Anastasia, wanita berhijab itu tampak kacau, wajahnya pucat pasi, air mata tak henti mengalir membasahi wajah cantiknya.
Di sudut rumah sakit itu, Ana terduduk tak berdaya, masih lekat diingatannya ketika dokter memvonis salah satu buah hatinya dengan penyakit yang mematikan, tumor otak.
Nyawanya terancam, tindakan operasi pun tak lagi dapat di cegah, namun apa daya, tak sepeser pun uang ia genggam, membuat wanita itu bingung, tak tahu apa yang harus di lakukan.
Hingga akhirnya ia teringat akan sosok laki-laki yang telah dengan tega merenggut kesuciannya, menghancurkan masa depannya, dan sosok ayah dari kedua anak kembarnya.
"Ku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk wanita rendahan seperti mu... ."
Laki-laki kejam itu melempar segepok uang ke atas ranjang dengan kasar, memperlakukannya layaknya seorang wanita bayaran yang gemar menjajakan tubuhnya.
Haruskah Anastasia meminta bantuan pada laki-laki yang telah menghancurkan kehidupannya?
IG : @reinata_ramadani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
He Has Twins
°°°~Happy Reading~°°°
Flashback on
Kaki jenjang itu melangkah cepat memasuki sebuah mansion mewah tiga lantai. Dengan tak sabar, perempuan itu membuka pintu kamar setelah intrupsi masuk diterima.
"Mom... ."
"Ya, sayang. Kamu sudah pulang?" Terlihat sosok perempuan dengan dandanan elegan menyambut perempuan itu dengan hangat.
"Mom, boleh aku mengatakan sesuatu? Tapi please, mama jangan terkejut." Stephanie bertanya pada sang mama dengan tak sabarnya.
"Apa maksudmu Steavee? Apa ini tentang lelucon?" Mama Elena terkekeh, mengira sang putri akan kembali membuat lelucon untuknya.
"I'm serious, mom." Wajahnya penuh keseriusan, membuat mama Elena menyerah.
"Oke. Baiklah, katakan sayang."
"Kak Marcus-- He has twins."
Sedetik, dua detik, tak ada tanggapan dari mama Elena. Membuat Stephanie sontak khawatir jika sang mama terkena serangan jantung saking terkejutnya.
"Mom, are you oke?" Mengguncang bahu sang mama. Membuat tawa itu seketika menggelegar.
"Ahahaha. Come on steavee. Jangan membuat lelucon tentang kakak mu seperti itu. Dia akan marah kalau tau hal itu."
"Aku tidak bercanda, Mom." Sanggah Steavee.
"Ayolah sayang. Marcus--he has twins? It's impossible."
Marcus. Memiliki anak kembar? Rasa-rasanya itu sangat tidak mungkin. Meski telah menghadirkan banyak perjodohan untuk sang putra, namun laki-laki itu bahkan tak sedikitpun tertarik.
Marcus tak menginginkan adanya pernikahan dalam kehidupannya. Laki-laki itu ingin bebas, tanpa ada bayang-bayang perempuan dalam hidupnya.
"Please mom, hear me. I'm serious. Kak Marcus-- he has twins. Mereka pasienku."
Perempuan itu mengeluarkan ponselnya. Memperlihatkan pada sang mama, sosok bocah laki-laki yang diam-diam ia foto dua minggu lalu.
"Lihat mom, tidakkah mereka memiliki kemiripan."
Mama Elena menatap pada bocah laki-laki itu dengan seksama. Warna matanya, rambut pirangnya, bahkan wajahnya yang terlihat dingin itu, tampak seperti sang putra saat kecil dulu.
"B-but, it's impossible Steavee..." Jelas mama Elena tak percaya. Kenyataan ini sungguh sulit dipercaya.
"Yes. I see. Maka dari itu aku diam-diam melakukan tes DNA. Dan mama tau apa hasilnya?"
"It's positive?"
"Yes, positive."
Membuat mama Elena sontak membungkam mulutnya saking tak percaya akan kebenaran ini.
Marcus memiliki anak? Apa selama ini putranya itu diam-diam menyembunyikan keberadaan perempuan idamannya? Apa Marcus takut, ia tak akan merestuinya hingga tak segan menyembunyikan keluarga kecilnya?
Mama Elena terduduk lemas di atas ranjangnya. "Ini--apakah ini benar-benar nyata, Steavee?"
"Yes mom. It's real."
"Jadi? Selama ini mama punya cucu?"
"Cucu?"
Membuat kedua perempuan itu sontak menoleh pada sosok laki-laki yang berdiri terpaku di ujung pintu.
"Apa maksud kalian? Apa kamu hamil Steavee?" Raut wajahnya terlihat dipenuhi gurat kemarahan. Nyatanya, Steavee masih betah menyendiri. Lalu bagaimana bisa putri kesayangannya itu hamil tanpa suami? Laki-laki mana yang dengan tega merusak putri kesayangannya kali ini?
"Pa, stop. Steavee bukan perempuan seperti itu." Jelas Steavee marah. Bagaimana ayahnya kini menganggapnya telah hamil di luar nikah.
"Lalu, apa maksud kalian dengan cucu. Papa hanya memiliki kalian, tidak mungkin Marcus diam-diam memiliki anak bukan?"
"Papa benar, tidak mungkin kak Marcus punya anak. Tapi Tuhan berkehendak lain. Dia punya anak. Bukan satu, tapi dua. Papa punya dua cucu sekaligus."
"Steavee. Leluconmu benar-benar tidak lucu."
"Pa, I'm serious. It's non a joke."
"Mom, please... Jelaskan pada Papa."
Mama Elena bangkit dari ranjangnya, berjalan mendekat pada sang suami yang terlihat kebingungan.
"Honey?"
"Putrimu benar, Sayang. Marcus punya anak. Dia benar-benar punya anak sekarang. Akhirnya aku punya cucu yang sudah lama aku impikan."
Mama Elena menghambur dalam rengkuhan sang suami. Bahagia tentu dirasa, disaat teman-teman sosialitanya memamerkan cucu-cucu yang menggemaskan, di saat itu mama Elena hanya bisa gigit jari karena Marcus yang enggan naik pelaminan. Laki-laki itu tak ingin ada komitmen dalam hidupnya.
"Laki-laki itu bisa buat anak juga rupanya," cibirnya.
Seketika pukulan melayang di lengan tuan Regar, "Kamu meremehkan putraku, Sayang."
"Tapi masalahnya, kak Marcus sepertinya tidak tau kalau punya anak."
Membuat keduanya sontak mengernyit bingung dengan penjelasan bertele-tele Stephan.
"Apa maksudmu, Sayang."
"Kak Marcus, dia memperk*sa perempuan itu. Dan dia tidak tau kalau perbuatannya telah membuat perempuan itu hamil."
Flashback off
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Happy reading semua
Saranghaja 💕💕💕