Hendry, pria dewasa berusia 32 tahun itu mulai merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya bersama sang istri yang sudah berjalan 5 tahun.
Di karuniai seorang putri cantik di usia pernikahan ke 4, tak membuat rumah tangganya dengan Julia lebih berwarna. Yang ada, Hendry di buat frustasi karna sang istri hanya fokus mengembalikan bentuk tubuhnya pasca melahirkan putri mereka 1 tahun yang lalu.
Julia seolah lupa jika dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai istri.
Wanita berusia 28 tahun itu juga mengabaikan putri kecil mereka. Alih-alih mengurus anak, Julia justru lebih senang menghabiskan waktu di salon dan tempat gym.
Tingkah Julia benar-benar membuat Hendry sangat muak. Kalau bukan karna cinta dan anak, mana mungkin dia masih bertahan dengan istri hanya mementingkan diri sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Hendry tergoda dengan gadis yang mengasuh anaknya sejak 5 bulan terakhir. Gadis yang tak lain adalah adik tiri Julia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Julia pergi ke ruang kerja suaminya dengan membawa secangkir kopi buatan Bella, dia akan membujuk Hendry supaya mengijinkannya berlibur ke Paris bersama genknya.
Tok,, tok, tok,,
"Sayang, ini aku,," Seru Julia kemudian membuka pintu tanpa menunggu jawaban dari Hendry.
Hendry tampak sedang berkutat dengan setumpuk berkas dan laptop yang menyala. Ada banyak pekerjaan yang membuat Hendry harus bergadang di ruang kerjanya.
Julia menutup pintu sambil tersenyum lebar ke arah Hendry. Hendry membalasnya dengan senyuman tipis, dia menutup laptop dan membereskan berkas di atas meja.
Kalau Julia sudah datang ke ruang kerjanya dengan membawa secangkir minuman, itu artinya Julia akan meminta sesuatu padanya. Bertahun-tahun hidup bersama Julia, tidak heran Hendry sangat memahaminya. Bahkan sebelum Julia bicara pun, Hendry sudah tau apa yang diinginkan oleh istrinya itu.
Namun Hendry menyayangkan Julia yang tidak berusaha untuk memahaminya. Selama ini Hendry yang lebih banyak mengalah, dia juga harus bicara panjang lebar jika menginginkan sesuatu dari Julia karna istrinya itu tidak peka. Sampai detik ini Hendry mungkin masih bisa memakluminya, tapi jika Julia masih tetap seperti ini, pasti akan sangat melelahkan berusaha memahami pasangan yang tidak berusaha untuk memahaminya juga.
"Aku buatkan kopi kesukaan kamu." Kata Julia sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja kerja Hendry. Kopi buatan Bella yang dia klaim seenaknya. Padahal sedang ingin membujuk Hendry, tapi menyediakan kopi untuk Hendry saja harus menyuruh Bella karna dia malas membuatnya. Lebih baik menggedor pintu kamar adik tirinya itu yang sudah tertidur untuk membuatkan kopi.
"Sudah malam, kenapa belum tidur.?" Tanya Hendry yang pura-pura tidak tau tujuan istrinya. Dia kemudian meraih cangkir itu dan meneguk kopinya untuk menghargai usaha istrinya yang sebenarnya sangat jarang menginjakkan kakinya di dapur. Apalagi sampai memegang peralatan dapur, bisa-bisa nail art mahal di jari-jarinya rusak kalau bersentuhan dengan peralatan dapur.
Hendry terdiam setelah meneguk kopinya, dia yakin kopi itu tidak dibuat oleh Julia, melainkan buatan Bella. Beberapa kali di buatkan kopi oleh Bella, Hendry bisa membedakan mana kopi buatan istri dan buatan adik iparnya.
Tapi Hendry tidak akan menegur Julia hanya karna soal kopi. Cukup tau saja kalau istrinya sudah berbohong.
"Aku menunggu kamu sejak tadi, tapi tidak datang-datang. Aku pikir pekerjaan kamu sangat banyak, mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu di ruang kerja, jadi aku datang kesini saja." Tuturnya dengan suara manja.
Awalnya Julia hanya berdiri di samping Hendry, sekarang malah menarik sedikit kursi Hendry kebelakang, lalu duduk di pangkuannya. Dengan manja Julia mengalungkan kedua tangannya di leher Hendry.
Hendry mengecup sekilas bibir Julia, seperti apapun sifat dan kekurangannya, Julia tetap istrinya. Tetap ada cinta dihatinya untuk wanita yang telah melahirkan buah cinta mereka.
Terkadang Hendry merasa dia belum jadi suami yang baik hanya karna Julia sulit di arahkan dan masih sibuk dengan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keluarganya.
Julia tersenyum senang saat Hendry mengecup bibirnya lebih dulu, karna merupakan pertanda kalau suasana hati Hendry sedang baik saat. Jadi Julia tidak ragu untuk membahas soal keinginannya.
Sebelum bicara, Julia sedikit menggoda dengan melu- mat bibir Hendry dan menye- sapnya cukup lama. Mereka melepaskan pagutannya saat hampir kehabisan nafas. Julia tersenyum nakal sembari mengusap sudut bibir Hendry.
"Sayang sekali aku sedang datang bulan." Ujar Julia. Ucapannya seolah memberitahu Hendry kalau dia sedang tidak bisa ber cinta dan memuaskan suaminya itu.
"Masih bisa menggunakan cara lain." Sahut Hendry cepat. Sorot matanya terlihat sudah berkabut ga irah. Hendry sudah terpancing hanya karna Julia duduk di pangkuannya dan melakukan kissing. Dia berharap bisa menuntaskannya malam ini meski dengan cara manual.
"No. Kalau seperti itu cuma kamu yang puas." Tegas Julia yang enggan melakukan permintaan Hendry.
"Sayang, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan." Nada bicara Julia kembali terdengar manja. Jemarinya mengusap-usap rahang tegas Hendry.
"Tidak usah merayu seperti ini kalau hanya ingin bicara, kamu membuatnya bangun tapi tidak mau tanggungjawab." Ujar Hendry datar.
"Katakan mau apa.?" Tanyanya to the point.
Julia tersenyum lebar tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Sepertinya memang tidak peka dengan keinginan dan kebutuhan suami. Alih-alih memikirkan ucapan Hendry, Julia malah semangat untuk mengutarakan maksudnya.
"Sayang minggu depan jadwalnya liburan dengan teman-temanku. Tahun kemarin aku tidak ikut karna baru melahirkan Ale." Tuturnya dengan wajah sendu. Julia dan genknya memang selalu pergi berlibur ke luar negeri bersama setiap 1 tahun sekali. Liburan itu hanya di khususkan untuk mereka-mereka saja tanpa membawa pasangan ataupun anak. Dan Hendry sudah terbiasa saat di tinggal Julia berlibur ke luar negeri tanpa dirinya.
"Tahun ini ijinkan aku ikut ya.? Kamu tidak keberatan kan sayang.? Hanya 10 hari." Julia berusaha membujuk Hendry. Sebenarnya Hendry bukan type suami yang mengekang istri. Selama ini Julia mendapatkan kebebasan dari Hendry dan dia merasa sangat beruntung untuk hal itu. Meski sudah menikah dan memiliki anak, Hendry tidak membatasi ruang geraknya di luar sana.
"Bagaimana kalau aku tidak memberimu ijin.?" Tanya Hendry dengan wajah serius, namun Julia menganggap Hendry hanya bercanda.
"Tentu saja aku akan terus membujuk mu sampai kamu memberi ijin." Jawab Julia kemudian mengecup sekilas bibir Hendry.
Hendry menghela nafas, dia tidak mendebat lagi dan membiarkan Julia berbuat semaunya.
...******...
Pukul 7 pagi Julia sudah meninggal rumah. Seperti biasa dia akan pergi ke tempat gym setiap weekend. Wanita cantik berbadan langsing itu meninggalkan Hendry dan Ale tanpa menyiapkan ataupun mengurus kebutuhan mereka dulu.
Bella yang statusnya hanya adik tiri Julia, pagi-pagi sudah sibuk mengurus dan membuatkan sarapan untuk Ale. Walaupun Bella memang sengaja di bayar Julia untuk mengasuh Ale, tapi tidak seharusnya Julia bersikap acuh pada putrinya sendiri.
Di ruang makan, Bella sudah mendudukkan Ale di kursi bayi agar keponakannya itu bisa sarapan dengan tenang.
"Mam,, mam,," Mata Ale terlihat membulat sempurna ketika melihat Bella membawa mangkuk berisi bubur. Bella tersenyum gemas dengan tingkah Ale yang selalu semangat ketika melihat makanan. Tidak heran kalau tubuh Ale sangat berdaging.
"Ale sudah lapar ya.?" Tanya Bella, bayi menggemaskan itu langsung menganggukkan kepala.
Bella kemudian menyuapi Ale.
Tak lama, Hendry ikut bergabung di meja makan dan melihat makanan milik Ale sudah hampir habis. Hendry cukup mengagumi Bella yang sangat telaten menyuapi Ale, padahal Bella baru berusia 22 tahun dan belum punya pengalaman mengurus anak kecil sebelumnya. Tapi di tangan Bella, Ale tumbuh dengan sehat dan menjadi gemuk.
Bella tiba-tiba melirik Hendry karna sejak tadi terlihat diam saja.
"Mas Hendry kenapa.? Tidak makan.?" Tanyanya.
"Kamu sudah makan.?" Bukannya menjawab, Hendry malah tanya balik. Bella menggeleng karna dia memang belum makan.
Hendry tiba-tiba memanggil asisten rumah tangga dan menyuruhnya menjaga Ale yang sudah selesai disuapi Bella.
"Temani aku makan." Ucap Hendry begitu Ale di bawa pergi oleh asisten rumah tangga.
"Hum,," Bella mengangguk cepat, dalam hati dia tersenyum penuh arti. Sepertinya jalan untuk balas dendam akan dilalui Bella dengan mudah dan mulus.