Rizki Bayu Saputra adalah seorang anak yang di besarkan oleh kakeknya yang merupakan pensiunan angkatan bersenjata.
Sebelum Kakeknya wafat dia telah menitipkan amanat bahwa dia harus mencari sebuah kebenaran di salah satu kota besar di negara tersebut.
apakah Rizki mampu menyelesaikan amanat mendiang kakeknya?
serta mendapatkan kebenaran tentang semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dina Primrose Amarantha
“wanita yang sangat merepotkan!" ujar Rizki yang kesal.
"seenaknya saja berbicara dan langsung pergi tanpa memberiku waktu untuk menolak ajakannya!” tambah Rizki yang masih saja mengomel.
Putri dan Dian yang sedari tadi memperhatikan Dina akhirnya bertanya saat Dina sudah duduk kembali bersama mereka.
“apa yang kau katakan kepada si culun?!” tanya Dian penasaran.
“aku ingin dia mengantarku belanja dan menemani ku makan!” jawab Dina dengan lugas.
“apa kau yakin?!” tanya Dian yang merasa heran.
“apa si culun itu menjadi standarmu?!” tanya Putri yang penasaran.
“kenapa kalian berisik sekali, aku mengajaknya keluar untuk mencari informasi tentang siapa dia sebenarnya?!” jawab Dina kepada sahabatnya.
“apa kau sudah memiliki rencana?!” tanya Dian kepada Dina dengan penasaran.
“itu mudah sekali, kalian tunggu saja nanti!” ujar Dina dengan yakin.
Semua persiapan sudah di lakukan dengan baik oleh Dina.
Untuk dapat mengetahui siapa Rizki yang sebenarnya.
Putri dan Dian hanya dapat menyetujui semua persiapan yang Dina lakukan.
Entah kenapa mata kuliah hari ini terasa lebih cepat bagi Rizki, tidak seperti biasanya yang terkesan lebih lama dan membosankan.
“sebaiknya aku segera pulang dan beristirahat!” ujar Rizki yang berjalan kearah pemberhentian bus.
“Rizki tunggu!!” teriak Dina dengan keras.
“ada apa Dina?!” tanya Rizki dengan malas.
“apa kau lupa, kau harus menemaniku belanja dan makan malam!” ujar Dina dengan menarik tangan Rizki menuju ke dalam mobilnya.
“ehh tunggu, aku kira itu hanya bercanda!” jawab Rizki dengan cepat.
“sudah ikut dan temani aku, sebagai ucapan maafku karena telah melibatkan mu dan terimakasih karena telah menyelamatkan ku!” ujar Dina yang mulai menyalakan mobilnya.
"bukan kah ini terkesan seperti pemaksaan?!" ujar Rizki dengan polos.
Dina yang mendengar hal itu pun menjadi sedikit marah.
"kenapa setiap kali ucapan yang kau lontarkan selalu menyakitkan?!" ucap Dina dengan cemberut.
"seharusnya kau merasa bangga bisa berjalan dengan wanita cantik seperti ku!" tambah Dina dengan percaya diri.
"ehh apa aku harus memberi tahu mu sesuatu?!" tanya Rizki dengan cepat.
"apa itu? Cepat katakan!" ujar Dina yang penasaran.
"ehh tidak jadi, lupakan saja semua yang tadi ku ucapkan!" ujar Rizki yang langsung diam.
Dina yang sadar bahwa Rizki sedang mengerjainya menjadi sedikit kesal.
Dina pun mencubit Rizki di bagian perut yang menyebabkan Rizki berteriak.
"kenapa kau mencubit ku?!" ujar Rizki yang masih memegangi perut bagian sampingnya.
"karena kau menyebalkan!" ucap Dina dengan meledek Rizki.
Mobil Dina pun melaju kearah Grand Mall yang merupakan salah satu Mall terbesar di kota Nozel.
Grand Mall selalu menjadi pusat perdagangan fashion terbaru dan terbaik bagi semua kalangan muda.
Selain itu Grand Mall juga menjadi tempat terbaik untuk mengahabiskan waktu bersama dengan kekasih.
Saat diperjalanan Dina yang melihat Rizki hanya diam saja menjadi sedikit bingung.
“Rizki, apa kau terpaksa menuruti ajakan ku?!” tanya Dina dengan mata fokus menatap jalan.
“ehh tidak kok, aku tidak berpikir seperti itu!” jawab Rizki dengan ragu.
“sebentar lagi kita sampai, kau boleh pergi jika kau terpaksa menemaniku!” ucap Dina yang terlihat sedih.
“ehh tidak, kenapa kau berkata seperti itu? aku akan menemanimu makan dan belanja!” jawab Rizki cepat dan tersenyum.
Jawaban Rizki membuat Dina senang.
"sebentar lagi aku akan tahu siapa kamu sebenarnya!" guman Dina dalam hatinya.
Dina dan Rizki pun telah tiba di Grand Mall dan Dina sedang memakirkan mobilnya.
“ayo turun dan temani aku, setidaknya aku merasa aman jika bersama dengan orang yang aku kenal!” ujar Dina yang menarik tangan Rizki.
Rizki dan Dina terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berpacaran di Mall ini.
Banyak tatapan aneh yang melihat keduanya, jika perempuan mereka menunjukan ekspresi tertawa seperti menghina.
Jika laki laki menatap dengan ekspresi yang iri dengan keberuntungan pria culun itu.
Bagaimana tidak seorang yang berpenampilan culun dengan kaca mata besar berjalan dengan seorang dewi seperti Dina.
“apa kah kau harus terus begini?!” tanya Rizki yang mulai kurang nyaman karena menjadi pusat perhatian.
“memangnya kenapa? Apa kau malu berjalan dengan ku?!” tanya Dina dengan senyum manisnya.
“kau benar, aku malu karena pria culun seperti ku bisa berjalan dengan gadis cantik sepertimu!” jawab Rizki dengan pelan.
“sudah tidak perlu merasa malu, sekarang aku akan membelikan mu pakaian agar kau bisa terlihat lebih tampan!” ujjar Dina yang menarik lengan Rizki.
“ehh kenapa kita tidak makan terlebih dahulu, ini sudah masuk waktu makan malam!” ucap Rizki dengan berpura pura lemas.
“kau benar, perutku juga merasa lapar!” ujar Dina yang berbelok menuju salah satu restoran mahal di Grand Mall.
“Dina aku tidak akan sanggup bayar jika makan disini!” ucap Rizki spontan.
“tenang aku yang akan membayar semuanya sebagai ucapan terimakasih!” ucap Dina yang telah duduk.
Setelah itu Rizki dan Dina pun makan dengan lahap.
"berapa harga makanan ini?!" tanya Rizki kepada Dina.
"aku harus jawab jujur atau bohong!" jawab Dina yang mengejek Rizki.
"apa semua pria yang mendekati mu tidak merasa kesal dengan sikapmu?!" ucap Rizki yang kesal dengan Dina.
Saat sedang makan dan bercanda tiba tiba ada seorang pria yang berjalan mendekat kearah meja tempat Rizki dan Dina sedang makan.
“halo cantik, apa boleh aku ikut duduk disini?!” tanya pria itu tanpa menoleh sedikitpun kearah Rizki.
“Rizki apa kau sudah selesai, jika sudah segera bayar dan tinggalkan restoran ini!” ajak Dina kepada Rizki dan tidak menghiraukan pria yang baru datang itu.
Dina dan Rizki pun pergi menuju kasir untuk membayar makanan yang tadi mereka makan dan pergi keluar tanpa menoleh sedikitpun kepada pria itu.
“kau terlihat sangat bodoh sekali Juan!” ucap salah seorang temannya.
“tidak ada yang pernah berani untuk menghinaku sampai seperti ini!” ujar Juan kepada temannya.
"mereka bahkan tidak menghiraukan mu teman!" ucap temannya memanasi.
“segera kejar mereka Harry, akan ku buat mereka berdua menyesal!” ajak Juan kepada temannya Harry.
Rizki dan Dina pun berjalan jalan kembali di Grand Mall.
"apa kau masih belum mendapatkan baju yang kau inginkan?!" tanya Dina dengan spontan.
"sudah tidak perlu menghiraukan aku, lagipula makanan tadi sudah cukup!" ujar Rizki dengan tenang.
Dina yang mendengar itu sedikit bingung, karena sebenarnya dia tinggal membuat kode untuk pengawal keluarganya.
Saat berjalan dengan tenang tiba tiba Rizki menyadari bahwa mereka sedang di ikuti.
Seketika saat itu juga Rizki menarik tangan Dina dan mencoba berjalan cepat kearah salah satu toko baju.
Dina pun menjadi terkejut dengan prilaku Rizki.
“Rizki kenapa kau menarik ku? Jika kau ingin membeli baju disini tinggal bilang tanpa harus menyakiti tangan ku!” ujar Dina dengan kesal dan memegangi tangannya.
“maafkan aku Dina, sebaiknya kita pulang saja!” ucap Rizki yang merasa bersalah.
Setelah jawaban Rizki itu yang mengajak pulang Dina pun merasa sedikit bersalah.
“ehh tidak apa Rizki maafkan aku karena terlalu keras memarahimu!” ucap Dina menyesal.