Era Kekacauan dimulai setelah seorang pengembara misterius datang membawa sebuah pusaka suci. Pusaka yang dikatakan memiliki kekuatan bahkan dapat membelah dunia, siapa yang bisa mendapatkannya maka dia akan berdiri di atas puncak.
Dunia dimana seni beladiri adalah segalanya, semua orang berlomba untuk mendapatkan pusaka tersebut. Seorang pemuda bernama Zhen Liang muncul sebagai orang yang tidak pernah disangka di dunia persilatan.
Kultivator muda itu membuat para orang tua dan sesepuh di dunia persilatan tercengang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Akhir Maestro(2)
Seorang perempuan terus bermimpi. Setiap malam mimpi itu akan selalu sama, kemudian setelah terbangun maka dirinya akan mulai menangis.
Di sebuah penginapan, Desa Xiaoyao. Xue Hua terbangun dengan air mata yang mengalir membasahi salah satu pipinya.
Dirinya tidak tahu kenapa bisa seperti itu, kejadian ini baru-baru saja terjadi.
Setelah mimpi buruknya selesai, yang dirasakan dadanya hanya kehampaan dan kesedihan. Rasa sakit itu membunuhnya, sepuluh kali lebih buruk dari rasa sakit yang dialami seseorang yang terkena patah hati.
"Tetua muda, hari sudah pagi sekarang. Apakah kita akan mulai melanjutkan perjalanan?"
Xue Hua yang sudah bersiap kemudian berjalan keluar dari penginapan. Di depannya berkumpul tiga orang yang berseragam Sekte Pedang Ilahi.
"Kita akan melanjutkan perjalanan, menuju markas dari Kelompok Ular Putih."
"Dimengerti Tetua." Ketiganya mengangguk secara bersamaan.
Dalam perjalanan, mereka menemukan setengah dari Desa Xiaoyao sudah hancur. Meski begitu masih ada beberapa bisnis yang berjalan di desa. Desa itu belum sepenuhnya mati.
Misi mereka adalah untuk mencari seseorang. Namun, mereka tidak bisa membiarkan desa ini begitu saja.
Setelah mencari tahu apa yang sudah terjadi, Xue Hua cukup terkejut. Kerusakan desa bukan terjadi sebab bencana alam atau semacamnya melainkan pertarungan dari kedua ahli kultivator hebat.
"Siapa yang bertarung sampai berbuat sejauh ini?" Salah satu murid Sekte Pedang Ilahi bertanya.
Warga desa kemudian menceritakan apa yang terjadi, tentang bagaimana jahatnya Kelompok Ular Putih dan bagaimana Zhen Liang bertarung lalu membunuh kultivator kejam yang telah menjadi parasit selama puluhan tahun untuk desa ini.
Kedua alis Xue Hua naik turun saat mendengarnya, dia tidak percaya pada apa yang keluar dari mulut para penduduk.
"Mereka terlalu menyembah kemampuan pemuda bernama Zhen Liang ini." Pikir Xue Hua.
"Hmph! Seorang jenius kultivator Tahap-Ahli yang mampu menandingi kultivator Tahap-Puncak, bukankah kalian terlalu melebihkannya?"
"Di dalam sekte kami, tidak ada yang bisa seperti itu. Kalian hanya membual."
"Tetua muda Xue Hua tidak akan kalah!"
Melihat ketiga murid Sekte Pedang Ilahi meragukan ceritanya, salah satu penduduk kemudian memberikan saran.
"Jika kalian tidak percaya kenapa tidak melihat langsung sendiri, Tuan muda Zhen Liang sedang berjuang membunuh para parasit itu. Kalian tinggal berjalan saja melewati dua bukit di depan dan akan menemukan markas Kelompok Ular Putih."
Xue Hua mengangguk, kebetulan juga tujuannya adalah di sana. Tanpa menunda lebih banyak waktu lagi, Xue Hua dan tiga murid yang lain mulai berlari.
Sebelum berlari ketiga orang itu berbalik dan mengejek pada para penduduk desa karena bualan mereka yang terlalu dibuat seperti dongeng.
.
.
.
"Lihat! Kita akan melewati bukit terakhir. Sebentar lagi, kita akan melihat kebenarannya. Para warga desa pasti akan mengerti, jika kita mengatakan kebenaran yang sesungguhnya."
"Mereka para warga desa sungguh polos, mereka tidak berpikir bahwa Zhen Liang ini bukanlah pahlawan, melainkan mata-mata yang menyusup untuk mengambil hati mereka."
"Setuju, kita akan mengungkap kebenaran yang sebenarnya. Lalu menyelamatkan para warga desa."
Xue Hua tidak mengatakan apapun, selain mengikuti dari belakang langkah ketiga murid itu.
Tiba-tiba sebuah ledakan terjadi membuat gempa bumi bahkan untuk tanah di tempat mereka berpijak sekarang.
Karena ledakan dahsyat itu, kepulan asap dari ledakan sampai membumbung tinggi seperti awan-awan di langit. Ketiganya semakin mempercepat langkah kaki mereka.
Seketika langkah mereka berhenti, apa yang ada di depan mereka adalah sebuah kawah api raksasa ditambah mereka sedang menyaksikan dengan mata kepala mereka langsung, sebuah tebing raksasa yang runtuh.
"Bukankah di sana adalah tempat markas dari Kelompok Ular Putih?"
Ketiga murid Sekte Pedang Ilahi terbelalak dan Xue Hua menahan napas.
Tanah seukuran raksasa terbelah di ujung tebing, bongkahan tanah itu bersama sebuah paviliun besar di atasnya, perlahan-lahan jatuh ke dalam jurang yang dalam.
***
Tubuhnya lemas seolah tidak bertenaga, sangat susah sekali meski hanya untuk menggerakkan seujung jari saja. Perutnya merasa mual dan nyeri dimana-mana, entah kenapa bulu kuduknya juga tidak pernah berhenti berdiri. Seolah merasakan dirinya sedang terancam sekarang.
Zhen Liang bertanya di dalam hatinya, "Apa yang aku lakukan, apa aku akan membiarkan mereka membunuhku lagi? Tapi apa yang bisa kulakan, sudah tidak ada lagi energi yang tersisa."
Dengan mata setengah tertutup, Zhen Liang hanya bisa melihat kearah tiga orang Raja Ular itu sedang mendekat untuk memberikan serangan pengakhiran.
Raja Ular Mamba Liu Qiang, Raja Ular Piton Hu Tian, dan Raja Ular Viper Feng Zun. Mereka adalah kultivator bergelar, tidak ada yang salah bila mati di tangan mereka bertiga.
Mata Zhen Liang hampir tertutup seutuhnya dan menerima kematian, sampai dirinya teringat wajah seorang perempuan.
Seumur hidupnya, penyesalannya adalah tidak menyatakan perasaan yang sebenarnya kepada perempuan manis tersebut.
Tapi apa pilihan yang bisa dibuat Zhen Liang waktu itu, dirinya hanya seorang pengembara yang menjajakan musik ke seluruh benua.
Ditambah dia juga seorang kultivator, apa yang sangat dibenci dirinya. Identitas perempuan yang disukainya adalah seorang kultivator nomer satu di jaman itu.
Beberapa kali mereka terlihat menikmati momen mereka dan tertawa bersama. Tapi, seiring waktu keduanya perlahan menjauh menyadari jika ada sebuah tembok tak terlihat yang menghalangi dunia mereka. Perempuan itu hanya seorang penggemar yang sangat suka sekali dengan permainan musiknya.
Zhen Liang masih mengingat jelas permainan musik yang dibawakannya untuk perempuan itu pada waktu perpisahan mereka, dirinya kemudian mulai bergumam.
Zhen Liang mulai bersiul dan menggerakkan jarinya seperti seorang maestro musik yang membayangkan ribuan nada bermain di langit.
"Apa ini usaha terakhirnya?" Liu Qiang tertawa meremehkan.
"Kau bernyanyi untuk pesan terakhirmu huh?" Hu Tian mengalirkan lebih banyak energi di senjatanya, dia berpikir tidak perlu mengulur waktu lebih lama. Dengan energinya cukup satu serangan dan semuanya akan selesai.
"Hei, apa kalian tidak merasakan sesuatu..." Feng Zun orang pertama yang menyadari jika ada sesuatu yang aneh, "Kalian tidak merasakan, seolah gerakan kita sedang melambat?"
Seketika mata Hu Tian terbelalak, apakah memang dibutuhkan waktu selama itu agar pedangnya mencapai leher musuhnya?
Liu Qiang juga menahan napas, benar saja yang dikatakan Feng Zun, dirinya merasa seolah sedang terjerembap di lumpur hisap sekarang.
Sedangkan apa yang dirasakan Feng Zun adalah waktu benar-benar berhenti total. Seolah semuanya tidak bergerak selain monster di depannya.
Mata Zhen Liang menyala dengan harapan hidup.
Teknik Rhapsody Penghancur Langit! Jurus Terlarang Simfoni Kehidupan!
Sekarang dirinya mengetahui alasan kenapa perutnya sangat mual, dan itu berasal dari benda di dalam dunia dantiannya. Tidak ada lagi aliran energi yang dapat menghambat dua peluru liar yang mengerikan itu.
Zhen Liang yang memainkan melodi dengan mulutnya juga tidak sengaja mengaktifkan teknik terlarang pada buku Rhapsody Penghancur Langit.
Salah satu peluru liar di dunia dantiannya kemudian menghilang. Satu peluru liar yang menyimpan energi mengerikan lagi bergetar memaksa menerobos seperti peluru satunya.
Zhen Liang kemudian beralih ke jurus terlarang lainnya, dia mulai bernyanyi.
"Lagu ini kupersembahkan pada perempuan waktu itu, semoga kita dapat bertemu lagi."
Wajah Zhen Liang dipenuhi kesedihan.
Teknik Rhapsody Penghancur Langit! Jurus Terlarang Sonata Kematian!
Peluru liar satu lagi yang tersisa beresonansi dan bergetar sangat kencang sebelum keluar, menunjukkan dirinya pada semua orang.