seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.
Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Perang Baru Dimulai
Asap tebal menyelimuti jalanan setelah ledakan besar itu. Suara sirene mulai terdengar dari kejauhan, tanda bahwa pasukan tambahan Dmitri atau pihak lain mungkin sedang menuju lokasi. Quenn, Vincent, dan Rina terus berlari, mencari tempat perlindungan. Mereka tahu bahwa malam ini belum selesai—bahkan baru saja dimulai.
"Ke mana kita sekarang?" tanya Rina, suaranya terdengar lelah tetapi penuh ketegasan.
Quenn melirik Vincent yang sedang memeriksa peta kecil di tangannya. "Gudang di sisi timur kota. Kita butuh waktu untuk menyusun strategi," jawab Vincent.
"Kita tidak punya waktu banyak," potong Quenn. "Dmitri tahu kita punya datanya. Dia akan mengerahkan segalanya untuk mengejar kita."
---
Sementara itu, di sebuah ruangan gelap dengan layar besar yang menampilkan peta kota, Dmitri berdiri dengan ekspresi marah. "Mereka menghancurkan satu dari gudang utama kita, membunuh banyak anak buahku, dan sekarang mereka mencuri data penting."
Seorang pria berbadan besar dengan bekas luka di wajahnya berdiri di samping Dmitri. "Aku akan memastikan mereka tidak keluar hidup-hidup dari kota ini," katanya sambil mengepalkan tinjunya.
"Tidak," kata Dmitri, suaranya dingin dan penuh kendali. "Aku sendiri yang akan menyelesaikan ini. Kirim semua pasukan kita, kepung setiap jalan keluar. Mereka tak punya tempat untuk bersembunyi."
Dmitri menyandarkan diri ke kursinya, menatap layar yang menunjukkan lokasi terakhir Quenn dan kelompoknya. "Quenn selalu terlalu percaya diri. Itu akan menjadi kehancurannya."
---
Gudang itu gelap dan sepi, tampak seperti tempat yang sudah lama ditinggalkan. Quenn, Vincent, dan Rina masuk melalui pintu belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka.
Vincent mengunci pintu dan menempatkan beberapa ranjau kecil di sekitarnya. "Ini hanya akan memperlambat mereka," katanya.
"Lebih baik daripada tidak sama sekali," jawab Quenn.
Rina segera duduk dan membuka laptopnya. "Aku harus memeriksa data ini. Jika kita bisa menemukan kelemahan Dmitri, kita mungkin punya kesempatan untuk menjatuhkannya."
Quenn mengangguk. "Lakukan yang harus kau lakukan. Tapi pastikan cepat."
Sementara itu, Quenn dan Vincent mulai memeriksa persenjataan mereka. Peluru mereka mulai menipis, dan bahan peledak yang tersisa tidak cukup untuk menghadapi pasukan besar.
"Ini tidak cukup," kata Vincent dengan nada datar.
"Kita tidak punya pilihan," balas Quenn. "Jika kita harus mati malam ini, setidaknya kita mati dengan membawa Dmitri bersamanya."
Vincent menatap Quenn, mencoba mencari kepastian di balik kata-katanya. "Kau yakin tentang ini?"
"Aku tidak pernah yakin untuk menyerah," jawab Quenn dingin.
---
Tak butuh waktu lama, suara langkah kaki mulai terdengar dari luar gudang. Quenn mengintip melalui celah kecil di dinding dan melihat sekelompok besar pria bersenjata mendekat. Mereka tidak hanya membawa senapan, tetapi juga kendaraan lapis baja kecil.
"Dia tidak main-main," gumam Quenn.
"Rina, berapa lama lagi?" tanya Vincent dengan nada tegang.
"Beberapa menit. Aku harus memastikan semuanya sebelum kita bergerak," jawab Rina dengan suara yang tergesa.
Quenn menarik napas panjang. "Kita tidak punya beberapa menit."
Dengan cepat, Quenn dan Vincent mengambil posisi. Ketika pintu gudang mulai didobrak, Vincent melepaskan tembakan pertama, menewaskan salah satu pria yang mencoba masuk. Suara tembakan menggema di dalam gudang, memicu baku tembak yang mematikan.
Quenn bergerak cepat, melompat dari satu titik ke titik lain, menghindari peluru sambil terus menembak. Ia tahu mereka kalah jumlah, tetapi setiap peluru yang dilepaskannya membawa pesan yang jelas: mereka tidak akan menyerah begitu saja.
"Kananmu!" teriak Vincent.
Quenn segera berbalik dan menembak seorang pria yang hampir mendekat. Peluru mengenai dadanya, membuat pria itu jatuh ke tanah.
"Rina, sekarang atau tidak sama sekali!" teriak Quenn.
Rina menggertakkan giginya dan menekan tombol terakhir di laptopnya. "Selesai! Aku mengirimkan virus yang akan menghancurkan semua sistem Dmitri!"
Quenn segera berlari ke arah Rina dan menariknya berdiri. "Kita harus keluar dari sini!"
---
Mereka keluar melalui pintu belakang, tetapi musuh sudah mengepung mereka. Quenn melihat ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan dan pria bersenjata.
"Kita harus berpencar," kata Quenn tiba-tiba.
Vincent menatapnya tajam. "Kau serius?"
"Kau bawa Rina keluar dari sini. Aku akan menarik perhatian mereka," jawab Quenn dengan nada tegas.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu," kata Vincent.
"Tidak ada waktu untuk berdebat. Jika kita semua tertangkap, ini semua sia-sia," kata Quenn.
Sebelum Vincent bisa menjawab, Quenn sudah berlari ke arah musuh, melepaskan tembakan untuk menarik perhatian mereka.
"Kejar dia!" teriak salah satu pria bersenjata.
Vincent menggertakkan gigi, tetapi ia tahu Quenn benar. Dengan cepat, ia membawa Rina menjauh dari medan pertempuran, menuju jalan kecil yang mungkin bisa membawa mereka keluar dari kota.
---
Quenn terus berlari, peluru-peluru melesat di sekitarnya. Ia tahu ini mungkin akhir baginya, tetapi ia tidak peduli. Selama Vincent dan Rina berhasil kabur, ia sudah merasa cukup.
Namun, di tengah kekacauan itu, sebuah suara familiar terdengar di belakangnya.
"Quenn..."
Ia berhenti sejenak dan berbalik. Dmitri berdiri di sana, dengan pistol di tangan dan senyum dingin di wajahnya.
"Ini akhirnya," kata Dmitri dengan nada penuh kemenangan.
Quenn mengangkat pistolnya, matanya menatap tajam ke arah Dmitri. "Kita lihat siapa yang akan bertahan."
Perang ini belum selesai.