NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan Gara Gara Prank

Nikah Dadakan Gara Gara Prank

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Paksa / Pelakor jahat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Shusan SYD

Nikah dadakan karna di jodohkan ❌ Nikah dadakan gara gara prank ✅ Nikah dadakan karna di jodohkan mungkin bagi sebagian orang memang sudah biasa, tapi pernah gak sih kalian mendadak nikah gara gara prank yang kalian perbuat ? Emang prank macam apa sampe harus nikah segala ? Gw farel dan ini kisah gw, gara gara prank yang gw bikin gw harus bertanggung jawab dan nikahin si korban saat itu juga, penasaran gimana ceritanya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shusan SYD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 34

Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Alesha, yang biasanya memelukku sebelum tidur, kini lagi-lagi membelakangi ku. Aku memandang punggungnya yang terbungkus selimut, mencoba menebak apa yang sedang dia pikirkan. Rasa gelisah yang aku rasakan sejak tadi siang kini malah semakin menguat.

Beberapa kali aku mendengar bunyi langkah kakinya ke kamar mandi. Ini bukan kebiasaan Alesha. Dia jarang bangun di tengah malam, apalagi sampai beberapa kali. Aku ingin bertanya, tapi rasa takut menghalangi. Takut jika pertanyaanku justru membuatnya merasa tak nyaman.

Aku memutuskan untuk menunggu sampai dia kembali ke ranjang. Saat dia berbaring, aku memberanikan diri untuk berbicara.

"Sha..." panggilku pelan, memastikan dia belum terlelap.

Dia hanya bergumam, tak menjawab.

"Kamu sakit, ya ?" tanyaku lagi, dengan nada yang lebih cemas.

"Aku gak apa apa kok," jawabnya singkat, tapi suaranya terdengar lelah.

"Tapi kamu nggak kayak biasanya," ucapku, mencoba mendekatinya sedikit.

Alesha terdiam cukup lama, dan aku hampir berpikir dia tidak akan merespons. Tapi akhirnya, dengan suara pelan, dia berkata,

"Aku nggak sakit, Farel. Tadi siang mungkin aku kebanyakan makan pedes, tapi aku udah minum obat kok." ucapnya.

"Beneran ?" tanyaku.

Dia masih membelakangi ku.

"Iya."

"Alesha," aku memanggil namanya dengan lembut tapi tegas.

"Udah tidur lagi aja." ucapnya.

Dia berbalik, matanya menatapku dengan lelah. Ada sesuatu yang bergejolak di sana, tapi dia tampak ragu untuk mengatakannya.

"Aku gak apa apa kok." ucapnya meyakinkan.

Aku ingin mempercayainya, tapi hati kecilku berkata lain. Aku mengangguk pelan, memilih untuk tidak memaksanya.

"Oke, kalau kamu bilang gitu."

Dia mengangguk kecil sebelum kembali memunggungi ku. Aku tidak bisa tidur malam itu, pikiranku terus berputar. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, dan aku tidak tahu apa itu.

Beberapa jam kemudian, aku kembali mendengar suara langkahnya menuju kamar mandi. Kali ini aku memutuskan untuk menyusul. Aku berdiri perlahan, membuka pintu kamar dengan hati-hati, dan melihatnya bersandar di wastafel. Wajahnya tampak pucat, dan dia memegang perutnya.

"Sha ?" panggilku, membuatnya terkejut.

Dia langsung berdiri tegak, mencoba terlihat normal.

"Masih sakit perutnya ?" tanyaku. Dia hanya menggeleng pelan.

"Apa kamu mual lagi ?"

Dia menggeleng, tapi matanya mulai berkaca-kaca. Aku tahu dia sedang mencoba menahan sesuatu.

"Ehmm... Lambungku mungkin kambuh lagi," jawabnya pelan.

Aku menghela napas panjang, merasa semakin cemas.

"Besok kita ke dokter, ya ?"

Dia tidak menjawab, hanya menunduk. Ada keheningan di antara kami yang terasa berat, sebelum akhirnya dia berkata.

"Gampang lah, aku baik baik aja kok."

Aku hanya bisa menatapnya dengan perasaan campur aduk. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, dan aku merasa semakin terasing. Aku ingin percaya padanya, tapi intuisi ini berkata bahwa ada lebih dari sekadar "asam lambung" yang dia katakan

Keesokan paginya, aku bangun lebih awal dari biasanya. Mata terasa berat karena tidur yang tidak nyenyak, tapi aku memaksakan diri untuk bangun. Alesha masih berbaring di sampingku, terlihat tenang, tapi wajahnya sedikit pucat. Aku ingin membangunkannya, tapi kurasa lebih baik dia istirahat sebentar lagi.

Aku pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan. Biasanya Alesha yang melakukan. Aku membuat roti panggang sederhana dengan selai dan segelas susu hangat untuknya.

Ketika aku kembali ke kamar, Alesha sudah bangun. Dia duduk di tepi ranjang, tangannya memegang kepalanya seolah sedang menahan pusing.

"Sha, kamu udah bangun?ini aku bawain sarapan," ucapku seraya meletakkan nampan dimeja kecil di sampingnya.

Dia menoleh dan tersenyum tipis, tapi senyumnya terasa dipaksakan.

"Makasih, Rel. Tapi aku nggak lapar."

"Alesha, kamu harus makan. Kalau nggak, nanti malah tambah lemes," bujuk ku.

Dia terdiam sejenak, lalu mengangguk kecil. Dia mengambil sepotong roti, menggigitnya perlahan, tapi tak lama kemudian dia berhenti dan meletakkannya kembali. Wajahnya tampak tidak nyaman.

"Kenapa, Sha ? Mual lagi ?" tanyaku cemas.

Dia mengangguk sambil menutupi mulutnya dengan tangan.

"Aku nggak tahu kenapa akhir-akhir ini rasanya begini terus," ucapnya pelan.

"Kita ke dokter aja nanti siang, ya ?" tawarku.

Dia menatapku sejenak, lalu menggeleng.

"Nggak usah, nanti aja kalau masih begini beberapa hari lagi."

Aku menghela napas, tapi memutuskan untuk tidak memaksanya.

"Kamu ini juga udah beberapa hari loh kayak gini." ucapku.

"Enggak, baru beberapa hari aja kok." jawabnya.

Alesha mungkin hanya menghabiskan setengah dari sarapannya setelah itu, kita bersiap untuk kuliah. Aku mencoba membantunya sebisa mungkin, membawakan tasnya, menyiapkan jaket, bahkan mengambilkan air putih sebelum kita berangkat.

Di atas motor, suasana jadi terasa canggung. Biasanya, Alesha akan bercerita tentang banyak hal, mulai dari rencana hari ini sampai hal-hal kecil yang terjadi kemarin. Tapi kali ini dia lebih banyak diam. Aku mencoba mencairkan suasana.

"Sha, nanti kalau kuliah selesai, kita mampir makan dulu, ya? Kamu pasti belum makan banyak," ujarku.

Dia hanya menjawab singkat,

"Lihat nanti aja."

Aku tidak ingin memaksanya, tapi sikapnya yang dingin ini terus membuatku bertanya-tanya. Apakah ini hanya karena dia tidak enak badan, atau ada sesuatu yang lain ?

Sesampainya di kampus, Alesha langsung pergi ke kelas tanpa banyak bicara. Aku mengawasinya sampai dia menghilang di balik pintu ruang kuliah. Perasaan khawatir itu tidak hilang, malah semakin menguat.

Sore hari, suasana sedikit berbeda. Alesha yang tadi siang tampak lelah kini terlihat lebih ceria, meski wajahnya masih agak pucat. Dia mendekatiku seraya membawa tas kecil di tangannya.

"Farel," panggilnya dengan nada yang sedikit manja, sesuatu yang jarang dia lakukan akhir-akhir ini.

"Hmm ? Kenapa ?" tanyaku, sedikit terkejut dengan perubahan sikapnya.

"Aku pengen makan rujak cingur," ucapnya tiba-tiba.

Aku mengerutkan kening.

"Rujak cingur ? Sekarang ?"

Dia mengangguk dengan antusias.

"Iya. Tapi nggak sembarang rujak cingur. Aku mau yang di warung dekat taman kota. Kamu tahu, kan ? Yang sambelnya pedes banget itu ?"

Aku menghela napas sambil tersenyum kecil. Ini hal yang jarang terjadi, tapi anehnya, aku merasa lega melihatnya bersemangat seperti ini setelah sikap dinginnya semalam.

"Katanya lagi asam lambung, kok makannya pedes ?" tanyaku.

"Please." pintanya memohon.

"Oke, kita cari. Tapi jangan marah kalau si amangnya udah pulang."

Dia langsung tersenyum lebar.

"Kalau gak ada ya, kita cari tempat lain. Aku juga pengen es cendol, tapi yang nggak terlalu manis."

Aku hanya mengangguk seraya menyalakan motor.

"Ayo, kita jalan."

Sepanjang perjalanan, angin sore yang sejuk menyapu wajah kita. Alesha duduk di belakangku seraya sesekali menunjuk arah, meskipun aku sebenarnya sudah hafal ke mana tujuan kita. Ada sesuatu yang berbeda dengan caranya memegang bahuku kali ini. Lebih erat, seolah dia benar-benar ingin menikmati momen ini.

Sebenarnya alesha ini kenapa?

1
Asyifa Khaira
Ya ella salsa,,, gini ajak kok nggak ada perasaan sama sekali 😁
NR_01: hay kak,
total 1 replies
weele waeee
LAGII
NR_01: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!