NovelToon NovelToon
Gelapnya Jakarta

Gelapnya Jakarta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Preman
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Raka, seorang pemuda 24 tahun dari kota kecil di Sumatera, datang ke Jakarta dengan satu tujuan, mengubah nasib keluarganya yang terlilit utang. Dengan bekal ijazah SMA dan mimpi besar, ia yakin Jakarta adalah jawabannya. Namun, Jakarta bukan hanya kota penuh peluang, tapi juga ladang jebakan yang bisa menghancurkan siapa saja yang lengah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Jalan Tak Terlihat

Malam itu, Jakarta seolah mengatur ulang ritme kehidupannya. Di balik deru kendaraan dan kebisingan kota yang tak pernah tidur, ada sekelompok orang yang sedang berjuang dalam bayang-bayang.

Raka, Nadia, dan Surya berjalan terburu-buru melalui gang-gang sempit, berusaha menghindari patroli yang masih berkeliaran setelah peristiwa tadi. Namun, meskipun keringat menetes di pelipis, Raka merasa ada ketenangan yang tidak biasa menyelimuti pikirannya.

"Ini gila," kata Surya dengan napas terengah-engah.

"Polisi hampir saja menemui kita tadi. Kita harus segera keluar dari Jakarta."

Raka menoleh, wajahnya tertekan, tapi matanya penuh tekad. "Kita tidak akan pergi kemana-mana sebelum Viktor jatuh."

Nadia menatap Raka dengan pandangan penuh keteguhan.

"Dan kita akan membuatnya jatuh, bukan?"

Raka mengangguk. "Ya. Tapi kita harus lebih hati-hati. Viktor bukan hanya seorang pengusaha—dia lebih dari itu. Dia punya orang di setiap sudut kota. Dan aku yakin, dia sudah tahu kita masih hidup."

"Dia tidak akan menyerah," tambah Surya dengan nada serius. "Kita tahu itu. Tapi kita juga punya sesuatu yang dia inginkan—bukti itu."

Raka berhenti sejenak, matanya menerawang. "Bukti itu hanya sebagian dari cerita. Tapi apa yang kita tahu tentang dia, tentang jaringan kejahatan yang dia bangun, itu yang paling penting. Kita harus menyebarkan informasi ini, ke orang yang tepat."

"Tapi siapa yang bisa dipercaya?" tanya Nadia, matanya penuh keraguan.

"Lalu bagaimana jika... jika kita terlalu terburu-buru?"

"Tidak ada waktu untuk menunggu," kata Raka. "Viktor semakin kuat. Kita harus bergerak cepat."

Mereka terus berjalan, bersembunyi di balik bayang-bayang dan gedung-gedung besar Jakarta yang seakan menelan mereka dalam kegelapan.

**Di Markas Viktor**

Di tempat yang jauh, Viktor berdiri di dalam ruang kerjanya yang besar. Suasana di sekitarnya sunyi, kecuali suara derap langkah kaki penjaganya. Di atas meja, layar monitor menyala, menunjukkan peta kota dengan titik-titik yang menandakan gerakan mereka.

"Ini harus selesai," ujar Viktor dengan suara datar, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

"Mereka pikir bisa lari. Tapi mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi."

Di belakangnya, seorang pria berbadan besar, yang sejak tadi berdiri diam, melangkah maju.

"Apa rencana kita, Tuan Viktor?"

Viktor berpaling, matanya tajam seperti pisau.

"Kita harus menghabisi mereka. Aku tidak mau ada yang tersisa untuk mengancamku. Tidak ada pengecualian."

Pria itu mengangguk.

"Apakah kita akan melibatkan orang luar?"

"Tidak," jawab Viktor, suaranya penuh penekanan.

"Kita selesaikan ini sendiri. Aku tidak mau ada pihak lain yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini."

Viktor berbalik, menatap peta kota yang kini mulai memperlihatkan jejak-jejak Raka, Nadia, dan Surya. Matanya menyala dengan api balas dendam.

"Kita akan memburu mereka sampai mereka tidak bisa kemana-mana lagi."

**Kembali ke Raka dan Nadia**

Pagi baru saja menyingsing ketika mereka akhirnya tiba di tempat yang aman. Sebuah rumah kontrakan yang tersembunyi di dalam perumahan padat, jauh dari jangkauan orang-orang yang bisa mengenali mereka.

Mereka baru saja duduk, lelah setelah malam yang panjang dan penuh ketegangan. Namun, ketenangan itu hanya sebentar, karena Raka tahu betul pertempuran belum selesai. Bahkan, ini baru dimulai.

"Kita butuh bantuan," kata Nadia, menatap Raka dengan serius. "Orang-orang yang benar-benar bisa membantu kita untuk menghentikan Viktor."

Raka menghela napas panjang, memikirkan kata-kata Nadia.

"Kita tahu satu hal, mereka tidak bisa dipercaya begitu saja. Tapi kita harus menemukan seseorang yang bisa membawa kita lebih dekat ke jantung dari semua ini."

Surya yang sejak tadi diam, tiba-tiba berbicara.

"Aku punya satu orang yang mungkin bisa membantu. Dia bukan orang baik, tapi dia tahu banyak. Kalau kita ingin menghancurkan Viktor, kita harus tahu lebih banyak tentang apa yang dia sembunyikan."

"Siapa dia?" tanya Nadia, matanya berbinar.

"Seorang informan. Dia bekerja di dalam lingkaran dekat Viktor. Aku sudah pernah berurusan dengannya sebelumnya." Surya menjelaskan.

"Tapi dia hanya akan berbicara jika kita bisa memberikan sesuatu yang bernilai."

Raka menatap Surya dengan penuh tanya.

"Apa yang bisa kita tawarkan padanya?"

"Yang dia inginkan hanya satu hal," jawab Surya dengan suara pelan. "Uang. Banyak uang."

Nadia mengernyit, "Kita tidak punya banyak uang, Surya."

"Tapi kita punya sesuatu yang lebih berharga," jawab Surya. "Bukti tentang Viktor. Dan dia tahu itu."

Raka mengangguk. "Baiklah. Kita akan mencari dia dan menukarkan informasi itu. Tapi kita harus hati-hati. Viktor pasti sudah mencium bau kita."

Mereka memutuskan untuk segera mencari jalan menuju informan itu. Namun, mereka tahu sekali bahwa setiap langkah yang mereka ambil, semakin dekat mereka pada bahaya yang lebih besar.

Viktor kini tidak hanya menjadi ancaman untuk mereka, tetapi juga bagi seluruh Jakarta. Dan Raka tahu, jika mereka tidak bertindak dengan cepat dan tepat, kekuasaan Viktor bisa menyebar lebih luas lagi—tak hanya menguasai kota, tapi juga kehidupan mereka.

Mereka duduk dalam keheningan sejenak, merenungi apa yang baru saja mereka bicarakan. Meskipun tubuh mereka lelah, pikiran mereka berputar lebih cepat dari sebelumnya.

Raka bisa merasakan ketegangan di udara, seolah setiap detik yang berlalu semakin membawa mereka lebih dekat ke jurang yang tak bisa mereka hindari. Viktor tidak akan berhenti begitu saja. Bahkan jika mereka berhasil mendapatkan bukti yang mereka butuhkan, masih banyak lagi yang harus dihadapi.

Mereka tidak hanya melawan seorang pengusaha kaya, tetapi juga sistem yang sudah terjalin erat di dalam kota ini, yang melibatkan banyak pihak dan saling terkait dengan kekuasaan yang lebih besar.

Tapi ada satu hal yang membuat Raka tetap bertahan: mereka tidak sendirian. Meskipun dunia ini dipenuhi dengan kebohongan, pengkhianatan, dan ketakutan, ada sekilas cahaya harapan yang bisa mereka raih jika mereka bekerja sama.

Nadia, Surya, dan dirinya sendiri, mereka adalah tim yang tidak hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk kebenaran yang lebih besar.

"Jangan pernah lupakan satu hal," kata Raka akhirnya, memecah keheningan yang semakin terasa pekat.

"Kita mungkin hanya sekelompok orang kecil yang melawan kekuatan besar. Tapi kalau kita bersatu, kita bisa meruntuhkan semua itu. Tidak ada yang tidak bisa dihancurkan jika kita punya tujuan yang jelas dan keberanian untuk terus berjuang."

Nadia menatap Raka, matanya penuh tekad.

"Kau benar. Viktor mungkin punya uang, punya pengaruh, tapi kita punya satu hal yang tidak dia miliki: tekad yang tak tergoyahkan. Kita tidak akan berhenti sampai dia jatuh."

Surya, yang dari tadi hanya diam, mengangguk setuju.

"Benar. Tapi kita harus hati-hati. Setiap langkah kita sudah dipantau. Viktor pasti sedang menyiapkan serangan balasan. Kita harus pastikan informan itu memberi kita apa yang kita butuhkan, dan kita harus cepat. Kalau kita terlambat, semuanya akan sia-sia."

Raka menarik napas dalam-dalam, merasakan beratnya kata-kata Surya. Mereka memang tidak punya banyak waktu. Viktor semakin cerdas dalam bergerak, dan setiap langkah yang mereka ambil semakin dekat dengan risiko.

Namun, meskipun tantangan itu besar, mereka tidak bisa mundur. Mereka sudah begitu jauh, dan mereka sudah membayar harga yang terlalu mahal untuk hanya menyerah.

"Tapi kita punya satu kesempatan ini," kata Raka, suara penuh keyakinan. "Kita harus ambil dan buat itu bekerja untuk kita. Kalau kita gagal, ya… setidaknya kita sudah berjuang sampai akhir."

Mereka semua saling berpandang, menyadari bahwa ini adalah titik tanpa jalan kembali. Tidak ada lagi mundur, tidak ada lagi jalan aman. Mereka akan terus maju, ke dalam bahaya yang tak terhindarkan, berjuang untuk sebuah kebenaran yang jauh lebih besar daripada apa yang mereka pikirkan sebelumnya.

Jakarta yang terang benderang dengan cahaya kota dan gedung-gedung tinggi seolah menyimpan segala rahasia kelam dalam setiap sudutnya.

Setiap gang, setiap jalanan, setiap lorong gelap menyembunyikan cerita yang lebih besar dari sekadar kehidupan sehari-hari. Namun di balik keramaian kota yang tak pernah tidur ini, ada sekelompok orang yang berani melawan.

Mereka bukan hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk masa depan yang lebih baik, yang bebas dari tirani kekuasaan Viktor dan orang-orang seperti dia.

"Apa yang kita hadapi sekarang," kata Raka, "akan menentukan apakah kita benar-benar bisa merubah Jakarta, atau kita hanya akan jadi bagian dari sejarah yang terlupakan."

Perjuangan ini bukan hanya tentang kemenangan pribadi, tetapi juga tentang masa depan kota yang penuh harapan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, dan mungkin akan semakin sulit di sepanjang jalan.

Tapi mereka sudah membuat keputusan, mereka akan terus berjuang, tidak peduli seberapa gelap jalanan itu, atau seberapa berat tantangan yang mereka hadapi.

Dengan keyakinan yang baru, mereka bersiap untuk langkah selanjutnya. Mereka tahu, jalan yang mereka pilih ini tidak mudah, tetapi itulah satu-satunya jalan menuju kebebasan. Mereka berjanji satu sama lain untuk tidak mundur, untuk terus maju, hingga akhirnya mereka bisa mengakhiri semua ini dan mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi di balik bayang-bayang kekuasaan.

Jakarta mungkin bisa dilihat sebagai kota yang penuh dengan kebohongan, pengkhianatan, dan kekerasan, tapi di dalamnya masih ada harapan dan harapan itu adalah kekuatan yang akan membawa mereka untuk melawan segalanya.

Tidak ada yang tahu bagaimana pertempuran ini akan berakhir, tetapi yang pasti, mereka akan berjuang sampai akhir. Karena mereka tahu, mereka bukan hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk setiap orang yang terjebak dalam kekuasaan yang menindas.

Dan di atas segala kekacauan itu, Raka tahu satu hal, tak ada yang lebih kuat daripada tekad untuk menuntut keadilan meski itu berarti harus menghadapi kegelapan yang ada di dalam hati kota ini.

1
Irhamul Fikri
kenapa bisa kesel kak
ig : mcg_me
gw pernah hidup kayak gini di bawah orang, yg anehnya dlu gw malah bangga.
hadeh hadeh, kesal banget klo inget peristiwa pd wktu itu :)
ig : mcg_me
semangat Arka
Irhamul Fikri: wah pastinya dong, nanti di bagian ke 2 lebih seru lagi kak
total 1 replies
Aditya Ramdhan22
wow mantap suhu,lanjutkan huu thor
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: siap abngku
total 2 replies
Putri Yais
Ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 2 replies
Aditya Warman
berbelit belit ceritanya
Aditya Warman
Tolong dong tor,jangan mengulang ngulang kalimat yg itu² aja ..boring bacanya...jakarta memang keras...jakarta memang keras...
Heulwen
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Uchiha Itachi
Bikin saya penasaran terus
Zuzaki Noroga
Jadi nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!