Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Suasana kamar rawat Bian tampak tenang sekali. Sampai ibu dan anak itu ketiduran, Kanara sama sekali tidak sadar kalau ada orang yang berjaga di luar. Bukan di depan pintu kamar, tapi dekat area kamar rawat. Brandon melarang anak buahnya tersebut untuk menampakkan diri karena hal itu akan membuat Kanara merasa tidak nyaman.
Di dalam sana, Kanara bermimpi aneh. Ia memimpikan kejadian sepuluh tahun yang lalu. Awal hidupnya masuk dalam kehancuran.
Sepuluh tahun lalu,
Kanara 18 tahun.
"Perempuan sialan, pembawa sial! Saat kau tinggal dengan mamamu, mamamu meninggal. Sekarang papamu membawamu tinggal dengan kami, lalu dia juga meninggal. Dia mati tanpa melunasi semua hutang-hutangnya. Sekarang rentenir menagihnya. Karena kau adalah putri kandungnya, kaulah yang harus bertanggung jawab brengsek!" Nunu, mama tiri Kanara.
"Ma! Kebetulan temen Vana pengen cari cewek perawan. Katanya pengen di beli dengan harga tinggi sama om-om. Gimana kalo kita jual saja perempuan ini? Kan lumayan harganya." Vana berbisik ke mamanya lalu menatap Kanara dengan senyum jahat.
Kanara yang merasa curiga, hendak lari. Tapi mama dan anak itu menangkapnya. Tubuhnya yang lemah tidak dapat melawan dua orang manusia itu. Ia diikat seharian. Malamnya di bawa ke sebuah hotel. Kanara melihat Vana bertransaksi dengan seorang perempuan seksi, setelah itu ada dua laki-laki kekar yang membawa Kanara, anak buahnya perempuan itu.
Kanara berteriak histeris, terus berusaha melepaskan diri tapi sekali lagi dia terlalu lemah, tidak bisa melawan. Gadis itu di bawah di sebuah ruangan dan di paksa mengganti baju. Bajunya sangat seksi. Kalau Kanara tidak mau mengganti bajunya, perempuan yang berbicara dengan Vana tadi mengancam akan membunuhnya. Ada pistol di tangannya. Dengan terpaksa Kanara patuh.
"Pakai ini!" wanita itu memberikan topeng kepada Kanara. Nadanya kasar.
"Ingat, kau sudah di beli olehku! Sekarang pekerjaanmu tidak lebih dari seorang pelacur. Lelaki tua itu ingin kau terobsesi bercinta dengan lawan main yang masih perawan dan memakai topeng. Dia akan membuka sendiri topengmu saat dia bermain denganmu. Ingat, jangan buka topengmu saat tidak dia suruh, paham?!"
"......"
"PAHAM JA-LANG?!"
Kanara tersentak lalu mengangguk. Dia harus mengangguk biar terlihat patuh. Karena dengan begitu dirinya bisa melarikan diri.
"Ayo ikut! Ingat, kalau kau coba-coba melarikan diri, nyawamu adalah taruhannya."
Wanita itu membawa Kanara keluar. Pakaian yang dia pakai memang seksi sekali, seperti pela-cur. Saat berjalan keluar gang hotel, mata Kanara memandang ke segala arah mencari-cari cela agar bisa kabur. Hanya ada wanita jahat itu bersamanya. Begitu melihat ada kesempatan, Kanara pun memberanikan diri menolak wanita itu dan langsung kabur menuruni tangga ke lantai bawah.
"Brengsek! Jangan lari kamu jal-ang!"
Kanara terus berlari sambil berdoa dalam hati. Berharap wanita itu tidak berhasil mengejarnya. Heels di kakinya dia lepas dan dirinya berlari bertelanjang kaki. Hotel ini sangat besar namun sepi, tak ada satupun orang yang bisa dia mintai pertolongan. Dia juga takut saat dirinya meminta tolong, ternyata orang yang dia mintai tolong adalah komplotan wanita tadi.
Lalu Kanara berhenti berlari saat melihat ada sebuah kamar yang terbuka. Ia tak melihat satu pun orang di dalam kamar itu. Wanita itu pun masuk tanpa ijin dan mengunci kamar tersebut. Kanara berdoa agar tidak ada yang menemukannya persembunyiannya di sini. Ia mengatur nafasnya yang masih terengah-engah akibat melarikan diri.
"Kau siapa?" suara itu mengagetkan Kanara. Ia menoleh ke arah datangnya suara dan terpaku sesaat. Laki-laki yang baru saja keluar dari arah kamar mandi itu terlihat begitu tampan. Tampan sekali sampai-sampai membuat Kanara lupa diri untuk sesaat.
Laki-laki itu mendekatinya. Mengunci dirinya yang sedang duduk di tempat tidur dengan kedua tangannya yang kekar. Kanara menelan ludah. Gugup, takut, tapi dia seakan tidak dapat bergerak dengan tatapan tajam pria itu. Pria itu tidak mencoba untuk membuka topeng yang sedang dia kenakan, Kanara juga tidak berniat membukanya. Lalu ia melihat pria itu mendengus keras. Gelagatnya juga aneh, seperti sedang mabuk tapi tidak sepenuhnya mabuk. Entahlah. Kanara melihat jelas pria itu seperti sedang menahan sesuatu sampai meremas spray kuat-kuat dan melontarkan makian.
"Brengsek!"
Kanara kaget. Laki-laki itu makin menghimpit tubuhnya.
"Apa kau adalah wanita yang sengaja mau tidur denganku? Hah? Untuk apa memakai topeng, apa karena wajahmu kurang menarik?"
"Kau pikir bosmu kau akan memiliki segalanya setelah berhasil tidur denganku?"
Kanara tidak mengerti apa maksud pria itu. Tapi dia terus dihimpit hingga tubuhnya di dorong sampai terlentang di kasur.
"Obat sialan ini, kau pintar sekali memilih obat yang sangat kuat, bahkan aku tidak dapat menahannya. Baiklah kalau begitu, karena kau ingin main-main denganku, aku akan menemanimu bermain.
Kanara kaget saat laki-laki itu tiba-tiba menindihnya dan menggerangi tubuhnya.
"Tuan, kau salah orang ... Aku bukan, aghhh!"
Bukan hanya digerayangi, lelaki itu memaksa membuka dalaman Kanara, hanya dalaman segitiga di balik dress-nya. Kanara kaget dan takut sekali. Dia berusaha mendorong laki-laki itu, tapi badannya terlalu kecil dibandingkan badan tinggi besar itu. Kebanyakan atlit, model dan artis-artis tampan memiliki tubuh itu, yang pasti impian banyak wanita.
Tapi tidak dengan Kanara, dia sedang ketakutan dan berusaha menyelamatkan dirinya sekuat tenaga tapi ...
"Ahhhh!"
Sakit. Sakit sekali. Pria itu berhasil memasukinya.
"Kau ...? Ma- masih perawan?
Kanara tidak menjawab. Dia pikir laki-laki itu akan mengasihaninya dan berhenti, ternyata tidak.
"Aahhh ..." Intinya kembali di masuki oleh laki-laki itu, bergerak naik maju mundur dengan gerakan lembut hingga kasar. Kanara menangis.
"Jangan menangis, aku bukan pria pengecut. Karena sudah mengambil kesucianmu, besok kita akan membicarakannya dengan serius. Aku tidak akan melarikan diri dari tanggung jawab."
Kanara terus menangis. Dia lebih benci dirinya karena dia mulai menikmati pemaksaan yang dilakukan oleh pria itu.
"Jangan se- seperti ini tu-an ahh ... Ahhhh ..."
Pria itu terus menusuknya tanpa ampun hingga ia mencapai puncak orgasmenya.
Kanara langsung terbangun dalam tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Apa-apaan, kenapa dia tiba-tiba memimpikan kejadian itu? Tapi wajah laki-laki dalam mimpinya ...
"Nara, kau tidak apa-apa?"
Kanara kaget. Brandon sudah membungkuk di depannya. Kanara menatap Brandon tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun. Sekarang dia ingat, pantas saja dia selalu merasa wajah pria itu sangat familiar. Ternyata ...
Laki-laki ini adalah laki-laki yang memperkosanya dulu. Dan Bian, Kanara menatap Bian, lalu menatap Brandon lagi. Tidak heran wajah mereka mirip.
"Hei, apa kau bermimpi buruk?"
biar benar2 hamil anak Damian bisa kah brandon menepati janjinya semoga semua yg terluka jatinya bisa berubah dan Damian berubah