Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat
Ting....Nong......Suara bel ditekan dari luar. Ibu Danu yang sedang memasak segera mencuci tangan nya. Ia tidak langsung membuka pintu, terlebih dahulu melihat siapa orang yang datang.
Saat mengetahui kurir paket yang datang, Tina langsung membukakan pintu.
"Atas nama ibu Tina, silahkan tanda tangan disini."
Tina menandatangani nya, kemudian kurir paket tersebut menyerahkan sebuah amplop padanya.
Tina langsung membuka amplop tersebut, didalamnya terdapat sebuah surat, ia langsung membuka dan membacanya.
...Apa kabar Tina, saya harap kamu baik baik saja. Saya sudah pulang ke Indonesia dan akan menetap disini, kamu tidak lupa bukan siapa saya....
...Bagaimana dengan anak saya, saya harap dia tumbuh baik. Bukankah jika dihitung dia sudah dewasa, apa mungkin sudah menikah?....
...Kamu tidak pernah mengirim surat atau foto pada saya, membalas pesan yang saya kirim saja tidak pernah. Saya penasaran bagaimana wajahnya, apakah mirip dengan saya atau persis dengan wajahmu....
...Secepat mungkin saya akan menemui kalian, saya sudah tidak sabar ingin melihat putra kandung saya. Kamu jangan berani berani menyembunyikannya, karena dimanapun kalian berada saya pasti akan menemukannya....
Ibu Danu, Tina. Dia meremas surat tersebut, merobek robeknya menjadi bagian kecil lalu membuang nya pada tong sampah. Bagaimana pria itu dapat menemukan tempat tinggalnya, rasa gelisah juga khawatir mulai tumbuh dihatinya.
Membayangkan wajah Danu yang kecewa padanya lalu pergi meninggalkannya, Tina tidak dapat membayangkan hal tersebut. Dia harus mencari cara agar pria itu tidak dapat bertemu dengan Danu.
*
"Kalian benar benar tidak becus, saya membayar mahal kalian, tapi kerja kalian hanya segini saja. Mencari satu orang saja kalian sampai sekarang tidak dapat menemukannya."
Bugh....Bugh.....Ruslan meninju satu persatu orang yang ada dihadapannya.
Orang Orang itu hanya bisa terdiam mendapatkan serang demi serangan dari atasannya. Tidak ada yang benari membantah, demi uang apapun akan mereka lakukan.
Ruslan kemudian pergi dari ruangan tersebut diikuti sekertaris nya. Semakin hari perusahaannya semakin sedikit mendapatkan klien, jika terus seperti itu maka lama lama perusahaannya bisa bangkrut.
Maka dia harus secepat mungkin menemukan Danu dan menyuruhnya untuk kembali bekerja, pria itu sangat ahli dalam mendapatkan klien ataupun menarik para investor. Entah mau bagaimana caranya, yang terpenting dia harus kembali bekerja.
Danu menatap telapak tangannya, dia seperti memiliki stop watch disana. Namun hanya bisa dilihat olehnya, waktunya tidak banyak. Apakah jika waktunya dalam telapak tangan tersebut habis, maka dia akan kembali mengalami kematian.
Memang terdengar seperti dongeng, awalnya Danu juga tidak mempercayai nya, dia kebingungan. Namun dirinya kembali mengingat dan itu mungkin salah satu anugerah dari Tuhan untuk nya.
Di kehidupannya dulu, dia tidak pernah memikirkan perempuan apalagi cinta, karena Danu tidak memiliki waktu untuk itu semua, hidupnya hanya dipenuhi oleh pekerjaan dan pekerjaan.
Ayahnya memasang target untuk nya, dan jika Danu tidak dapat memenuhi itu, maka ibunya yang akan mendapatkan balasan. Maka dari itu Danu cukup mati matian bekerja, siang dan malam tidak kenal lelah demi memenuhi ambisi sang ayah.
Di kehidupan kedua ini, ia akan menjalani kehidupan yang berbeda. Dirinya dan ibunya sudah tidak lagi terikat dengan ayahnya, dia memiliki lebih banyak waktu luang. Apalagi dia menemukan gadis yang dapat menarik perhatian nya.
Danu memang merasa sedikit berdosa, karena tidak bisa dipungkiri dia senang saat melihat pernikahan Rania batal.
Gadis itu memang terlihat cukup sedih, namun yang Danu lihat dimatanya, Rania sedih bukan karena pernikahannya batal melainkan karena sang ayah. Entah hanya perasaan nya saja atau memang kenyataannya.
Kali ini Danu tidak akan membiarkan gadis itu lolos, Danu punya cukup waktu untuk melakukan pendekatan. Tapi dia sedikit bingung harus mulai dari mana.
Danu membuka handphone nya, lalu mencari kontak Rania. Dia mengirimkan pesan pada gadis itu.
^^^Danu^^^
^^^'Bagaimana keadaan ayahmu?'^^^
Hanya menunggu beberapa detik saja, pesan yang dikirim olehnya langsung dibalas.
Rania
'Jauh lebih baik''
^^^Danu ^^^
^^^'Apakah masih dirawat?''^^^
Rania
'Masih'
^^^Danu ^^^
^^^'Saya boleh menjenguk nya?''^^^
Rania
'Silahkan.'
Danu menutup handphone nya dengan senang, ia berjoget ria mengapresiasi apa yang ada dalam hatinya.
Rehan ya melihat tingkah bosnya itu hanya geleng gelang kepala. Sikapnya makin hari makin aneh, padahal Rehan ingat betul saat pertama kali mereka bertemu, Danu manusia seperti kutub salju, sangat dingin.
"Kosong kan semua jadwal, saya hendak keluar." Ucap Danu pada Rehan.
"Bos hendak kemana?"
"Bertemu calon masa depan." Ucap Danu diiringi senyuman. "Kita kira kalau menjenguk orang sakit bawa apa?" Tanya Danu meminta saran dari sekertaris nya.
"Biasanya sih buah."
"Buah apa?"
"Ya bebas, tapi kalau bisa buah kesukaan orang yang sakit."
Danu menepuk pundak sekertaris nya. "Terima kasih atas sarannya." Pemuda itu kemudian pergi meninggalkan kantor.
Danu malu bertanya pada Rania tentang buah yang disukai oleh ayahnya. Kini dia tengah berdiri ditoko buah dengan kebingungan.
"Ada yang bisa dibantu?" Ucap Salah satu penjaga toko.
"Saya sedang mencari buah segar, kita kira apa yang cocok dibawa untuk menjenguk orang sakit?"
"Apakah Tuan mengetahui buah yang disukai orang sakit tersebut?"
Danu menggelengkan kepalanya.
"Kalau gitu, sebaiknya Tuan membeli satu keranjang buah saja. Disana sudah terdapat banyak sekali macam buah buahan."
"Kalau gitu saya mau satu."
"Silahkan pilih ukurannya." Penjaga toko tersebut menyuruh Danu untuk memilih ukuran keranjang yang akan digunakan.
Danu memilih keranjang paling besar, karena semakin besar keranjangnya maka semakin lengkap pula isi buahnya.
Tidak menunggu waktu lawa pesanannya datang, Danu menjinjing keranjang buah tersebut lalu membawanya masuk kedalam mobil.
Sepanjang perjalanan Danu tak henti hentinya tersenyum, entah kenapa rasanya hatinya berbunga bunga, mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta.
Sesampainya didepan ruangan ayah Rania, dia merapikan pakaiannya dahulu. Rasanya Danu sedikit gugup, sudah seperti ingin meminta restu saja.
Danu mengetuk pintu, kemudian tak lama Rania datang membukakan nya. Danu menyerahkan keranjang buah pada wanita itu, namun saat menerimanya Rania seperti sedikit keberatan membawanya.
"Biar saya yang bawa." Danu mengambil kembali keranjang tersebut, lalu menaruhnya dimeja.
"Besar sekali keranjangnya."
Danu hanya bisa tersenyum malu, "Saya tidak tahu buah apa yang disukai ayahmu, jadi saya membawa semua jenis buah yang ada ditoko."
"Padahal tidak perlu repot-repot."
"Sama sekali tidak repot."
Rania kemudian membawa Danu mendekati ayahnya. "Ayah, ini Danu. Dia salah satu rekan bisnis ku, sekaligus orang yang membantu membawa ayah kerumah sakit."
Danu menjabat tangan Ayah Rania. "Bagaimana keadaan Om?"
Herman tersenyum tipis, "Jauh lebih baik, terima kasih atas bantuannya. Sampai repot repot menjenguk saya."
BERSAMBUNG.....