Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bakat Terpendam Senior Dion
“Aku tau mereka pasti menghawatirkanku. Sulit bagiku untuk bergerak jika mereka ikut bersama, tingkat kewaspadaankupun akan semakin tinggi maka karena itu aku harus pergi sendirian kesana. Datang ke festa Raja Kegelapan adalah satu-satunya cara untuk menemukan dalang dari kejadian di air terjun waktu itu, orang itu pasti ada disana juga. Semua pemilik kegelapan akan berkumpul disana, tentunya tidak akan aku lewatkan kesempatan ini,” Gibela berbicara sendiri sambil berjalan menuju ruang kerja Guru Hayeo.
Setibanya di depan ruang kerja Guru Hayeo Gibela mengetuk pintu ‘Tok tok tok’.
“Apa Guru ada didalam atau dia sudah tidur ?” Gibela berdiri di depan pintu menunggu respon dari dalam ruangan.
“Muridku Gibela masuklah !” akhirnya cukup lama menunggu Guru Hayeo membuka pintunya.
“Kenapa Guru ? apa ada masalah ?” tanya Gibela melihat ekpresi wajah Guru Hayeo seperti kebingungan dan kesal.
“Tidak ada, kemana teman-temanmu ?
mereka tidak ikut ?” tanya Guru Hayeo melihat Gibela yang datang sendirian.
“Mereka sudah tidur,” jawab Gibela menuangkan teh dari poci ke dalam cangkir bercorak bunga tulip.
“Kalian bertengkar ?” tanya Guru Hayeo melihat Gibela tidak seperti biasanya.
“Tidak Guru.”
“Guru aku sudah memutuskan untuk pergi ke festa Kerajaan Kegelapan Jersvile,” tambah Gibela.
“Apa kamu yakin ?” Guru Hayeo terkejut mendengar keputusan Gibela.
“Hemn …” Gibela memainkan cangkir ditangannya sambil memandang bayangan dirinya didalam air teh.
“Apa kamu sudah memikirkannya dengan baik Gi ?”
“Iya Guru.”
“Percuma tadi aku berdebat dengan Dion. Apa boleh buat kalau kamu sudah memutuskan aku juga tidak bisa melarangmu.”
“Nanti aku minta Dion menyiapkan pakaian untukmu dan juga teman-temanmu.”
“Tidak Guru, aku berangkat sendiri.”
“Apa sendiri ? kamu tau kan itu istana kegelapan semua orang pemilik kekuatan hitam ada disana, mungkin saja salah satunya akan mencelakaimu.”
“Jangan khawatir Guru mereka tidak bisa melukaiku sedikitpun.”
“Bagaimana bisa kamu memintaku untuk tidak khawatir sedangkan kamu gak tau tingkat kekuatan yang mereka miliki.”
Disela perdebatan mereka tiba-tiba terdengar seseorang terjatuh ‘gubrak’ Guru Hayeo dan Gibela bergegas mencari sumber suaranya. Yeni, Clara, Rayhan dan Clara sedang menguping di balik jendela depan dekat pintu tanpa sengaja Boy menyenggol pot bunga disamping pintu, Boy berencana menangkap pot bunganya agar tidak terjatuh namun dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
“Siapa disana ?” Gibela dengan siaga mengeluarkan pedang sihir miliknya.
“Keluar kalian !!” teriak Guru Hayeo.
“Hehe Guru ….” Boy keluar dari balik pintu diringi Yeni, Clara dan Rayhan.
“Kalian …”
“Tadi kami lihat ada tikus masuk jadi kami datang untuk menangkapnya iya kan gays ?” Boy menyenggol Clara.
“Eeee benar tapi tikusnya malah kabur jadi Boy terjatuh menyengol pot bunga,”
membawa pot bunga tadi.
Gibela dan Guru Hayeo menatap heran melihat gelagat mereka berempat yang mencurigakan itu.
“Itu dia tikusnya ?”
“Mana mana dimana tikusnya ?” Clara naik keatas meja ketakutan begitupun dengan Yeni bersembunyi dibalik Rayhan.
“Hehe …” Boy mengusap-ngusap kepalanya karena malu ketangkap basah berbohong.
“Ternyata akting kalian sangat buruk,” Gibela kembali duduk.
“Kalian masuklah !” ucap Guru Hayeo.
“Baik Guru,” bergegas ke dalam lalu menutup pintunya, sebelum pintu tertutup rapat datang seseorang menahannya.
“Hah ?”
“Sebentar !!” ternyata itu Dion.
“Senior Dion ?”
“Salam Guru, salam Ketua Gi, salam teman-teman …” ucap Dion.
“Salam Senior …” balas mereka.
Untuk sesaat mereka semua terdiam hanya terdengar tetesan air diluar, Dion yang baru saja datang kebingungan dengan situasi sekarang.
“Gibela ?”
“Iya Guru ?” melirik Guru Hayeo.
“Jika tidak dengan teman-temanmu pergilah dengan Dion !” suara Guru Hayeo melembut agar Gibela setuju.
“Jangan khawatir Guru, aku adalah murid terbaikmu tidak mudah bagi mereka untuk mengalahkanku.”
“Kami setuju dengan Guru !” keempat temannya bersemangat mendukung saran Guru Hayeo.
“TIDAK,” mendengar ketegasan Gibela Yeni dan Boy sampai menelan ludah.
“Bagaimana ini dia sangat keras kepala,” bisik Clara pada Rayhan.
“Tidak masalah tapi dengan satu syarat,” teman-temannya serentak melihat Guru Hayeo tidak percaya menyetujui keputusan Gibela.
“Apa syaratnya ?” Guru Hayeo melirik Dion memberikan isarat.
“Tapi Guru sebelum itu aku datang kesini karena ini …” membuka box hitam berpita emas yang sedari tadi dipegangnya.
“Gaun ?” Yeni dan Clara saling menatap.
“Baru saja utusan Istana Kegelapan datang kemari dan memberikan ini, mereka bilang kalau hadiah ini dari Raja Kegelapan untuk Gibela,” memberikannya pada Gibela.
“Wah cantik banget,” Clara terpesona melihat gaun pesta yang didesain elegan dan mewah berwarna merah.
“Raja Kegelapan berpesan agar Gibela mengenakannya untuk pesta besok,” tambah Dion.
“Eh bentar apa muat ?” Yeni mengangkat alis sebelah kanannya.
“Mari kita lihat ..” Rayhan menyandingkan gaun pestanya dengan tubuh Gibela.
“Gila cocok banget,” ukuran bajunya pas di badan Gibela.
“Jadi penasaran bagaimana Raja Kegelapan tau ukuran Gibela,” Yeni menatap ke langit-langit gedung.
“Didalamnya seperti ada sesuatu,” Rayhan melihat kilauan merah dari balik kain kuning bungkus gaun pesta tadi.
“Gelang ?” tambah Rayhan mengeluarkan gelang berlian berwarna merah mengkilap.
“Oh jadi gitu, paham paham perhiasan gelang dan kalung waktu itu satu pasang. Lihat dari warna serta motifnya juga sama,” Yeni menyandingkan gelang dan kalungnya.
“Dan gaun ini cocok dipadukan dengan perhiasan itu,” Clara mengambil gaun pesta dijejerkan dengan gelang dan kalung.
“Bagaimana menurutmu Gi ?” tanya Yeni melirik Gibela yang sedang berdiri cukup jauh dari mereka. Gibela hanya tersenyum tanpa ekspresi lalu dalam hatinya berkata “Bagus belum tentu aku mau memakainya.”
“Lebih bagus buatan Dion,” komentar Guru Hayeo dingin.
“Guru barusan berkata apa ? dia baru saja memujiku,” Dion kegirangan sampai matanya berlinang.
“Keluarkan punyamu Dion,” ucap Guru Hayeo bangga.
“Tada ini dia gaun ciptaanku dengan desain sederhana dan tentunya aman melindungi pengguna,” membuka kain hitam yang menutupi gaun miliknya.
“Ini senior sendiri yang buat ?” Rayhan memegang gaunnya.
“Benar sekali.”
“Sama-sama cantik,” membandingkan gaun merah pemberian Raja Kegelapan dengan gaun merah muda milik Dion.
“Karena aku tidak tau ukuran badan Ketua Gi jadi aku mendesainnya seperti ini,” membalik gaun, bagian belakang gaun terbelah terlihat tali penghubung bagian kanan dan kiri gaunnya.
“Waw luar biasa,” Clara terkagum-kagum.
“Gak nyangka ternyata Senior Dion sangat berbakat,” ucap Boy.
“Bukan hanya itu Dion juga merancang gaun ini dengan teknologi dan sihir,” tambah Guru Hayeo memperlihatkan keamanan yang akan diberikan gaun itu terhadap penggunanya.
“Canggih,” Boy terpaku kagum.
“Kenapa Senior tiba-tiba membuat sebuah gaun ?” tanya Gibela penasaran.
“Mencoba hal baru yang bisa menyalurkan hobiku,” Dion tersenyum.
“Memangnya apa hobi Senior ?”
“Merakit sesuatu,” Dion tersenyum lebar.
“Jadi gaun mana yang kamu pilih ?” tanya Rayhan.
“Keduanya.”
“Hah ??? kamu gak mungkin memakai keduanya kan ?” Yeni bingung dengan jawaban Gibela.
“Jika aku memakai gaun Senior Dion bagaimana pendapat orang kerajaan kegelapan tentang itu mereka akan bilang kalau aku tidak menghargai pemberiannya dan jika aku memakai gaun pemberian Raja Kegelapan maka akan menyakiti perasaan Senior Dion.”
“Jadi ?”
“Tanyakan pada Senior Dion,” saat Gibela menjelaskan Dion langsung mengerti maksud perkataannya.
“Senior ??” mereka terpelongo melihat tatapan Gibela pada Senior Dion.
“Guru katakan sesuatu ?” dari belakang Clara bertanya.
“Kalian lihat saja nanti.”
“Ini gak adil,” ucap Clara.
“Sudah ayo kita bantu Senior Dion,” Yeni menarik tangan Clara.
“Walaupun tidak menjamin sepenuhnya
keamanan Gibela setidaknya ini akan membuat aku tidak terlalu khawatir, aku harus yakin karena dia adalah murid unik yang paling istimewa di gedung pod milikku,” suara hati Guru Hayeo.
Yeni, Clara, Boy, dan Rayhan sibuk membantu Dion merombak gaun pestanya. Gaun yang akan dipakai Gibela yaitu gaun pemberian Raja Kegelapan namun gaunnya ditambahkan teknologi dan sihir sesuai gaun ciptaan Dion, selain itu Dion merubah beberapa bagian kecil di gaun itu seperti mutiara putih dan tali renda emas. Awalnya Gibela memperhatikan Dion dan teman-temannya lalu dia pergi mengambil air minum dan berhenti di dekat jendela besar menghadap bulan yang bersinar terang.
“Kamu selalu bisa memenangkan hati semua orang,” Guru Hayeo menghampirinya.
Gibela tersenyum lalu berkata “Jika tidak seperti itu Guru tidak akan tenang membiarkan aku pergi sendirian.”
“Kamu benar dan juga keras kepala,” Guru Hayeo pindah ke sisi lain jendela besar itu.
“Jika tidak bukan Gibela namanya,” tertawa Kecil.
“Cincin ini tidak bisa ditembus penerawang identitas asli,” memberikan cincin perak polos.
“Pakai terus cincin ini selama kamu berada di lingkungan kekuatan hitam, mereka yang berusaha menerawang identitas aslimu tidak akan bisa melihat apapun,” tambahnya menjelaskan.
“Oh iya Gi bagaimana keadaan Oppa-oppa mu ?”
“Mereka sedang disibukan untuk konser di Jepang Guru.”
“Lain kali ajak mereka main kemari !”
“Siap Guru pastinya.”
“Aku harus berfoto bersama mereka, secara mereka kan artis besar di dunia fana,” gumam Guru Hayeo.
“Guru mengatakan sesuatu ?”
“Tidak ada, ayo kita lihat perkembangan karya Dion,” ajak Guru Hayeo berjalan duluan.
“Sudah sampai mana ?” tanya Gibela melihat kesibukan mereka.
“60% dari 100%,” jawab Dion tanpa menoleh.
“Aku rasa menyelesaikannya membutuh waktu yang lama,” sela Yeni.
“Mendengar penjelasan Senior Dion tampak mudah mengerjakannya tapi tapi aslinya ribet banget,” sambung Clara mengelap keringat yang bercucuran.
“Baiklah aku akan membantu kalian ?” Gibela melipat baju lengannya.
“Eh tidak tidak kamu istirahat duluan saja, besok malam kamu kan harus berangkat kepesta jadi gunakan waktumu sekarang untuk tidur,” Clara mendorong Gibela keluar pintu ruang kerja Guru Hayeo.
“Ada benarnya juga apa kata mereka,” Gibela berjalan menuju ruang 3F.
“Apa bisa selesai dalam 1 malam ?” tanya Guru Hayeo ragu mereka bisa.
“Bisa,” serentak mereka mengatakannya dengan yakin.
“Mari kita lihat dari masa pembuatan berhari-hari menjadi 1 malam,” Guru Hayeo meledeknya seakan tidak percaya mereka dapat melakukannya.
Guru Hayeo menyaksikan mereka sambil menandatangi beberapa dokumen yang dikirimkan para dewan tadi siang. Dion mengerjakan gaunnya semalaman dibantu Clara, Yeni, Boy dan Rayhan. Demi keselamatan Gibela mereka mengeluarkan tenaga extra agar hasilnya memuaskan dan tentunya selesai tepat waktu. Bulan berganti Matahari kini sinar pagi mulai menyorot ruang kerja Guru Hayeo dan mereka masih sibuk kecuali Guru Hayeo, setelah menyelesaikan pekerjaannya Guru Hayeo pergi kekamarnya untuk tidur. Sebelum jarum jam menempati angka 8 akhirnya mereka dapat menyelesaikan gaunnya.
“Akhirnya ..” Clara menjatuhkan diri kelantai.
“Guru lihat kan kami bisa menyelesaikannya dalam 1 malam,” Dion bersender ke dingding.
“Tidak disangka kami bisa menyelesaikan proyek yang asalnya selesai selama berhari-hari menjadi 1 malam berkat kerja keras dan kerja sama kami,” Rayhan duduk lemas di kursi.
“Luar biasa kalian adalah murid-muridku yang hebat,” Guru Hayeo mengacungkan jempol disaat yang bersamaan merekapun langsung tertidur di tempat.
Di lapang tempat pelatihan Senior Erik dan Senior Dimas menunggu kedatangan grup 3F, sudah 3 jam mereka menunggu tapi tidak kunjung datang.
“Kemana mereka ?” Erik melihat Matahari mulai naik di tengah-tengah.
“Sepertinya mereka lupa,” jawab Dimas santai.
“Bagaimana bisa mereka melupakannya begitu saja ?”
“Sudah menjadi adat bagi mereka.”
“Benar lagi dan lagi selalu saja begini, aku pergi dulu !” melempar tongkatnya pada Dimas.
‘Tok tok tok’ setibanya di ruang 3F Erik langsung mengetuk pintu “Tidak ada respon,” Erikpun mencoba mengetuknya kembali dan ternyata hasilnya sama tidak ada yang merespon.
“Ketua Gi apa kamu di dalam ? teman-teman ….” Mengetuk pintunya berulang kali.
“Sepertinya mereka tidak ada di ruangan ?” berbalik pergi.
“Siapa ?” Gibela membuka pintu.
“Astaga …” Erik terkejut melihat Gibela yang dibalut selimut bergambar karakter tocky.
“Oh ternyata Senior Erik, ada perlu apa sampai-sampai Senior datang kemari di pagi buta begini,” mata Gibela belum sepenuhnya terbuka.
“Pagi buta ? ini sudah hampir tengah hari.”
“Jangan bercanda Senior.”
“Lihatlah …” menunjukan waktu diponsel miliknya.
“Apa sudah pukul 11 lebih,” Gibela menutup pintunya sekaligus.
“Maaf sungguh maaf Senior, sebentar lagi aku menyusul ..” Gibela membuka pintu lalu menutupnya kembali.
“Astaga Ketua yang satu ini memang memiliki keunggulan dan keistimewaan tapi selalu saja membuat geleng kepala,” berjalan kembali ke tempat latihan.
Sambil menunggu Gibela datang, Erik dan Dimas membahas materi lanjutan yang kemarin disampaikan. Gibela mempercepat madinya dan bergegas berpakaian agar bisa segera pergi ke lapangan latihan menyusul Erik. Suara riuh murid-murid terdengar sampai ke telingan Gibela yang masih berada dikamarnya.
“Ada yang kurang tapi apa yah ? ya sudahlah mungkin perasaanku saja,” keluar ruangan lalu mempercepat langkahnya.
“Maaf Senior kita terlambat karena aku.”
“Tidak apa, mari kita mulai mereka sudah lelah menunggu.”
“Temen-temen sorry yah,” Gibela membungkuk 90° di depan barisan teman-teman junior seangkatannya.
“Tidak masalah, sebaiknya dipercepat Mataharinya mulai terik,” jawab salah satu murid.
“Tentu,” jenis latihan yang sedang dipelajari adalah jenis penerapan sihir di benda yang diinginkan, tapi karena hal ini hanya bisa dilakukan oleh sihir tingkat tinggi jadi hanya Gibela yang bisa memperaktekannya.
Walaupun Erik dan Dimas sudah senior tapi tingkat kekuatan sihir mereka baru sampai di tingkat menengah. Tidak membutuhkan waktu lama Gibela selesai memberikan tekniknya, teman-temannyapun mulai mengerti meski belum bisa mempraktikkannya.
“Ada pertanyaan ?”
“Tidak ada.”
“Baiklah latihannya sampai disini, terima kasih semuanya.”
“Terima kasih kembali,” balas teman-temannya.
“Seperti biasa dua jempol untuk Ketua Gi,”
Erik mengangkat kedua jempol tangannya.
“Jangan berlebihan Senior, kalian tidak kalah hebat dariku.”
“Ketua Gi sangat rendah hati,” puji Dimas.
“Senior bisa aja,” Gibela tersenyum sambil melepaskan sarung tangan.
“Biasanya teman-temanmu selalu mengintil, tapi dari tadi aku tidak melihat mereka.”
“Ya ampun aku lupa,” mengangkat dagunya.
“Kalau begitu aku pergi dulu Senior,” sambungnya berlari.
Gibela melihat jam tangan yang menunjukan pukul 1:24 siang, dia semakin mempercepat langkahnya menuju ruang kerja Guru Hayeo. Ketika membuka pintu Gibela disugguhkan dengan permandangan teman-temannya dan juga Dion yang tidur disembarangan tempat.
“Nyaman sekali yah,” muncul ide jahil di otak Gibela.
Senyum jahat menghiasai wajah Gibela yang berseri, dia berlari secepat mungkin kedapur tempat makan mengambil panci dan centong.
“Kebakaran kebakaran ada kebakaran,” memukul-mukul panci menggunakan centong.
Boy terkejut langsung bangun “Dimana dimana dimana ada kebakaran ?”
“Kebakaran …” Rayhan hampir saja terjatuh dari kursi untungnya dia segera berdiri walaupun masih sempoyongan.
“Hahahaaaaa,” Gibela tertawa puas melihat ekspresi kaget mereka.
“Gibela awas kou yah !!” Yeni tersadar mengejar Gibela.
“Gak kena, wleee….” berlari menghindari Yeni.
“Keren ternyata kalian benar-benar bisa menyelesaikannya,” Guru Hayeo keluar kamar dan melihat karya Dion terpajang sempurna.
“Sudah aku bilang bahwa kami bisa dan sekarang terbukti bukan hoaamm,” Dion menguap berkali-kali.
Gibela duduk di jendela terbuka lalu berkata
“Sudah tidak diragukan lagi kemampuan senior ini memang luar biasa dan tentunya teman-temanku juga hebat,” Yeni melihat kesempatan membalas Gibela.
“Mau lari kemana lagi ?” Yeni melihat targetnya dan wah Yeni hendah menjahili Gibela tapi karena terkejut Gibela terjatuh.
“Gibela ???” hendak menangkap tangan Gibela, semua orang berlari melihat keadaan Gibela yang terjatuh dari lantai paling atas gedung pod.
“Apa yang terjadi ?” Guru Hayeo terkejut Gibela seperti di lindungi sesuatu, tubuhnya melayang sebelum menyentuh tanah kini dirinya bersinar mengeluarkan cahaya emas.
“Apa itu Guru ?” Rayhan bertanya bingung.
“Aku juga tidak tau,” Gibela naik dengan sendirinya lalu turun, seakan sudah biasa Gibela tersenyum pada mereka semua.
“Kamu kalah Yen,” mengedipkan mata sebelah kirinya.
“Hah ..” Yeni memiringkan kepalanya.
“Emnn sepertinya kalian sudah menyelesaikan gaunnya, kalau begitu aku coba yah ?” mengambil gaunnya.
Semua orang hanya menatap bengong melihat Gibela berjalan pergi dari depan mereka.
“Dia benar-benar membuatku pusing,” Guru Hayeo duduk memegangi kepalanya, Dion yang melihatnyapun langsung mengambilkan air minum.
“Kalian bantu dia bersiap-siap !” perintah Guru Hayeo.
“Baik Guru,” meski masih merasa aneh mereka langsung pergi menyusul Gibela ke ruangan 3F.
“Dion bawa buku penerang dunia magic padaku !” Dion langsung pergi mengambilnya.
Tanpa sengaja melihat bok perhiasan “Pasti dia lupa Ray, Boy tolong berikan kalung dan gelangnya !” mereka mengangguk lalu mengambil perhiasannya di atas meja.
“Kamu lihat tadi Gibela sangat santai padahal kita sangat terkejut melihatnya seperti itu,” Yeni berjalan bersama Clara mengikuti Gibela.
“Sulit dipercaya tapi kita melihatnya dengan mata kepala sendiri,” Clara berbicara melihat punggung Gibela yang membawa gaun.
“Kalian disini juga ?” sesampainya di ruangan.
“Ayo kami bantu kamu bersiap.”
“Baiklah,” masuk kekamar mandi untuk menganti pakaiannya.
“Kalian melupakan ini …” Rayhan dan Boy datang menyusul mereka.
“Oh iya ….” mengambilnya.
“Rey Boy kalian disini ?” Gibela keluar dari kamar mengenakan gaun pestanya.
Mereka terpukau melihat kecantikan Gibela, gaun itu sangat cocok dengan warna kulit Gibela yang berwarna putih langsat.
“Gi kamu cantik banget,” dimata Clara seperti muncul bintang-bintang.
Biasanya Gibela berpakaian sederhana bahkan belum pernah terlihat dia mengenakan rok atau pakaian cewek banget.
“Heyy kalian kenapa ?” melambaikan tangannya tepat di depan muka mereka.
“Gi kamu cocok banget pake gaun seperti ini,” Yeni tersadar.
Yeni memegang kedua tangannya terus memintanya duduk di kursi untuk memakaikan kalung dan gelang yang tadi di bawa Rayhan dan Boy.
“Aku bantu mengenakannya,” Clara membantu memasangkan kalung di leher Gibela.
“Aist aku jadi gak PD,” Gibela berdiri di depan cermin.
“Si Raja Kegelapan itu pasti makin tergila-gila.”
“Setidaknya Raja Kegelapan lebih tampan darimu,” ledek Yeni.
“Orang seperti itu kamu bilang tampan sulit dipercaya matamu harus diperiksa Yen.”
“Memang Raja Kegelapan tampan,” Clara sependapat dengan Yeni.
“Lalu aku ?” menunjuk dirinya sendiri.
“Tanyanya saja ke cermin !” Boy yang mendapat respon teman-temannya itupun memalingkan muka karena kesal.
“Ketua Gi apa sudah siap ?” terdengar suara Dion.
“Sebentar lagi Senior,” jawab Gibela merapihkan gaunnya.
“Jemputannya sudah datang, waw apa ini benar Ketua Gi atau bidadari yang turun dari surga.”
“Lihat pipinya…” Yeni dan Clara tertawa kecil di belakang Gibela.
“Haist kenapa harus pakai yang beginian sih,” Gibela kesusahan berjalan memakai gaun itu.
“Eiiittts tunggu coba berjalan lagi !” Clara memperhatikan cara berjalan Gibela yang salah saat menggunakan gaun festa.
“Tidak tidak bukan begitu Gi, sebentar Senior sepertinya aku harus mengajari tuan putrinya dulu.”
Clara meminta Gibela bolak-balik berjalan dengan benar saat menggunakan gaun festa. Sejak SD Clara sudah diajarkan berjalan layaknya model dan juga para bangsawan, meski orangtuanya tidak memiliki waktu untuk mengajari Clara tapi mereka ingin anaknya menerima pelajaran yang baik karena itu mereka memasukan Clara ke sekolahan terbaik.
“Benar begitu ?” Gibela berhasil, teman-temannya sudah jenuh menunggu.
Clara berpikir dan lama menjawab “Kurang satu lagi …” memakaikan sarung tangan putih pelengkap penampilan Gibela.
“Okey sempurna.”
“Akhirnya ..” Yeni segera berdiri pergi.
“Ayo pergi mereka pasti sudah menunggu,” ajak Dion berjalan paling depan.
Guru Hayeo berdiri di depan gedung utama dekat tangga paling atas menunggu kedatangan Gibela beserta teman-temannya.
“Kenapa mereka lama sekali cepat susul !” perintah Guru Hayeo.
“Baik Guru,” salah satu muridnya pergi menyusul.
Gerbang utama di jaga kurang lebih 20 skot keamanan pemilik kekuatan tingkat menengah. Skot keamanan adalah nama penjaga yang diperintahkan Guru Hayeo untuk menjaga keamanan seluruh gedung pod dan sekitarnya. Terdengar suara skot kemananan “Rombongan Raja Artha dari Kerajaan Kegelapan Jersvile telah tiba,” suara genderang berbunyi sebagai tanda kedatangannya. Raja Artha datang menggunakan kereta kuda hitam diukiran indah berwarna emas yang ditarik kuda putih dan kusir pria tua berjenggot selain itu kereta kuda di kawal dua kuda coklat yang ditunggangi Jendral Patrik dan Panglima Fira. Kereta kuda berhenti tepat di depan tangga utama gedung pod.
“Salam Guru Hayeo,” Raja Artha turun dari kereta kudanya.
Raja Artha terlihat gagah perkasa dengan baju Raja yang dikenakannya, simanya semakin terlihat karena dia saat ini mengenakan mahkota Raja.
“Salam Yang Mulia, suatu kehormatan Anda menjemput sendiri murid kami,” selain di temani murid tingkat menengah Guru Hayeo juga didampingi empat orang dewan gedung pod.
“Dimana Dia ?”
“Sebentar lagi datang, mari masuk dulu !”
sebelum mereka menaiki tangga Gibela datang dari sisi Timur.
Raja Artha terpesona melihat Gibela dan dalam hatinya berkata “Dia sangat cantik mengenakan gaun itu benar-benar cocok menjadi Ratuku”.
“Loh bukannya dia bilang yang jemput Gibela Jendral Patrik ?”
“Mungkin dia berubah pikiran,” jawab Clara.
“Atau mungkin takut Gibela diambil orang secara dia kan sangat popular dikalangan pria.”