudine, ibu tiri)
Sean memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan Dady dan Mami.