Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17. Di serang
Bram menatap wajah Kinara dengan berbagai tanda tanya. Tak biasanya Kinara bertanya tentang urusan pribadi orang lain.
"Boy adalah salah satu anak dari saudara uncle. Ayah kandungnya telah meninggal sejak ia masih kecil. Ia dibuang oleh ibu kandungnya."
"Tentu saja uncle menganggap Boy seperti anak uncle sendiri. Sama seperti Nona Muda, yang uncle jaga dan uncle rawat sejak kecil." jawab Bram.
Kinara sempat tertegun mendengar penjelasan Bram. Jika ayah kandung Boy telah meninggal dunia, apakah itu artinya Boy benar-benar yang memimpin Naga Hitam saat ini untuk menggantikan sang ayah ?.
"Orang yang uncle maksud adalah pria dalam foto ini ?." tanya Kinara penuh selidik.
"Ya itu adalah sepupu uncle, dan ayah kandung Boy." jawab Bram tanpa ada sedikitpun keraguan.
"Lalu apa hubungannya dengan mama ?." tanya Kinara lagi.
Bram hanya menggelengkan kepalanya. Sementara Kinara hanya bisa menghela nafas dan perlahan melepaskannya.
"Lalu apa yang uncle lakukan jika Boy melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal ?." tanya Kinara lagi.
"Tentu uncle akan menghukumnya dengan tangan uncle sendiri. Tapi bolehkan uncle bertanya, apa yang membuat gadis kecil uncle ini mulai kepo dengan urusan pribadi orang lain, Hem ?." tanya Bram dengan lembut.
"Kinara hanya penasaran saja, berawal dari foto ini dan juga yang ini." jawab Kinara dengan menunjukkan foto bayi kembar yang ia temukan di dalam rumah Arin.
Bram meraih foto tersebut dan memperhatikan dengan seksama. Ia hanya diam seribu bahasa. Tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Uncle juga baru tau jika Boy mempunyai saudara kembar. Baru tadi uncle tau dari kakek Fatih." ucap Bram sambil menghela nafas.
Kinara memperhatikan raut wajah Bram yang terlihat sangat sendu. Ada sebuah duka yang tersirat dalam wajah pria yang selama ini menjaga dan merawatnya.
"Maaf uncle jika, Kinara membuat uncle sedih. Kinara hanya ingin tau tentang kota J dan juga orang-orang yang ada di sekitar Kinara." ucap Kinara dengan sedikit menyesal.
Ia merasa sungkan sendiri, saat ia menaruh curiga kepada pria yang selama ini mempertaruhkan nyawanya untuk keselamatan dirinya.
"Untuk apa meminta maaf, uncle juga ingin tau banyak tentang keadaan kota J saat ini. Saat uncle meninggalkan kota ini keadaannya jauh lebih baik."
"Dan setelah uncle kembali banyak hal yang berubah dan itu sedikit membuat uncle kurang nyaman." jelas Bram.
Keduanya kemudian bercerita saat mereka masih tinggal di kota J ini. Dimana mereka masih menikmati kebahagiaan bersama keluarga.
Tak terasa waktu cepat berlalu, Bram meninggalkan Kinara. Ia ingin segera menemukan Boy secepatnya, karena ia tidak ingin Boay dalam bahaya.
Sementara Kinara menuju ke sekolah Nusa Bangsa, ia ingin mencari sesuatu di sekolah itu. Sekolah yang telah membuat sang kakak menderita selama ini.
Dan saat ini Kinara berada di tengah lapangan tepatnya di lokasi Kinan terjatuh. Dengan teliti Kinara melihat setiap jengkal lantai yang kini ia pijak.
Setelah lama mengamati, Kinara menemukan sebuah pola yang tergambar di dalam peta usang itu.
Dengan ingatannya yang seperti kamera, Kina mencoba memecahkan pola-pola yang ada dihadapannya. Tapi sayangnya disaat ia sedang mencobanya, ada sepasang mata yang mengawasinya.
Kinara melirik ke arah bayangan yang bersembunyi di balik pohon dan tanaman bunga disekolah itu.
Dengan cepat Kinara melakukan gerakan yang seolah-olah ia sedang melakukan yoga, meskipun sebenarnya agak terasa aneh, karena orang melakukan yoga ditempat seperti ini.
Setelah melakukan beberapa gerakan yoga, Kinara melemparkan senjata andalannya untuk melumpuhkan lawannya.
Kinara tersenyum saat tembakannya tepat sasaran. Setelah itu Kinara berjalan menuju belakang sekolah.
Lokasi dimana Kinan dinyatakan meninggal dunia. Ia ingin tau siapa sebenarnya jasad yang menggantikan Kinan, dan bagaimana bisa wajah jenazah itu bisa sama persis dengan wajah Kinan.
Kinara kini sedang berdiri dilokasi yang ia tuju. Meskipun sudah beberapa hari dari kejadian ditemukannya jasad Kinan, tapi Kinara berharap dapat menemukan sesuatu yang bisa memudahkan penyelidikan nya.
Kinara memperhatikan sekitar, sudut matanya menangkap bayangan seseorang. Dan dengan reaksi yang sangat cepat Kinara berhasil mundur dua langkah untuk menghindari tembakan dari seseorang yang bersembunyi di antara pepohonan.
"Ternyata si cupu ini mempunyai sedikit keahlian, atau itu hanya sebuah kebetulan saja." ucap seseorang yang muncul di belakang Kinara.
Dan menyia-nyiakan kesempatan Kinara langsung memberikan bogem mentah pada orang yang ada dibelakangnya.
Keduanya kemudian terlibat dalam perkelahian. Hal itu membuat bayangan yang bersembunyi akhirnya menunjukkan wajahnya.
Semakin lama semakin banyak orang yang keluar dari persembunyiannya. Kinara mengirimkan sinyal kepada anggota Dom Anggels.
Kinara diserang oleh beberapa orang, dan dengan lincahnya ia menghindari serangan demi serangan yang ditujukan kepadanya.
Dengan nafas yang mulai ngos-ngosan, para penyerangan itu akhirnya mengeluarkan secajata api dan juga senjata tajam dari balik bajunya.
"Sial, kami terlalu meremehkan mu gadis cupu, aku kira cupu ternyata suhu."
" Tapi hari ini kau akan tau siapa yang menjadi suhu di sini."
"Jangan banyak bicara, sebaiknya kita bawa gadis ini dengan cepat sebelum mereka datang."
"Serang !."
Ucapan serta perintah yang keluar dari mulut pria kekar itu membuat sepuluh orang langsung mengepung Kinara.
Kinara langsung memasang kuda-kuda untuk menyambut serangan dari musuh yang mengepungnya.
Dor ! Tembakan pertama dapat Kinara hindari dengan sangat mudah. Namun tak cukup sampai disitu, tembakan demi tembakan di arahkan pada Kinara.
Kinara hanya bisa menjadikan tubuh salah satu dari mereka sebagai tameng dari peluru panas itu.
Satu persatu dari mereka mulai tumbang. Dan disaat Kinara menghindari sebuah tembakan, pria yang berdiri tak jauh dari Kinara dengan cepat berlari sambil mengarahkan pedang panjang ditangannya ke arah punggung Kinara.
Sett ! Pedang panjang itu mengenai punggung Kinara, sehingga ia terhuyung ke depan, sayangnya ada sebuah kaki yang langsung menendang dadanya.
Bug
Tubuh Kinara jatuh ke tanah dengan darah yang mulai membasahi pakaiannya. Tanpa mengeluh sedikitpun Kinara berusaha untuk bangkit.
Lagi-lagi ia diserang oleh lawan, Kinara berguling ke samping untuk menghindari tendangan tersebut.
"Ternyata memang mempunyai kemampuan. Tapi kau kalah jumlah dengan kami. Jadi bersiaplah untuk pergi ke neraka." ucap salah satu dari penyerang itu.
Dor !
Jleb !
Salah satu peluru hampir mengenai tubuh Kinara, untungnya ia dengan cepat melompat ke udara sambil melemparkan sebolah pisau ke arah kepala si penembak.
Dan kepala itu langsung berlumuran darah karena pisau yang tajam tertancap sempurna di batok kelapa si penembak itu.
Dengan gerakan memutar Kinara langsung melemparkan pisau-pisau kecil yang ia simpan di balik bajunya. Layaknya seorang pembina bertangan dingin Kinara menghabisi lawannya satu persatu.
Dor
Dor
Dor
Terdengar suara tembak menembak di antara kedua belah pihak. Kinara mulai berkunang-kunang karena kehilangan banyak darah.
"Nona anda terluka ! Maafkan kami karena kami datang terlambat." ucap Jay sambil menopang tubuh Kinara yang hampir terjatuh.
"Bawa aku ke markas !." ucap Kinara pelan.
"Bereskan semua kekacauan ini, dan jangan sampai ada jejak sedikitpun." perintah Jay kepada beberapa orang anggota Dom Anggels.