Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5
Kini ular tersebut di kelilingi warna putih yang terang. Dia tidak menyadari bahwa dia juga mengalami hal yang sama.
"Jadi, siapa namamu?" Yenrou tidak mungkin manggilnya dengan sebutan 'Ular' saja.
"Nona, karena anda adalah tuan ku yang baru, maka anda harus memberikan nama kepada ku. " Ucapnya dengan senyuman di bibirnya.
"Baiklah... Aku akan menamai mu dengan panggilan Sengthai. Seperti nya itu terdengar bagus, bukan?"
"Ya, aku suka nona."
"Tapi bagaimana aku akan membawa dirimu setiap hari, apakah kau bisa berubah jadi manusia?"
"Saat ini belum bisa nona, anda bisa memasukkan ku ke ruang dimensi nona."
"Ruang dimensi? Aku tidak mempunyai ruangan itu."
"Anda bisa mengambil permata yang ada di kepala ku. Permata itu memiliki ruang dimensi, dan aku akan bisa berubah menjadi manusia jika permata itu di cabut dari kepala ku."
"Siapa yang meletakkan permata hijau itu di kepalamu?"
"Itu... itu sebenarnya segel, tetua memberikan segel kepadaku, karena aku menolak untuk menjadi penerus pemimpin berikutnya. Aku adalah naga betina, seharusnya dia mencari naga jantan untuk menjadi penerusnya."
"Oh, jadi kamu naga?"
"Iya nona, hanya saja karena aku di segel. Jadi, aku tidak bisa menunjukkan wujud asliku. Untuk berubah dengan wujud manusiaku, aku juga tidak bisa sebelum segel itu tercabut."
"Apakah kamu yakin, aku bisa mencabutnya?"
"Tentu saja, karena saat ini anda adalah pemilik ku."
"Karena kamu merasa yakin, baiklah.. aku akan mencoba melepaskannya."
Kemudian Yenrou mendekat dan mencondongkan dirinya agar bisa sampai ke tengah-tengah kepala Ular besar itu.
Saat ini tubuh ular tersebut sebenarnya sudah mengalami perubahan. Awalnya dia tidak memiliki sisik, tapi saat ini kulitnya berubah bersisik, berwarna putih dan tebal.
Gu Yenrou menaruh tangannya ke atas permata tersebut dan mencoba menariknya.
Pada awalnya permata itu sama sekali tidak bergerak, tapi Yenrou menggoyang-goyang kan permata tersebut. Mera belum ada pergerakan dia bertanya.
"Apakah sakit?"
"Aku masih bisa menahannya nona."
"Baiklah, tahan sedikit lagi." Gu Yenrou mengeluarkan sebuah belati dari kakinya, dia mulai mencongkel permata yang ada di kepala ular itu.
Dan benar saja, permata itu mulai bergerak dan tidak berapa lama Yenrou berhasil mengambilnya.
Tapi tiba-tiba saja anging kencang berputar-putar datang dan mengelilingi ular tersebut.
Permata yang ada di telapak tangan Gu Yenrou sepertinya mulai menyusut dan tiba-tiba menghilang. Hanya saja tiba-tiba dia memiliki cincin dengan permata hijau.
Dia memperhatikan cincin tersebut. Dia ingin mengeluarkan dari jari-jarinya, tapi tidak bisa sama sekali.
Tidak berapa lama, angin tersebut berhenti. Saat ini penampilan ular tersebut telah berubah, ternyata di memiliki kaki empat dan ekornya bersisik panjang dan di ujungnya seperti ada ekor bulu yang tebal.
Bola matanya berwarna hijau dengan kumis yang sedikit panjang.
"Kamu wanita, tapi... berkumis?" Yenrou memperhatikan ular itu dan berucap dengan spontan.
Sengthai menatapnya tidak percaya, 'apakah nona sedang memujiku atau mengejekku?' Dia masih bingung dengan gaya bahasa manusia.
Walaupun dia bisa berbicara dan mengerti bahasa manusia, tapi terkadang jika membedakan sindiran atau pujian dia masih belum paham.
"Apakah terlihat jelek?" Itu yang dilontarkan naga betina itu.
"Tidak jelek, hanya saja sedikit... lucu."
'Lucu? Kumis ku lucu...? Nona, sebaiknya anda tidak meremehkan kumis ku.' Gumamnya dalam hati tidak tenang.
'Kumis itu identitas klan naga, mengapa dia bilang lucu... ' Sengthai tidak tahu harus tertawa atau menangis....
apakah anak kecil itu adalah putra mahkota pertama