Ji An Yi adalah seorang gadis biasa yang mendapati dirinya terjebak di dalam dunia kolosal sebagai seorang selir Raja Xiang Rong. Dunia yang penuh dengan intrik, kekuasaan, dan cinta ini memaksanya untuk menjalani misi tak terduga: mendapatkan Jantung Teratai, sebuah benda mistis yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan sekaligus membuka jalan baginya kembali ke dunia nyata.
Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika Raja Xiang Rong-pria dingin yang membencinya-dan Xiang Wei, sang Putra Mahkota yang hangat dan penuh perhatian, mulai terlibat dalam perjalanan hidupnya. Di tengah strategi politik, pemberontakan di perbatasan, dan misteri kerajaan, Ji An terjebak di antara dua hati yang berseteru.
Akankah Ji An mampu mendapatkan Jantung Teratai tanpa terjebak lebih dalam dalam dunia penuh drama ini? Ataukah ia justru akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari misi awalnya-cinta sejati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
"Ji An Yi, aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman," ucap Xiang Wei, suaranya lembut namun tegas.
Namun, tubuh Ji An tak mampu lagi berdiri tegak. Langkahnya terhuyung, dan sebelum ia jatuh ke tanah, Xiang Wei dengan sigap menangkapnya. Dalam satu gerakan cekatan, ia menggendong Ji An di punggungnya.
"Yang Mulia..." Ji An berbisik lemah, suaranya hampir tenggelam dalam desah angin malam. "Hamba tidak pantas menerima perlakuan seperti ini."
Xiang Wei tidak menjawab. Ia hanya melangkah dengan hati-hati melewati akar pohon yang menjalar di jalan setapak, memastikan tidak satu pun goncangan mengganggu Ji An. "Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan. Yang penting, kau aman," katanya akhirnya, suaranya penuh kehangatan.
Punggung Xiang Wei terasa kokoh dan hangat, memberi Ji An rasa nyaman yang aneh. Napasnya yang lemah menjadi lebih tenang, dan aroma lembut tubuh Xiang Wei, yang bercampur dengan bau segar dedaunan dan tanah basah, membuat hatinya hangat. Ji An tersenyum kecil, menyadari bahwa untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa dilindungi.
"Yang Mulia... mengapa Anda bersikap seperti ini pada hamba?" bisik Ji An pelan.
Xiang Wei tidak langsung menjawab, tapi langkahnya sedikit melambat. "Karena kau pantas mendapatkan perlakuan baik, Ji An Yi. Kau telah melalui banyak hal... terlalu banyak. Dan aku tidak akan membiarkanmu menghadapi semua ini sendirian."
Ji An merasa matanya mulai berkaca-kaca. Kata-kata Xiang Wei menyentuh sesuatu yang dalam di hatinya, perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa, tubuhnya yang lemah akhirnya menyerah, dan ia tertidur di punggung Xiang Wei.
Xiang Wei berhenti sejenak, merasakan napas Ji An yang tenang di bahunya. "Kau aman sekarang," bisiknya lirih, meskipun Ji An sudah terlelap. Ia kembali melangkah, tekadnya semakin kuat untuk melindungi wanita ini dari segala bahaya, meskipun ia harus melawan dunia.
***
Xiang Wei berjalan perlahan mendekati kudanya, tubuhnya tegang namun tetap memancarkan ketegasan seorang pemimpin. Ji An masih berada dalam gendongannya, napasnya lemah, namun wajahnya menunjukkan ketenangan di tengah situasi genting ini. Tak lama, beberapa prajurit setia Xiang Wei tiba, debu-debu mengepul di sepanjang jalan yang mereka tempuh.
"Yang Mulia…" salah satu prajurit turun dari kudanya dengan tergesa-gesa, melangkah mendekati Xiang Wei. "Apa yang terjadi?"
Xiang Wei menatap mereka dengan sorot mata tajam. "Bantu aku mencari tempat tinggal sementara. Kita harus menghindari pengejaran prajurit Xiang Rong. Aku tidak bisa membiarkan mereka menemukan kami sebelum aku menyelesaikan ini."
Prajurit itu berpikir sejenak sebelum memberi saran. "Yang Mulia, ada sebuah desa terpencil tak jauh dari sini, tersembunyi di balik perbukitan. Desa itu jarang dikunjungi orang luar, dan penduduknya dikenal sangat tertutup. Kita bisa berlindung di sana untuk sementara waktu."
Xiang Wei mengangguk, tanpa ragu. "Baik. Pimpin jalan."
Mereka bergerak bersama, melewati jalur hutan yang semakin rapat dan gelap. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma dedaunan basah dan tanah. Ji An bergeming dalam gendongan Xiang Wei, tubuhnya masih lemah, namun rasa aman yang perlahan merasukinya membuatnya tenang.
Setelah perjalanan beberapa waktu, mereka tiba di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat. Lampu minyak berpendar redup dari beberapa rumah kayu sederhana. Suasana sunyi, hanya terdengar suara gemerisik angin di antara pepohonan.
Seorang tetua desa muncul dari salah satu rumah, mengenakan jubah sederhana dengan tongkat kayu di tangannya. Ia menatap rombongan itu dengan penuh curiga. "Siapa kalian? Apa yang kalian cari di tempat terpencil seperti ini?"
Xiang Wei melangkah maju, suaranya tenang namun penuh wibawa. "Kami hanya mencari tempat berlindung untuk sementara. Kami tidak bermaksud membawa masalah ke desa ini. Jika Anda mengizinkan, kami akan pergi setelah keadaan aman."
Tetua itu mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Tapi, desa kami tidak menerima tamu lama-lama. Setelah tiga hari, kalian harus pergi."
"Terima kasih," ucap Xiang Wei singkat, sebelum membawa Ji An ke salah satu rumah yang ditunjukkan oleh penduduk desa.
Di dalam rumah yang sederhana, Xiang Wei meletakkan Ji An di atas tikar jerami. Ia meraih kain basah untuk menyeka wajah Ji An yang pucat. "Kau aman sekarang," ucapnya lirih, meski di dalam hatinya ia tahu ancaman belum sepenuhnya hilang.
Namun, jauh di istana, prajurit yang setia pada Xiang Rong sedang mengumpulkan bukti keberadaan Ji An
tolong tinggal kan jejak di cerita author.....
jangan lupa mmpir balik ya🥰