Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Dia benar-benar mengerjaiku.
"Tidak apa, Mas, tapi Na gak akan minta apapun lagi!" jawabnya sedih, bercampur kecewa.
"Baiklah, Mas berangkat sekarang! Lihatlah dari sini perjuangan daddy ku, nak!" jawab Naren sambil mengusap perut istrinya itu kemudian berbalik dan pergi menuju rumah sebelah.
Ervina kemudian duduk sambil melihat pohon kenitu incarannya selama ini, melihat dari balkon kamar Naren semakin terlihat jelas dan semakin membuat Ervina ngiler.
"Enaknya itu, pasti!" gumamnya.
Ervina menunggu penuh harap kemunculan suaminya di kebun samping milik rumah sebelah yang memang terlihat gelap, hanya ada beberapa lampu penerangan sedikit.
Terbesit rasa kasihan pada suaminya, namun keinginannya mengunyah buah manis dengan tekstur lembek di mulut itu membuatnya menelan savilanya beberapa kali.
Hingga akhirnya terlihat Naren berjalan mendekati pohon dengan senter di tangannya.
"Yey, Ayo Daddy, semangat Daddy!" sorak Ervina walaupun tak mungkin terdengar di telinga Naren.
Ervina sangat senang melihat buah yang selama ini menjadi incarannya sebentar lagi akan memasuki perutnya.
Kebetulan pohon kenitu itu tidak pendek, dan lebat sekali hingga Naren membutuhkan naik beberapa meter untuk bisa mencapai ranting terbawah yang sudah berbuah juga.
Beberapa kali terlihat Naren kesusahan memanjat hingga akhirnya dapat yang otomatis membuat Ervina kesenengan.
Senang luar biasa!
Dan Naren turun, kemudian terlihat membersihkan tubuhnya kemudian mengacungkan buah itu ke arah balkon yang ada Ervinanya.
Membuat Ervina kegirangan, "Yes, Daddy! Terima kasih, Dad!" pekiknya walaupun Naren tidak bisa mendengarnya.
Naren kemudian keluar dari rumah kosong itu dan kembali ke rumahnya.
Karena tidak sabar, Ervina kemudian berlari menuju lantai bawah untuk menjemput buah kenitu nya, "Mas!" pekiknya bahkan masih belum turun sempurna ke lantai satu.
Mendengar itu, Naren berlari masuk setelah turun dari motornya, karena jarak gerbang dan Mansion ke Mansion tidaklah dekat, Naren menaiki motor khusus yang digunakan tukang kebun rumahnya sebagai transportasi.
"Na!" pekik Naren berlari dengan cepat agar Ervina tidak berlari lagi, "Jangan lari!"
"Mana, Mas!" teriaknya mencari buah Kenitu.
Grep!
Dengan cepat Naren menyambar tubuh Ervina agar tidak limbung, namun Ervina justru mengambil buah di tangan sang suami dengan cepat dan dia gigit begitu saja.
"Belum dicuci, Na!" ingat Naren.
"Hmmmm, manis sekali!" guman Ervina menikmati buah itu di pelukan Naren membuat Naren terkekeh akhirnya.
"Dasar, segitu inginnya kah sampai tidak sabar? Enak sekali?" tanya Naren.
Ervina kemudian mengangguk sambil terus menikmati buah hingga belepotan, karena air buahnya kemana-mana dan dengan cepat Naren membersihkan itu dengan bibirnya sendiri, "Hmmm, manis!"
"Mas! Malu!" pekiknya.
"Biarin aja, mereka semua tidak ada, sudah hilang!" ucap Naren yang melihat sekeliling langsung tidak ada orang.
Kemudian keduanya terkekeh karena ulah mereka sendiri yang memalukan, tawa renyah itu memenuhi rumah itu, kebahagiaan terlihat jelas di garis wajah mereka.
Kelelehan karena mengambil buah itu rasanya hilang saat Ervina sangat menikmati buah itu hingga tak tersisa, "Mas cuma ambil satu?" tanya Ervina.
Naren kemudian mengangguk, "Memangnya berapa?"
"Mana cukup kalau satu, Mas!" keluh Ervina dengan wajah masam karena masih ingin merasakan manis yang memuja lidahnya.
Naren tampak menelan savilanya melihat itu, 'Gawat ini kalau singa betina marah lagi, bisa-bisa kena portal dan kehilangan jahat!' batinnya.
"Ih, Mas ngeselin!" marah Ervina saat tidak mendapatkan jawaban dan mengurai tangan Naren yang melingkari tubuhnya kemudian naik ke pantai atas dengan menghentakkan kakinya.
"Jangan marah, Na ... Ya sudah, Mas ambilkan lagi ya!" pekik Naren namun tak mendapat jawaban apapun.
Dilema!
Naren dilema antara mengejar Ervina atau mengambil buah kenitu lagi, dan akhirnya Naren berbalik untuk mengambil buah kenitu di rumah kosong itu lagi.
Demi sang buah hati!
Naren kembali memberanikan diri dan memanjat pohon itu walau dengan kaki gemetaran setelah olahraga dengan Ervina, ditambah bulu kuduk yang sudah naik.
"Jika bukan untuk anakku, aku tidak akan melakukan hal gila ini!" gumam Naren kesusahan memanjat, "Wanita hamil kenapa menyebalkan sekali!" keluhnya.
Naren terus saja menggerutu, "Kenapa juga tidak bilang dari awal kalau mau banyak, tau gitu kan aku ambil banyak!"
Aw!
"Pergi semut kurang ajar, jangan gigit aku!"
Naasnya, saat Naren menyingkirkan satu semut di lengannya, tangannya justru mengenai rumah semut yang bergerombol itu.
Aw!
"Pergi! Pergi! Sialan!" pekiknya mengusir banyak semut di tangan hingga limbung dan jatuh.
Bruk!
"Aw, pantatku!" keluhnya.
Pantatnya sakit bersamaan dengan tangannya yang dikerubungi semut merah, Naren berdiri dan mengibaskan tangan sambil berlari tunggang langgang keluar dari Mansion kosong itu.
Pergerakan semut yang begitu cepat membuat Naren melepaskan baju dengan cepat sambil berlari, "Sial!"
Sampai Naren masuk ke gerbang rumahnya, "Pak motornya saya tinggal!" ucapnya masih sambil berlari.
Hosh!
Hosh!
Hosh!
Nafas Naren sudah tidak beraturan dengan telanjang dada dan badan yang merah-merah karena digigit semut membuat para maid yang berpapasan hanya bisa menahan nafas.
"Tuan, ingin saya bawakan obat?" tanya Bi Arum sambil tersenyum, Bi Arum satu-satunya maid yang dekat dengan keluarga Naren. Bi Arum tentu tau apa yang Naren lakukan untuk memenuhi nyidam bumil.
"Bawakan ke kamar saja, Bi!" jawab Naren sambil berjalan naik menetralkan dadanya membawa dua buah kenitu di tangan.
Cklek!
"Na, ini buah ken—" ucap Naren terpotong karena menatap Ervina yang tengah tidur dengan pulas di balik selimut.
Terlihat sangat damai dan nyaman!
"Hahahahaha! Dia benar-benar mengerjai ku!" gumamnya terkekeh kemudian menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya yang perih dan gatal, "Untung bukan lebah, atau aku bisa seperti sumo besok!"
Blam!
Bersambung..
Itu belum seberapa, Naren🤣
pasti kelakuan nya si Candra itu