NovelToon NovelToon
Kau Campakkan Aku, Kunikahi Abangmu

Kau Campakkan Aku, Kunikahi Abangmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Si Mujur
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Layli Dinata

Hubungan Inara dan Artha harus kandas karena perselingkuhan Artha. Padahal mereka sudah mau menikah.

Malu pernikahan batal, Inara terpaksa menyetujui perjanjian dengan Argha, kakak Artha demi untuk membalas Artha dan tidak mempermalukan orang tuanya.

Inara kalah dengan perasaannya. Ia jatuh cinta pada suaminya yang misterius. Hanya saja, dendam Argha membuat Inara merasa rendah diri. Dan godaan Artha selalu datang pada mereka.

Akankah Argha dan Inara bisa bersatu, atau masa lalu Argha akan terus membuat jarak di antara mereka dan memilih berpisah demi kebaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Layli Dinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 17 Restu

Inara sejak tadi merasa cemas. Ia takut, kejujurannya ini akan membuat kedua orang tuanya mengamuk. Tiga hari ini ia tak bisa menghubungi mereka, karena ponselnya hilang. Meski diberi ponsel baru, Inara memiliki ingatan yang buruk akan angka. Ia tidak bisa menghapal nomor-nomor, meski nomor ponsel kedua orang tuanya sendiri.

Sampai di depan rumah Inara tampak meremas ujung roknya. Jam menunjukkan pukul 22.00 malam.

“Ayo turun!” ajak Argha dengan gaya datarnya.

“A-aku kok.”

Argha menghela napas. Lalu, mengembuskannya begitu saja. “Kita hadapi. Lebih tepatnya, kamu hadapi. Harusnya kamu senang, kan? Orang tuamu tak jadi malu?”

“Iya. Termasuk kamu yang ….” Inara menutup mulutnya sendiri. Hampir saja keceplosan.

“Yang apa?” tantang Argha dengan mimik mulai tersulut. Seakan ingin menelan Inara hidup-hidup.

“Gak apa-apa. Kita partner yang saling menguntungkan, bukan?”

“Serah!” Argha membuka pintu mobilnya, lalu turun dari sana. Dengan merapikan dasi dan jasnya, Argha juga tampak gugup. Seumur hidup, ia tidak pernah menghadapi situasi seperti ini. Ia juga harus bersikap gentle bukan? Meski 75% keputusan ini menguntungkan, namun 25% bisa mempengaruhi masa depannya. Kalaupun ia bisa jatuh cinta pada Inara, jelas ia akan melanjutkan pernikahan mereka. Terpenting, ia bisa pada tujuannya.

“Turun atau saya gendong?”

“Ah, iya. Aku turun.” Buru-buru Inara turun dari mobil. Bibirnya sedikit mengerucut karena ancaman Argha baru saja.

Usai menekan tombol lock, Argha meraih tangan Inara dan menggandengnya. Hal itu jelas membuat jantung Inara berdegup kencang.

‘Ah, dia manis sekali,’ batin Inara tersentuh. Lantas, beberapa detik berikutnya, ia menggeleng keras. ‘Gak! Aku gak boleh baper duluan sama dia.’

Tok tok tok

Inara mengetuk menggunakan tangan Kiri. Kelas tangan kanannya ada pada genggaman tangan Argha. Selang beberapa lama tak ada yang menyahut, dan kini giliran Argha yang mengetuk pintu. Inara sendiri sedang berpikir untuk tidak membuat keributan, mengingat ibunya ini sedikit barbar.

Klek

Inara dan Argha berlonjak saat melihat seorang wanita sedang memakai masker, wajahnya putih.

“Astaga! Mama! Ngagetin tahu gak!” pekik Inara sambil mengurut dadanya. Sementara Argha memalingkan wajah dan mengembuskan napas.

“Kamu?” Susilo Wati atau yang akrab disapa Susi itu tak kalah terkejut, hanya saja suaranya ditekan, mengingat takut maskernya pecah. Terlebih melihat tangan Inara yang bergandengan dengan seorang pria yang tidak ia kenal. “Keme bener-bener bewet meme—“

“Ah, biarin Inara masuk. Bahasa Mama enggak jelas. Mending basuh dulu, deh wajahnya,” potong Inara, seperti yang dikatakan tadi, dengan takutnya masker wajahnya pecah Susi menekan suaranya.

Susi membuka pintu, membiarkan putri sulungnya itu masuk. Argha sendiri memberikan anggukan sopan. Namun, sebelum Argha berbicara, Susi lari ke belakang, jelas untuk membasuh wajahnya.

“Maaf, ya. Mama emang suka gitu,” ucap Inara terlihat sungkan.

Argha mengangguk. Tangannya yang terlepas dari tangan Inara kemudian duduk di sofa usang keluarga Inara itu.

Tak lama, Susi datang dengan wajah yang sudah bersih, meski masih ada air di bagian pelipisnya.

“Nara! Padahal besok mama mau nyusul buat jewer kuping kamu sampai putus! Katanya kamu dan Artha putus. Terus dia siapa?” tanya Susi dengan kedua tangan berada di pinggang.

Inara mencoba meredamkan emosi sang ibu, hanya saja Argha menyerobot dengan mengulurkan tangannya. Susipun membalas. Dengan sopan pria yang memiliki tahi lalat kecil di atas bibirnya itu takzim, sudah mirip seperti anak baik-baik.

“Perkenalkan Tante, saya Argha. Kakaknya Artha.”

Mulut Susi ternganga. Waktu itu, hanya Artha dan om serta tantenya saja yang datang melamar. Meski belum menyebar undangan, tetap saja Susi sudah heboh ke penjuru kampung, jika putrinya itu akan menikah dengan orang kaya. Ah, mendengar putrinya putus, kepala Susi menjadi pening dan hampir saja menyusul  dan memberikan putrinya itu pelajaran.

“Ka-kakaknya Artha? Pantas setampan ini.”

Mulut Inara mencebik. Ibunya benar-benar penjilat ulung. Padahal tadi saja hampir meledak.

Argha memberikan anggukan kecil, jujur ia merasa bingung untuk memulai dari mana, mengingat Susi bukan seperti para ibu kebanyakan.

“Ma, Inara mau jelasin sesuatu.”

“Katakan!” Susi bersedekap dada, tetap terlihat dingin pada putrinya itu.

Semuanya duduk dengan tenang. Mereka saling tatap satu sama lain.

“Sebentar, nunggu papamu pulang dulu dari rumah Pak RT. Ada acara di sana.”

“Assalamualaikum,” ucap Amar, pria paruh baya yang baru saja datang dengan membawa bungkusan berisikan makanan.

“Walaikumsalam,” jawab semuanya serempak.

“Loh, ini Inara pulang.” Amar meletakkan bungkusan makanan itu di atas meja. Ia tampak bingung saat melihat Argha yang duduk bersebelahan dengan putrinya.

“Duduk dulu.” Susi menarik suaminya untuk duduk di sebelahnya. “Katakan dengan jelas, Nara.”

Inara menghela napas. Tak ada lagi yang perlu ditutupi. Semuanya juga sudah jelas, Artha yang berkhianat dan ia tak ingin menutupinya dari kedua orang tuanya.

“Aku sama Mas Artha sudah putus. Dia selingkuh,” ucap Inara membuat mata Amar mendelik, ia hendak melontarkan kalimat, namun istrinya menarik lengannya dan ia kembali duduk. “Ini adalah Mas Argha, kakaknya Mas Artha. Dia yang akan menggantikan posisi mempelai prianya, Ma, Pa.”

“Bagaimana mungkin?” Amar yang logis, ia geleng-geleng kepala. Sama sekali tidak paham dengan jalan pikiran putrinya itu. “Nara, menikah itu bukan mainan. Kalau memang kamu dan Artha tidak jodoh, bukan berati—“

“Lagian kenapa, sih, Pa! Mama juga gak mau malu, tahu!” Dengan gaya centilnya, Bu Susi menyerobot. Ia jelas tidak ingin dianggap halu di hadapan para teman-teman arisannya. Ia bahkan sudah mengatakan, jika calon mantunya adalah pria yang sangat tampan dan mapan. Makanya sempat syok melihat Argha yang nyatanya jauh lebih tampan dari Artha.

Inara dan Argha saling tatap, mereka memberikan kode dengan mengangkat dagu.

“Ma, Pa. Inara—“

“Saya mencintai Inara sejak lama, Tante, Om. Dia adalah gadis yang saya sukai sejak pertama kali bertemu. Hanya saja, Artha yang terlebih dahulu mendekati Inara. Saya mundur, karena tidak ingin menghalangi kebahagiaan adik saya. Tapi, saat melihat Inara dikhianati, saya tidak ingin menyia-nyiakan Inara. Dia berhak dicintai dengan baik. Meski awalnya Inara sempat menolak karena aneh, tetapi saya meyakinkan dia, kalau semuanya akan baik-baik saja.” Argha mengatakannya dengan lugas, sampai kedua orang tua Inara terpaku.

‘Gila, bahkan dia jauh lebih penjilat,’ batin Inara.

“Jadi, kamu apa yakin, Inara? Mengingat menikah adalah keputusan terbesar dalam hidup. Dan pernikahan itu bukan bahan candaan, atau ajang balas dendam,” cecar Amar.

Jujur saja, baik Argha maupun Inara, keduanya sama-sama tersentil dengan kalimat Amar. Hanya saja, mereka berusaha untuk tetap terlihat santai. Ya, semuanya sudah terlanjur, kan?

“Inara mantap, Pa. Mas Argha adalah pria yang baik, meski kaku. Hehehe.”

Susi sendiri sampai senyam-senyum sendiri. Ia mencubit lengan suaminya itu. “Tuh, Pa. Kita gak jadi malu. Dan Bu Ningrum, gak bakalan ngeledek kita halu lagi, Pa.”

Amar terdiam, ia mengamati putrinya. Sebenarnya, sebagai seorang ayah, ia tetap waswas. Ia tetap tidak ingin, kelak putrinya itu akan menyesal. Ia sangat mencintai kedua putrinya itu.

“Jadi bagaimana, Pa, Ma? Apa kalian setuju?” tanya Inara hati-hati. 

1
yo..h72🦂🥀
Karna PINISIRIN di aplikasi ono gk jadi , Mampir deh di mari 😁😍😍
Layli Dinata: hehehe makasih Akak
total 1 replies
Afiroh
ceritanya menarik..lnjutkn
Layli Dinata: siap Akak. terima kasih
total 1 replies
Jenk Ros
aku mampir donk.. cerita nya keren ❤️🥰
Layli Dinata: makasih akak. semangati aku terus ya
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
semangat Up ya Thorrt❤
Layli Dinata: siap Akak
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
karyamu bagus banget Thor,,❤
Layli Dinata: makasih Akak
total 1 replies
Jhulie
lanjut thor
Layli Dinata: thank you Kak Jhulie
total 1 replies
Phedra
Bahasanya mudah dimengerti, jadi mudah masuk ke dalam ceritanya.
Layli Dinata: makasih Akak. ikutin terus ya
total 1 replies
Kiran Kiran
Salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, terimakasih thor❤️
Layli Dinata: Ahhh terima kasih, Akak 🤍❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!