NovelToon NovelToon
UN PERFECT PLAN

UN PERFECT PLAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Keluarga / Office Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Seorang arsitek muda bersedia mengikuti rencana iseng temannya dalam sebuah perjodohan atas dasar peduli teman. Namun siapa sangka, rencana tersebut malah menyebabkan konflik serta membongkar kasus yang melibatkan beberapa oknum pengusaha dan aparat. Bahkan berujung pada terancamnya kerajaan bisnis dari sebuah keluarga keturunan bangsawan di Perancis.
Bagaimana akhir dari rencana mereka? Simak kisah seru mereka di novel ini. (un) Perfect Plan. Semoga terhibur...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 32

Rizal melihat perubahan di wajah Mita.

"Kenapa? Gak suka menunya?", tanya Rizal.

Mita hanya menggeleng.

"Kamu sering makan di sini?", tanya Mita.

"Akhir-akhir ini sudah agak jarang. Aku lebih sering sarapan dekat kantor biar lebih praktis. Tapi dulu memang iya, paling gak seminggu sekali. Soalnya di sini menunya lumayan enak", sahut Rizal.

"Bukan karena yang lain?", pancing Mita.

Rizal mengerutkan dahinya. Kemudian sadar dengan arah pembicaraan Mita.

"Siapa tahu karena ada pacar kamu di sini", sambung Mita ketus.

"Cemburu?", tanya Rizal.

Mita sudah ingin protes.

"Aku tidak punya pacar. Mau, jadi pacarku?", tembak Rizal.

Mita kini malah kehilangan kata-kata. Dia jadi salah tingkah mendengar pertanyaan Rizal.

"Gimana? Mau tidak?", desaknya.

"Apaan sih? Gak jelas gitu!", sahutnya dengan wajah memerah karena malu.

"Ya sudah kalau gak mau, nanti aku...", Rizal belum selesai bicara.

"Siapa yang bilang begitu?", protes Mita.

"Jadi, mau?", tanya Rizal lagi.

Mita mengangguk samar tapi matanya enggan menatap Rizal. Gengsi.

Rizal mengulum senyum.

"Nanti malam kujemput, kita pergi nonton. Tapi sore ini kita ke tempat Zaki dulu. Ada e-mail Arya yang perlu kulihat", ucapnya seraya berdiri karena memang mereka sudah selesai makan.

"Ayo, aku antar ke rumah Zaki. Alin masih di sana kan?", ucap Rizal.

Mita mengangguk, kemudian mereka berdua menuju kasir. Wanita yang bernama Rini itu bicara tanpa melihat ke arah mereka sama sekali. Sepertinya dia memang punya rasa ke Rizal.

*********

Rizal sudah di kantor, sedang mengurus surat-surat untuk keperluan pernikahan dinasnya. Sepertinya akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk ia dan Mita agar bisa mendapatkan surat nikah.

Kemudian dilihatnya Deni yang baru tiba di kantor tengah menatapnya dengan tatapan jengah.

"Ke ruanganku", perintahnya saat melewati meja Rizal.

"Siap Pak", sahut Rizal sontak berdiri mengikutinya.

Sesampainya di ruangan, Deni duduk dengan malas di kursinya dan menyuruh Rizal menutup pintu.

"Duduk", perintahnya lagi.

Rizal segera duduk di seberang Deni.

"Aku tak mengira kau berani bertindak sejauh ini. Bukannya kau sudah aku peringatkan? Kau mungkin mengira kalau kau sudah menang dan Ibrahim ada di tanganmu. Kau salah besar, karena aku memegang kartu As yang bisa menjatuhkannya. Jadi sebenarnya, akulah yang menggenggam Ibrahim", ucapnya sombong.

Rizal terkejut betapa cepatnya Deni mengetahui tentang pernikahannya.

"Maaf Pak, saya rasa Bapak salah paham. Saya tidak pernah bermaksud ingin menguasai apapun yang dimiliki Pak Ibrahim. Saya menikahi Mita hanya karena permintaan beliau", sahut Rizal tenang.

"Hah, omong kosong. Ternyata kau juga pandai bicara. Mana mungkin kau tidak mengincar apa-apa. Kau kira aku bodoh? Siapapun pasti tahu kalau seorang polisi berpangkat rendah sepertimu pasti mengincar sesuatu darinya. Kuakui kau memang hebat. Rupanya kata-kata manis dan janji gombalmu telah berhasil menipu gadis bodoh itu", kata Deni sinis.

"Pak! Cukup! Kalau anda ingin menghina saya, silahkan. Tapi tolong jangan pernah menghina isteri saya", Rizal tak terima.

Deni malah terkekeh.

"Wah, lihatlah. Ksatria tengah membela kekasihnya. Kau kira ini cerita dongeng?", ejek Deni.

Ia kemudian bangkit dari duduknya lalu berdiri di samping Rizal agar bisa mengancam Rizal tepat di depan wajahnya.

"Dengar, aku takkan membiarkanmu tenang karena telah menghalangi jalanku. Kau sudah salah memilih lawan. Sekarang, keluar!", perintahnya.

Rizal berdiri dan langsung keluar tanpa bicara apa-apa. Ia benar-benar merasa jengkel dengan kata-kata Deni. Tapi ia juga harus waspada mulai sekarang, karena sepertinya ancaman Deni tidak bisa dianggap remeh. Ia harus segera membongkar keterlibatan Deni dalam kasus tabrakan itu.

Rizal kemudian menuju ruang tahanan, ia ingin menemui Arya.

"Gus, aku perlu bertemu Aryaka Atmadja. Ada berkas yang harus kulengkapi", ucap Rizal beralasan.

"Oke, sebentar", sahut petugas jaga di situ.

"Man! MP3 Murottal", teriaknya pada rekannya di ujung lorong.

"Siap", sahut orang itu.

Rizal mengerutkan dahinya. Si petugas piket hanya terkekeh melihat kebingungan Rizal.

"Dia suka ngaji. Bahkan bila kau mau surah apapun, dia bisa bacakan. Seperti memutar MP3 Murottal kan?", ia menerangkan asal mula julukan buat Arya.

Rizal mengangguk mengerti. Yang satu suka bersikap sombong, sementara yang lainnya malah penghafal Qur'an. Benar-benar kembar yang unik, kata Rizal dalam hati.

Kini Rizal sudah duduk berhadapan dengan Arya. Dilihatnya dengan seksama wajah Arya. Ya, ternyata memang mirip dengan isterinya.

"Bagaimana kabarmu?", pertanyaan apa itu? Jawaban apa yang dia harapkan dari seorang pesakitan?

"Alhamdulillah, aku baik saja Bang. Masih bertahan, doakan tetap kuat", sahut Arya sambil tersenyum.

Rizal juga tersenyum, dalam hatinya mengagumi kesabaran Arya.

"Aku, Zaki dan juga Mita sekarang sedang berusaha mengumpulkan bukti-bukti yang bisa melepaskanmu dari tuduhan itu. Zaki bahkan sudah memiliki rekaman yang memperlihatkan dengan jelas keterlibatan salah seorang anggota polisi di kantor ini. Sementara Mita juga punya foto tersangka lain yang sepertinya juga bekerjasama dalam skenario tabrakan itu", terang Rizal dengan suara pelan.

"Apa itu tidak masalah Bang? Maksudku Abang kan anggota di sini. Aku cuma khawatir mereka mencurigai Abang lalu melakukan hal-hal yang bisa merusak karir Abang di kepolisian", sahut Arya.

Rizal hanya tersenyum.

"Aku melakukannya karena aku tak ingin institusi ini dicemari oleh oknum seperti mereka. Yang memanfaatkan kewenangannya untuk kepentingan pribadi, bahkan sampai mengancam dan membahayakan hidup orang lain", ujar Rizal serius.

"Aku juga melakukannya karena aku yakin kau tidak bersalah dan patut dibela. Dan selain itu, aku melakukannya karena kita saudara", sambung Rizal.

"Terima kasih banyak karena Abang juga menganggapku saudara. Zaki memang sahabat terbaikku dan aku berhutang banyak padanya", sahut Arya terharu.

Rizal kembali tersenyum.

"Kita saudara bukan karena Zaki, Ar. Tadi malam aku sudah menikah dengan Mita. Jadi sekarang kau adalah saudara iparku, sama seperti Zaki", ucap Rizal, membuat Arya terlihat bingung.

"Aku sudah mengucapkan Ijab Qobul dengan Ayahmu, tadi malam. Sekarang Ayahmu adalah Ayah mertuaku", Rizal menegaskan.

Arya terdiam sejenak, kemudian tertawa kecil.

"Akhirnya ada juga menantu ayah yang orang Indonesia tulen", ucapnya.

Rizal mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Abang perlu tahu. Selain Abang, menantu Prawira Atmadja semuanya produk luar. Isteri saya juga, walaupun cuma lima puluh persen", sambungnya masih tertawa, tapi kemudian terdiam saat teringat Tiara.

"Oh.. jadi begitu? Ya.. sepertinya aku harus memperlancar bahasa inggrisku kalau mau gabung di persatuan menantu keluarga Atmadja", seloroh Rizal, diangguki Arya yang kembali tertawa.

"Begini Ar, aku teringat tentang e-mail video yang kau terima dulu. Apa masih ada?", tanya Rizal.

"Kayaknya masih ada Bang. Kalau Abang perlu, mungkin Zaki bisa membantuku untuk mengambilnya dari e-mailku. Dia tahu passwordnya kok", terang Arya.

"Bagus kalau begitu. Aku berharap bisa menelusuri pengirimnya lewat e-mail itu. Semoga bisa menambah informasi yang kita perlukan", sahut Rizal.

"Baiklah, aku pergi dulu. Semoga kau bisa secepatnya keluar dari sini", ucapnya lagi seraya menyalami Arya kemudian kembali ke ruangannya.

*******

Hari sudah sore, Mita sedang membereskan berkas pemesanan dan pembelian di butiknya. Sebentar lagi sudah jam tutup, tinggal menunggu pelanggan terakhir yang masih belum selesai dengan urusannya.

"Apa ada razia sore ini ya?", tanya salah seorang karyawan pada teman di sampingnya.

Mereka sedang melihat ke luar.

"Mungkin, tapi kenapa cuma ada satu orang?", sahut yang lain.

"Satu juga gak papa, cakep pol gitu kok", yang pertama kembali menyahut seraya tersenyum genit.

"Kalau ada dua kan pas. Masing-masing kita dapat satu", sahut yang kedua lagi, kemudian mereka cekikikan.

"Ada apa sih?", Mita penasaran dengan apa yang mereka perhatikan.

"Eeh.. Mbak Mita gak usah ikutan. Bukan level Mbak ini. Kalo Mbak itu... yang biasa pake mobil sport mewah.. model-model CEO gitu. Kalo yang ini cocoknya buat kita Mbak, kelas motor", celoteh salah satu karyawan itu.

Mita tak paham maksud mereka, lalu ikut melihat keluar.

Mita terbelalak. Ya ampun! Rupanya mereka dari tadi sedang membicarakan Rizal yang tengah duduk di motor di pinggir jalan depan butiknya.

"Cakep kan Mbak? Tapi kayaknya bukan tipe Mbak Mita, deh. Atau Mbak Mita juga bukan tipenya dia. Mana kuat dia ngasih uang belanja kalau isterinya kelas sultan macam Mbak. Bisa-bisa nanti malah Mbak Mita yang ngasih dia uang jajan", canda karyawan yang satunya, disambut tawa yang lainnya.

Mita gerah mendengar candaan mereka. Kemudian dia memandang Rizal dengan sendu. Apa seperti itu pendapat orang tentang pernikahan mereka? Padahal nyatanya Rizal tak sedikitpun peduli dengan uang Mita.

"Kalian suka?", tanya Mita kesal.

"Banget Mbak, suami idaman. Ya gak?", tanya yang satu pada yang lain.

Yang lain itu mengangguk mantap.

"Kalo suka sih, wajar... Emang cakep kok orangnya. Tapi sayang, sudah ada yang punya", jawab Mita.

Senyum mereka tiba-tiba menghilang.

"Mbak kenal dia?", tanya salah satunya.

Mita hanya mengangguk.

"Sudah punya pacar?", tanyanya lagi.

Mita menggeleng.

"Bukan sekedar pacar, tapi isteri", sahutnya.

Mereka ternganga.

"Memangnya Mbak kenal isterinya?", tanya yang lain.

Mita mengangguk lagi.

"Hati-hati, isterinya galak. Kalo ada yang coba ganggu suaminya, bisa diterkamnya kalian", ancam Mita.

"Hiiy... Serem amat tuh perempuan. Orang, apa singa betina sih?", kini mereka berdua malah terbahak.

Mita jadi dongkol dibuatnya. Tak tahan lagi, akhirnya ia keluar dari butik tanpa bicara.

Sampai di luar, Rizal yang melihat Mita langsung berdiri menghampirinya kemudian mengambil bawaan Mita.

Kedua karyawan di dalam butik itupun melongo dengan pandangan horor. Mereka baru sadar dengan apa yang baru saja mereka lakukan. Dan sepertinya mereka harus bersiap untuk mencari pekerjaan baru.

"Kenapa tu muka?", tanya Rizal melihat wajah cemberut Mita.

"Besok-besok gak usah jemput lagi, aku pulang sama Alin aja", ucap Mita masih kesal dengan ucapan kedua karyawannya.

"Kenapa? Malu dijemput pake motor?", sahut Rizal, tak senang dengan ucapan Mita.

"Bukan begitu.. Aku hanya gak suka kalau kita jadi bahan gosip karyawanku", terang Mita, kini juga kesal dengan tuduhan Rizal.

"Memangnya mereka bilang apa? Kalau kita gak selevel dan seharusnya aku tahu diri? Begitu?!", sepertinya masalah yang ia takutkan sudah mulai muncul, bahkan di hari pertama pernikahan mereka.

Mita diam sesaat, kemudian menggeleng lemah.

"Mereka bilang kita gak bakal cocok, soalnya aku berat di ongkos", sahut Mita sedih.

Rizal tersenyum menghela nafasnya.

"Tapi bukan itu yang bikin aku kesal. Kalau cuma itu, aku gak mau ambil pusing. Terserah mereka mau ngomong apa", ucap Mita cemberut.

"Lalu apa?", tanya Rizal.

Mita diam, wajahnya meringis karena sungkan untuk memberitahu sebab dari kekesalannya.

"Kok malah diam?", tanya Rizal lagi.

"Sebenarnya tadi mereka belum tahu kalau kita suami isteri. Mereka bilang kalau kamu itu tipe suami idaman mereka. Terus aku bilang, kamu sudah punya isteri, dan isterinya bisa menerkam mereka kalau berani mengganggu kamu. Eh, mereka malah bilang, kalau isteri kamu kaya singa betina", ujar Mita dengan nada kesal.

Rizal sontak terbahak mendengar cerita Mita.

"Kenapa kamu jadi kesal? Memang gitu kan?", ucapnya masih tak bisa menghilangkan tawanya.

Mita pun geram melihatnya. Bukannya prihatin, Rizal malah ikut membully dirinya.

"Oke, mulai besok kamu pulang sama Alin aja, supaya mereka gak punya bahan gosip lagi", ujar Rizal.

"Ayo berangkat, nanti kesorean ke rumah Zaki", sambungnya.

Mita segera naik ke motor. Kemudian mereka meninggalkan tempat itu, menyisakan dua orang karyawan yang kini merutuki kelancangan mulut mereka.

1
Listya ning
Haii
Salam kenal
Terus semangat Author
Jangan lupa mampir ya 💜
Oe Din
Asmara, konflik bisnis, mafia...
Bagus...
aca
q kasih bunga
aca
g dpet perjaka dpet duda nyanya ell/Curse//Curse/
aca
Fatimah berterima kasih lah ma tiara karena dia kabur lu bs nikah ma loise
aca
lanjutt
aca
bagus c rita nya kok like dikit yah
Oe Din
Lihat yang lebih bagus, seringkali "menyeret" kita pada iri dan dengki...
Puspa Indah
Selamat Membaca...
aca
rejeki Fatimah dpet jodoh ganteng kaya raya/Curse/
aca
tak kasih bunga
aca
lanjuttt
aca
lanjut donk
aca
q kira yg di novel Online istrinya taunya saudara kandung
aca
jd dia adeknya aris pant s aja orang kakak adek nya nikah ma bule
aca
lagi enak enak ama pembokat ya bapaknua hadeh
aca
ariana istri Jason bukan
Puspa Indah: Ho.. oh.. tul 👍
total 1 replies
aca
ariana adik bayu bukan
Puspa Indah: Ariana adiknya Aris dan Arya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!